15. Kunjungan Lina

151 5 0
                                    

Ryssa setengah terbangun ketika Andre memasuki kamarnya untuk membangunkannya.

"Apa sih Kak?!" Ketusnya, karena ia baru saja tidur selama 30 menit tadi setelah melakukan jalan-jalan sorenya bersama Vero.

"Temen lo, nungguin di bawah."

"Siapa?" Tanyanya lagi dengan malas.

"Anu, adeknya Nasya siapa namanya?" Ujar Andre sambil menautkan alisnya pertanda ia sedang berpikir.

Sontak, Ryssa terbangun dari tidurnya dan bergegas ke kamar mandi. Melupakan Andre yang menatapnya jengah.

"Bilangin ke dia, suruh masuk ke kamar aku aja!" Mendengar teriakan adik kesayangannya tersebut, membuatnya kembali ke ruang tamu untuk menemui Lina.

"Ryssa mana, Kak?"

"Dia baru bangun, katanya lo disuruh langsung ke kamarnya aja." Lalu dengan langkah hati-hati, Lina menaiki tangga menuju kamar Ryssa.

Setelah kurang lebih 10 menit Lina menunggu Ryssa di kamar minimalis temannya yang rapi tersebut, akhirnya Ryssa keluar dari kamar mandi yang terletak di pojokan sebelah kanan kamarnya. Ia tampak santai dengan menggunakan hotpants putih dengan kaos oversize warna hitam.

"Ngaret banget sih lo!" Lina mencibir Ryssa, baru 10 menit memang. Tapi itu karena Lina yang menggedor-gedor pintu kamar mandi Ryssa supaya si pemilik tidak betah berada di dalam kamar kecil tersebut.

Yang dikomentari hanya mengedikkan bahu tidak peduli, ia malah duduk santai di balkon kamarnya. Kemudian tangannya mengisyaratkan Lina untuk menyusulnya, di balkon kamar minimalis yang menghadap langsung ke taman kecil di belakang rumah.

"Apa?" Ucap Ryssa membuka pembicaraan setelah mendapati raut muka Lina yang agak murung.

"Gue sebenernya nggak enak buat ngomong ini, tapi--"

"Udah, omongin aja, biasanya juga ceplas-ceplos kan lo." Potong Ryssa cepat diakhiri tawa kecilnya.

Melihat Lina yang sedikitpun tidak tertawa, membuat Ryssa sedikit berdehem dan mengakhiri tawa kecilnya.

"Gue mau cerita tentang rahasia, dan rahasia ini wajib buat lo tau."

"Bilang aja, gue dengerin."

Lina mengambil nafas panjang, kemudian berkata "Siska suka sama Vero, sejak mereka kelas satu SMP."

Bum

Pernyataan mengejutkan dari mulut Lina, sukses membuat nafas Ryssa tertahan beberapa detik. Lantas ia berusaha menetralkan wajahnya dan bersikap seolah tidak peduli, padahal ada setitik rasa di sana. Rasa yang tumbuh karena ia dan Vero yang sering bersama. Ya, walaupun tak sebesar rasanya kepada Arka.

"Terus? Hubungannya sama gue?"

Lina justru tertawa kencang. Membuat Ryssa kebingungan, 'apa gue salah ucap, ya?', ucap Ryssa dalam hati.

"Lo pikir gue bego apa? Ya walaupun gue bego di kimia sama fisika, bukan berarti gue bego di segala hal, Rys." Tutur Lina sembari menyeka air mata yang keluar dari sudut bibirnya akibat terlalu lama tertawa.

"Ya, walaupun gue baru kenal lo selama 2 bulan, gue udah cukup hafal sama sifat lo. Gue tau, bibit cinta antara lo sama Vero udah mulai tumbuh. Dikit demi sedikit." Ryssa menatapnya cengo, karena ia tak pernah bercerita apapun tentang lelaki. Ia termasuk orang yang tertutup jika menyangkut tentang asmara.

My ArkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang