● 2. Selalu Mengalah

263 36 75
                                    

Bagian 2

HAPPY READING!

HAPPY READING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Citaku tak penting baginya
---

Semua bolpion milik Kamis yang nyaris tak nampak wujudnya. Padahal ia sudah menyiapkannya tadi malam, saat belajar tentunya. Jika cowok itu terus kehilangan bolpoin, maka usaha menghematnya akan usai sudah. Meminjam? Kamis terlalu sungkan untuk itu.

Kenapa cepet abis?

Kamis melirik teman sebangkunya. "Mer ...," panggilnya lirih.

"Apa?"

Cowok itu meneguk ludahnya yang terasa ngilu di tenggorokan. "Bo--boleh pinjam bolpoin?" tanya Kamis, ragu. Tak mudah, ya, Merintis kalimat pinjam?

Meri pun menggeser bolpoinnya pelan, saat pengelihatan guru mata pelajaran terfokus pada yang lain.

"Tuh!"

"Tha--thanks ...." Ia tersenyum kikuk. Senyum kikuk Kamis memang terlihat lucu dan menghibur. Meski seperti orang bisu ternyata dia hanya susah berkomunikasi dengan individu lain. Meri pun sukses menggeleng karenanya.

Kamis melanjutkan aktivitasnya, tinggal beberapa larik kalimat lagi. Ia bisa puas berjalan-jalan di luar lingkungan kelas. Ulangan yang dilaksanankan di kelasnya memang selalu tertib, terlebih lagi banyak anak kesayangan guru-guru. Jadi, jarang sekali mendapat deraan ataupun teguran.

Selesai mengerjakan, Kamis segera mengumpulkannya. Tak lupa cowok itu membereskan terlebih dahulu bekas penghapus di meja. Lalu berjalan ke arah guru, agar ia tenang tanpa beban akan hilangnya kertas ulangan.

"Seperti biasa. Setiap ulangan, kalau enggak kamu---ya Nindi. Ya sudah, nikmati waktu istirahatmu," titahnya, lalu menata tempat untuk lembar jawaban ulangan.

Cowok itu mengangguk, kembali kebangkunya untuk mengambil bekal. Makan di antara pelajar yang sedang menikmati rentetan soal sangat tidak sopan. Dengan berjalan keluar kelas menuju kantin---itu pilihan yang tepat.

"Boleh bareng, nggak?"

Kamis menatap Maya jengah. "Bisa pergi dari sini?"

"Maaf saya enggak bisa, enggak bisa lepas dari kamu," jawab Maya yang terdengar menyebalkan.

"Bodoh."

"Ih, saya pintar, kok dikatain gitu." Maya mengerucut bibirnya. Lucu tapi bagi Kamis lucu dari mananya? Nyebelin mah iya.

Cowok itu menghela napasnya kasar. "Bisa nggak, Jangan ganggu gue sehari aja?"

Maya menggeleng. "Kalau enggak gangguin kamu, saya jadi kangen," ucapnya seraya mengatup-ngatupkan jari-jari tangannya.

KamisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang