● 16. Mula Bersamamu

73 14 2
                                    

HAPPY READING!

---

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----

Deru kendaraan sepeda motor membuat Maya yang setengah kantuk keheranan. Masih sepagi ini ada saja peganggu kenikmatan rebahan. Jika tidak ada dosa akan membunuh seseorang maka Maya akan melakukannya kali ini. Meninjak-injak sang pelaku tanpa ampun dengan rasa sakit luar biasa.

Sumpah serampah ia pendam dalam hati, takut semua penghuni panti terganggu. Mungkin saja kalau ia di panti sendiri kemungkinan akan ada teriakan hebat yang menggelegar di seluruh penjuru ruangan.

Maya membuka mata perlahan. Menampakkan Lola yang kegirangan saat meluhat luar jendela. Bukannya penasaran, Maya malah kembali menutup muka kusutnya dengan bantal.

"May!"

"Lagi mimpi dianya," Jawabnya dibalik bantal.

Lola mendengus kesal. Sebuah buku tebal sengaja ia loloskan ke arah sahabatnya itu.

Maya mengaduh kesakitan seraya menyibak selimut tebal warna pink miliknya. Tak hanya selimut nuansa kamar Maya 90% memang pink. Mulai dari Lemari, baju-baju sampai sandal tidur.

"Kamu ini ngapain sih? Kok lempar buku ke saya. Padahal ini masih pagi."

"Ur Masa Depan udah dateng."

"Jangan halu. Dem--" Maya membelalakkan bola matanya. "Demi Tuhan?" Tanyanya sambil menunjuk ke arah Lola tak yakin.

"Suwer! Sumpah demi apapun. Demi Kak Meri yang bucinnya tinggi tapi jomlo melulu!" Loka mengangkat kedua jarinya sebagai bukti kejujuran.

Sontak Maya menelusur ke arah luar jendela. Yang benar saja sosok berjaket hitam juga ranselnya lengkap dengan menaiki motor itu adalah Kamis. Bukannya tak percaya atau apa, tapi Maya pernah dengar kalau sang Masa Depan hanya bisa berboncengan dengan Alexa. Oleh karena itu, ia perlu memeriksa otak Kamis sekarang.

Handuk yang menggelantung di sisi samping lemari ia ambil lalu masuk kamar mandi. Loncat-loncat tak jelas penuh kegirangan

---

Sementara di depan sana Kamis masih menunggu. Terik matahari membuat parasnya terpapar jelas. Layaknya cowok ganteng nan keren penyambut pagi di sebuah kerajaan sihir saja. Inilah alasan kenapa Maya suka padanya atau ada hal lain selain kata tampan?

Entah kenapa Maya menyukai seseorang yang tak pernah menyukainya. Masa berjuang terus? Tanpa respons jelas dan penuh kepastian akan memiliki. Jangan-jangan kalian juga lagi berharap lagi. He ... he ...

Seorang wanita paruh baya menatap Kamis penuh curiga. Hingga Kamis meneguk ludah susah payah di tempat. Belum pernah ia mendapatkan tatapan intimidasi seperti ini.

"Kak Kamis!" panggil Azka di teras membuat wanita tersebut bernapas lega.

"Oh jadi kamu ya, nak yang Yaya ceritain tiap hari."

KamisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang