20 : Kembali

53 6 0
                                    

Bagian 20

HAPPY READING

---Aku pergi untuk diriku sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---
Aku pergi untuk diriku sendiri

---

Fadly dengan sejuta kesibukannya. Itulah yang setiap hari gadis kecil itu lihat di ruang kerja milik tulang punggung keluarga. Semua ayah memang rela melakukan semua untuk hidup anaknya. Namun, bisakah Dhea mendapatkan kasih secuil kasih sayang dan rasa peduli dari sang ayah sesaat saja?

Setidaknya, bisakah sang ayah iba akan buah hati yang mengharap kasih sayang secerca saja?

"Udah pulang?" tanya Fadly dengan titik fokus mata yang masih tertuju pada laptopnya.

Dhea tersenyum, meski sedikit ada memar tak nampak di dada.

"Iya, Yah. Lancar tad--"

"Nanti malam ajak kakak kamu. Kita jalan-jalan bersama. Sudah lama ayah tidak menghabiskan waktu bersama kalian," kata Fadly sebari melanjutkan pekerjaannya.

Binar bahagia terpancar jelas di mata gadis itu. Meski tersirat, setidaknya Dhea bisa merasakan apa itu kebersamaan bersama keluarga, tak apa meski tak lengkap yang penting kata kasih antar keluarga masih ada. Andai Raya masih di sini. Menemani mereka yang selalu merasa sendiri.

Gadis kecil itu berlari kecil manaiki tangga. Sepasang mata milik milik Fadly pun fokus menatapnya. Ada rasa senang di dada. Ternyata melihat anak bahagia lebih baik daripada mengekang dengan cara yang ia terapkan. Ah, jadi ingat orang yang mengisi polaroid foto di tangan.

---

"Terima kasih, ya, Nak. Udah nganterin Maya pulang." Ibunda Maya tersenyum kala melihat Kamis dengan telaten selalu mengantar dan menjemputnya.

Kamis mengangguk membalas senyum tersebut dengan laku tak kalah ramahnya. Sesekali bola hitam pekat menempati sudut mata, melirik cewek yang sedang tersenyum polos dengan sorot lucu. Hari ini entah apa yang membuat cowok itu sedikit lega karena bersama seseorang tak dikenal.

"Ya sudah, Tante. Saya pulang dulu."

Ibunda Maya mengangguk diiringi senyum lagi di bibir. "Sekali lagi terima kasih. Pasti Maya nyusahin kamu banget, ya? Maaf ya, dia memang gitu kalau suka sama seseorang--"

Maya menutup mulut bundanya dengan cepat. Rasa malu telah memuncak di ubun-ubun, memang wanita tersayang gadis itu tak bisa menjaga rahasia kecil. Efeknya, Maya jadi salah tingkah sendiri.

"Bunda kok bilang ke masa depan, sih?" bisik Maya yang nyatanya terdengar jelas di telinga Kamis.

Tanpa pamit pada Maya ia naik motor, menghidupkan mesin seraya kembali memasang senyum ke arah Bunda cewek itu. "Pergi dulu tante."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KamisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang