Pukul 5.30 pagi, Arka sudah bangun dan mulai mempersiapkan dirinya untuk sekolah. Ryssa adalah tujuan pertamanya saat ini, bahkan ia rela bangun sepagi ini untuk bersiap-siap.
"Pagi bener lo bangun? Ngigau ya?" Tanya Kak Reza sambil menepuk-nepuk pipi Arka berusaha menyadarkannya.
"Apa sih, Kak! Gue mau berangkat sekolah!" Ketus Arka yang menatap Reza tajam. Walau Reza lebih tua lima tahun daripada Arka, ia tetap tidak berani mengusik ketenangan adik semata wayangnya tersebut.
"Tumben amat sih? Kesambet apaan?" Tanya kakaknya sekali lagi. Kali ini Arka berhenti dan tidak menatap tajam kakaknya lagi.
"Mau jemput temen." Jawab Arka setelah berpikir keras menjawab pertanyaan kakaknya tadi.
"Temen? Biasanya juga pake mobil, kan geng lu orang banyak!"
Arka lalu melihat kunci kendaraan yang ia bawa, kunci motor.
"Hayo lo! Boong! Mau jemput siapa?" Tanya Kakaknya lagi dengan raut muka yang seolah-olah seperti seorang polisi menginterogasi penjahat.
"Ryssa."
"Siapa?"
"Ryssa." Jawab Arka sambil memutar bola mata pertanda malas.
"Siapa?" Ucap kakaknya dengan nada yang sedikit meninggi.
"Ryssa, budek!" Balas Arka berteriak karena kakaknya tak kunjung mendengar jawabannya tadi.
"Gue denger, bego! Maksudnya dia itu siapanya lo?! Ngegas mulu sih!"
"Ya temen lah!"
"Nggak pacar nih?"
"Telinga lo tuh kesumpelan kecoa apa gimana sih?! Dungu amat pantesan!" Jawab Arka ketus lalu pergi dari rumah dan mengendarai motor sportnya, tak lupa ia memakai helm full face miliknya yang membuatnya menjadi lebih tampan.
--
"Dek! Bangun!"
Suara teriakan kakak laki-laki tercintanya tersebut membuat Ryssa terbangun. Ia langsung bangun, karena saat Andre yang membangunkannya, berarti sudah agak siang dan Ryssa harus sekolah.
Ia memilih ke dapur untuk minum terlebih dahulu dan melihat wajah kakak tertampannya yang akan pergi ke luar kota untuk tiga hari kedepan.
Ia menuruni tangga dengan muka yang masih tampak kantuk, ia merasa melihat ada dua orang laki-laki sebesar kakaknya di ruang tamu. Ia mengurungkan niatnya untuk menemui kakaknya, ia berpikir bahwa ia baru saja bangun tidur dan mungkin saja itu hanya bayangan tidurnya.
Sementara dua orang di ruang tamu tampak cekikikan melihat penampilan Ryssa dengan piyama pink serta sandal kelinci dilengkapi dengan rambut acak-acakan khas bangun tidur.
"Ryssa, udah jam setengah tujuh." Ucap kakaknya datar.
"Kakak boong, ini tuh masih jam e-- Arghhhh!" Teriak Ryssa saat menoleh ke arah kakaknya dan mendapati ada Arka disampingnya.
Ryssa menghampirinya dan menepuk pipinya, ia harap ini hanya mimpi. "Lo nggak mimpi, Ryssa. Ini gue, Arka. Arkanya Ryssa." Ucap Arka sambil tersenyum manis, bahkan Ryssa berani bersumpah bahwa siapapun yang melihat senyuman itu akan ikut tersenyum pula.
"Kakak ngapain di sini?" Tanya Ryssa sambil sesekali celingukan ke luar untuk memastikan bahwa Arka ke sini bersama orang lain atau tidak.
"Gue sendirian, Ryssa." Ujar Arka sembari menarik tangan Ryssa untuk mendekat.
"Kakak kok tau terus apa yang aku pikirin, kakak jangan coba-coba ngendaliin pikiran aku ya!" Tuduh Ryssa dengan mata menyelidik.
"Apa deh lo, Dek. Udah cepetan mandi, berangkat sama Arka kan?" Tanya Kakaknya, ia sudah rapi sekarang, nampaknya akan berangkat kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arka
Teen FictionRyssa Alycia, gadis cantik nan sopan yang lugu. Ia tak menampik ketampanan seorang Arka Adriansyah Widjaya, sahabat Kakaknya. Pertemuan singkat di perpustakaan antara dia, Arka, dan Alvero kemudian mengantarkan mereka ke titik yang lebih jauh. Di sa...