"Bahkan jika aku tidak dapat melihat, aku pun sudah yakin jika kamu adalah jawaban dari segala yang aku semogakan."
"Eh, Rys tumben amat lo telat tadi." Tanya salah satu sahabat Ryssa sembari memasukkan buku ke dalam tas.
"Kesiangan, macet pula. Duh, nasibku malang juga, ya." Ucap Ryssa sambil memasang muka sok sedih dan langsung mendapat toyoran dari Siska.
"Hello, girl! Kantin kuy!" Seru Lina yang datang sambil menggebrak meja. "Sans kali, woy!" Ucap Ryssa tidak terima. "Udah ah, gue mau ke kantin ama Lina. Ikut gak lo?" Tanya Siska yang tentu saja ditujukan kepada Ryssa.
"Nggak ah. Mager." Ucap Ryssa sambil duduk dan mengambil handphone dari saku seragamnya kemudian memainkannya.
"Ya udah, gue jalan dulu, ya." Pamit Siska kepada Ryssa. "Yoi, hati-hati!" Teriak Ryssa karena kedua sahabatnya tersebut sudah berada di luar kelas.
Kini, Ryssa sendiri di kelas X IPA 2 karena ini jam istirahat dan pada awal hari tadi adalah jam pelajaran guru killer. Tentu saja teman-temannya merasa lapar.
"Ah elah kok gue sendiri aja sih." Gerutu Ryssa saat menyadari bahwa ia kini sendirian di kelas. Lalu kaki Ryssa menuntunnya untuk pergi keluar kelas. Lebih tepatnya ke perpustakaan.
Banyak siswa berlalu lalang di halaman maupun koridor sekolah. Ryssa sengaja memilih jalan memutar untuk menuju ke perpustakaan daripada harus melewati ruang kelas XI dan XII.
Ia juga tidak mendapat sapaan dari siapa-siapa kecuali orang-orang tertentu saja. Maklum, ia hanya siswa baru di SMA Pelita Bangsa. Sekolah elite yang kebanyakan siswanya merupakan anak pengusaha-pengusaha sukses Indonesia.
Ryssa tidak punya keinginan lain selain bersekolah dan mendapatkan ilmu. Tiga atau empat teman ia rasa cukup untuk menambah circle friendshipnya.
Ia beruntung memiliki teman yang tidak peduli bahwa ia anak dari masyarakat kelas menengah. Lina dan Siska merupakan anak pengusaha sukses dalam bidang masing-masing.
Cellyna Pricillia Ardiaz, anak bungsu dari keluarga Ardiaz yang bergerak di bidang properti. Fransiska Ayra Darma, anak tunggal keluarga Darma. Perusahaan keluarganya bergerak di bidang perhotelan Bali.
Sedangkan Ryssa? Seorang Ryssa Alycia hanyalah anak seorang pegawai kantor. Ayahnya bernama Anto Kurniawan, bekerja di Widjaya Corp. Ibunya, Astri Sekarwati merupakan ibu rumah tangga.
Ryssa merasa beruntung bisa bersekolah di SMA Pelita Bangsa, meskipun melalui beasiswa. Tekadnya sudah bulat, ia tidak akan membuat onar di sini dan akan terus berprestasi untuk kedepannya.
Akhirnya Ryssa sampai di perpustakaan, ia mencari-cari novel yang sedang hangat dibicarakan belakangan ini. Ia berkeliling menelusuri rak buku fiksi. Mata hitam pekatnya juga meneliti setiap judul buku yang ia lewati. Hingga novel yang ia cari akhirnya ia temukan.
Sayangnya, letaknya cukup tinggi sampai-sampai ia tak bisa menjangkaunya. "Permisi. Kak, boleh minta tolong ambilkan novel di atas sana?" Ucap Ryssa kepada kakak kelas laki-laki di sampingnya. XI IPA 3, ucapnya dalam hati setelah melihat badge yang tertempel di seragam laki-laki itu.
Laki-laki di sampingnya itu hanya melirik Ryssa kemudian mengambilkan novel yang dimaksud. "Makasih, Kak!" Ucap Ryssa kepada kakak kelasnya tersebut. Namun nihil, laki-laki itu langsung pergi tanpa mengucap sepatah kata apapun.
Ryssa kesal karena perlakuan laki-laki itu. "Dih, sombong banget mentang-mentang jadi kakak kelas." Cibir Ryssa pelan. Ia duduk di kursi paling dekat dengan jendela yang mengarah langsung kepada kantin. Ia membuka novel tersebut lembar demi lembar, menikmati kata-kata yang dituangkan penulis dalam sebuah karya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arka
Teen FictionRyssa Alycia, gadis cantik nan sopan yang lugu. Ia tak menampik ketampanan seorang Arka Adriansyah Widjaya, sahabat Kakaknya. Pertemuan singkat di perpustakaan antara dia, Arka, dan Alvero kemudian mengantarkan mereka ke titik yang lebih jauh. Di sa...