12. Bully (2)

151 5 0
                                    

Siang yang indah, matahari dengan lantangnya menyinarkan cahaya ke bumi. Nampaknya ia sedang berbahagia, sedari tadi pagi bahkan ia bersinar begitu terang. Entah untuk apa. Bisa jadi untuk menerangi jiwa seseorang yang sedang rapuh, atau juga ikut serta akan kebahagiaan seseorang.

Sepasang kaki berjalan melewati koridor sekolah dengan riang sewaktu jam istirahat. Bibirnya tiada henti mengembangkan senyum. Senyum yang sangat manis tentunya.

Sembari membawa buku pelajaran, ia bersenandung ria menyusuri koridor untuk menuju rooftop, tempat ia janjian dengan kakak kelas tampan yang telah merebut hatinya.

Bugh.... Brak.....

Suara tabrakan dua manusia juga buku yang ikut jatuh beterbangan terdengar sampai ujung koridor. Membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Ma-maaf, Kak." Cicit Ryssa sambil berusaha memunguti bukunya yang berserakan setelah ia mengetahui siapa yang ditabraknya. Tunggu. Ia ditabrak tadi, bukan menabrak.

"Berani juga lo muncul di depan kita." Ucap salah satu dari mereka bertiga dengan seringaian devil di wajahnya.

"Awhh, lepas Kak sakit." Ringis Ryssa karena Zahra menjambak rambutnya yang digerai dengan begitu keras.

"Ohh, sakit ya?" Tanya seseorang lainnya lagi yang segera mendekat kepada Ryssa.

"Lepasin dia, Ra." Ucap seseorang itu yang tak lain adalah Nasya, membuat Lusy dan Zahra membeo tidak mengerti.

"Maksud lo apa, Sya?!" Tukas Lusy yang nampak emosi dengan pernyataan Nasya barusan.

Sementara Nasya hanya mengedipkan sebelah matanya seperti memberi sebuah kode, membuat Lusy dan Zahra tidak lagi emosi. Kini giliran Ryssa yang tidak mengerti maksud kedipan tadi.

"Bangun!" Perintah Nasya kepada Ryssa. Kini mereka mulai menjadi pusat perhatian seluruh warga sekolah.

Ryssa mengikuti perintah Nasya. Ia berdiri dan mengucapkan terimakasih lalu berlalu pergi sebelum akhirnya....

Plakk.....

Tamparan keras mendarat mulus di pipi Ryssa. Ya, tangannya dicekal oleh Nasya dan tubuhnya dibalikkan lalu dengan segera, ia menampar Ryssa dengan sekuat tenaga.

Ryssa menganga tidak percaya sambil memegangi pipinya yang sakit. Tak disadari, darah mengalir keluar dari bibirnya. Tentu saja, walaupun Nasya seorang perempuan, ia merupakan seorang atlet karate kebanggan sekolah. Bisa membayangkan bukan seberapa kekuatannya?

"Apa maksud Kakak?!" Tanya Ryssa emosi dan mulai sadar akan keadaan.

"Gue? Cuma main kok." Jawab Nasya dengan santai.

"Kakak anggep Ryssa mainan?!"

"Iya."

Dengan spontan Ryssa mendorong tubuh Nasya hingga mengenai tembok kelas. Bahkan semua penonton hanya bisa melihat karena tidak berani melerai. Bisa-bisa mereka menjadi sasaran selanjutnya dari geng yang terkenal akan bully nya yang kejam.

"Oh, sayang. Lo nggak beruntung banget, dengan mendorong Nasya, artinya..." Ucap Lusy sembari mendekat kepada Ryssa dan menggantungkan kalimatnya.

Plakkk......

Plakkk......

Dua tamparan keras mendarat di pipi kanan dan kiri Ryssa. Kini bukan Nasya yang menamparnya, tapi Lusy dan Zahra secara bergiliran.

Ryssa berusaha mendorong keduanya namun ia kalah cepat. Nasya lebih dulu mendorong Ryssa sampai Ryssa jatuh terjerembab ke lantai yang dingin.

"Apa lo masih mau main-main sama gue, Ryssa?" Tanya Nasya sembari berjongkok menghadap ke Ryssa dan mencengkeram erat pipi Ryssa dengan kedua tangannya.

My ArkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang