"Akupun cukup sadar tentang statusku di pandangan dunia."
"Mama aku pulang!" Teriak seorang gadis saat memasuki rumah minimalis berwarna putih.
"Kakak!" Seorang anak kecil berteriak dari dalam dapur menuju gadis yang baru saja datang. Anak kecil itu memeluk Ryssa.
"Dek, kalo lari-lari nanti jatuh terus sakit. Mau kakinya sakit terus berdarah nggak bisa jalan?" Tanya Ryssa lembut kepada adiknya sembari berjongkok menyetarakan tinggi.
"Kakak sekarang pulangnya sore. Alpi jadi nggak bisa bobok siang baleng kakak, deh." Ucap anak kecil bernama Alvita sambil mengerucutkan bibir.
"Jangan cemberut gitu, dong. Kakak kan udah SMA. Udah besar, jadi pulangnya ya sore sore gini deh." Kata Ryssa menenangkan adiknya yang merajuk.
"Ryssa, mandi dulu terus solat maghrib. Bentar lagi juga papahmu nyampe." Tutur Tante Astri kepada putrinya. Alvita kemudian lari ke pelukan Tante Astri.
"Iya, Mah. Kak Andre mana?" Tanya Ryssa kepada Mamanya. "Kakakmu ada kelas tambahan di kampusnya." Jawab Tante Astri.
"Cie, nanyain gue. Tumben banget lo, dek. Kangen ya? Kangen ya?" Suara bass Andre menggema di ruangan. Ia baru saja sampai saat Ryssa menanyakan perihal dirinya.
"Nggak. Kalo lo nggak ada sih enak enak aja. Gue jadi bisa makan banyak banget, tanpa harus mikirin lo!" Ketus Ryssa sambil membayangkan kenikmatan makanan yang akan ia makan tanpa harus berbagi dengan kakaknya.
"Dih! Liat tuh Ma! Anak Mama songong banget ama kakaknya. Mentang-mentang udah SMA!" Ucap Andre kesal sambil menoyor kepala Ryssa.
"Udah ah, Mama mau ngelanjutin masaknya dulu. Kalian buruan gih mandi. Jangan berantem mulu." Potong Tante Lastri meninggalkan ruang tengah menuju dapur bersama Alvita.
"Lo yang mulai!" Teriak Ryssa di depan Andre kemudian menaiki tangga menuju kamarnya.
"Dih, kok gue sih."
----
Ryssa memiliki seorang kakak bernama Andre ar-Razi. Umurnya terpaut 3 tahun dari Ryssa. Kini ia sedang menempuh studinya di salah satu PTN di Jakarta.
Seorang adik perempuan juga ia miliki, Alvita Reviana. Usianya tiga tahun. Ia masih belum sekolah. Rambutnya pirang dengan perpaduan mata berwarna coklat warisan kakeknya.
Ryssa membutuhkan waktu 20 menit untuk mandi dan ganti baju. Malam ini ia memutuskan akan di rumah saja. Ia mengenakan celana pendek warna navy dengan kaus berwarna putih.
Selesai solat maghrib, ia turun ke ruang makan, tentunya untuk makan malam.
"Buset! Lama amat lo, dek. Cacing di perut gue udah bergejolak ini minta di kasih makan." Ucap Andre dramatis membuat Ryssa mencebik.
"Papa pulangnya kapan? Ryssa kangen." Kata Ryssa sambil memeluk Papanya. "Papa kamu udah pulang dari tadi. Kamunya aja yang lama mandinya." Tutur Tante Astri sambil menyajikan menu makan malam.
"Noh dengerin apa kata Mama. Mandimu itu lama, dek. Kalo ada Nenek di sini. Pasti dia ngomong 'iku adus opo renang kok suwe nemen!'" Sambung Andre sembari menirukan logat jawa Nenek. Membuat semua orang tertawa kecuali Ryssa yang masih cemberut mendapat ejekan dari Kakak mengenalkannya tersebut.
"Andre, kamu itu pinter banget kalo bikin Ryssa marah." Ucap Om Anto menengahi tapi sambil terkekeh.
"Ih, kok semua pada ngetawain aku sih! Kan nggak lucu!" Rengek Ryssa.
"Kak Lica kalo marah cembelut kayak anak kecil." Tutur Alvita yang masih agak pelo tetapi mampu membuat Ryssa tak lagi marah. Ia malah tertawa bersama seluruh anggota keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arka
Teen FictionRyssa Alycia, gadis cantik nan sopan yang lugu. Ia tak menampik ketampanan seorang Arka Adriansyah Widjaya, sahabat Kakaknya. Pertemuan singkat di perpustakaan antara dia, Arka, dan Alvero kemudian mengantarkan mereka ke titik yang lebih jauh. Di sa...