Bagian 17
HAPPY READING!
---
---
Aku tau gerbang rasamu belum terbuka untukku. Namun, yakinku masih kuat bahwa kamu adalah bintang yang diperuntukan Tuhan padaku
--Dua sejoli itu kian menikmati kebersamaan di sebuah cafe. Nampak mesra pula, sesekali si kaum adam mengelus manja rambut si cewek. Manis sekali bagi yang melihat pasti iri setengah mati.
Sorot mata si cewek berubah kala memikirkan sebuah hal. Pandangannya kabur entah kemana tertelan halusinasi akan dia yang menjadi kokoh kala dipikirkan. Hingga rasa takut menghantui. Degup jantungnya kian berpacu sampai sosok di sampingnya dapat merasakan hal aneh di sekitar.
Sadar. Ia pun menoleh. "Salah, ya Kita pacaran?"
"Enggak. Emang kenapa kamu bilang gitu?"
"Soalnya semua teman aku bilang kalau aku pacar musuh sekolah." Cewek itu menunduk. "Dan setelah bilang kayak gitu mereka bilang kalau enggak akan temenan lagi sama aku. Be ... Apa kita harus pis--"
"Jangan dengerin mereka. Bukannya netizen itu beraninya ngomong. Hentikan bacotanmu tunjukan skillmu bilang gitu aja ke mereka."
"Enggak bisa."
Senyum yang diajak bicara seperti ikut menjawab. "Enggak ada yang salah. Itu cuman pemikiran negatif kamu. Kamu tau? Iri itu tanda tak mampu. Mereka artinya merasa enggak mampu dapetin aku yang udah tulus sama kamu Alexa."
Ya, tebak siapa lagi kalau bukan Irvan dan Alexa. Semenjak berpacaran dengan Irvan, Alexa jadi kurang bersosialisasi berbeda saat dia bersama Kamis. Ia bisa memiliki teman yang bisa dikata banyak dan membuatnya nyaman. Kini telah berbeda, disapa anak satu kelas saja tidak terlebih lagi tetangga kelas.
Hal ini membuatnya ingin menangis. Dengan segera Irvan mendekap erat gadisnya itu memberikan ketenangan tiada tara. Namun, di lubuk hati yang paling dalam pada saat-saat seperti ini rindu sang sahabat yang dulu selalu ada bersamanya suka maupun duka.
Tanpa sadar mereka tak tau bahwa sosok dengan bola voli di tangannya masih setia menatap sesekali tersenyum kecut.
"Goblok banget gue suka sama lo, Xa," gumamnya lalu berlalu pergi ke arah lapangan. Menghabiskan sisa tenaga di temani rintik hujan yang perlahan menelusur ke seluruh pori-pori tubuhnya.
---
Kamis melenggang pergi kala tugas-tugas telah ia kumpulkan sesekali ia melihat segala sisi selesar kelas tetangga. Ada yang rapi adapun yang memang tidak memang warga +62 memang unik saat tata tertibnya asik dipandang sebaliknya.
Kala sampai ruang kelasnya nampak sepi entah dimana penghuninya. Setelah melihat tulisan dipapan, Kamis menepuk jidat. Se lupa itukah ia? Sampai-sampai lupa bahwa ada pembahasan study tour di aula Entah apa yang membuat ia gagal fokus kali ini. Otak encernya serasa berhenti tak selancar biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamis
Novela Juvenil[Proses Revisi] 《Update setiap hari kamis》 Jangan melangkah mendekat jika berat. Berhenti dan buat kisahmu sendiri. Gunakan waktumu untuk yang lain, Karena kau tak pantas bersisi denganku yang buruk untukmu. Dari Darsa Sakamis Essafar untukmu -- Aw...