3. Sosok Keibuan

357 11 0
                                    

Setelah yakin sosok laki-laki tersebut benar benar pergi. Nissa mulai melangkah meninggalkan masjid. Keadaan jalanan masih sama. Macet. Ia memperhatikan berbagai penjual jajanan di sekitar trotoar. Perut yang sedari tadi belum diisi mulai mengeluarkan suara yang khas. Gadis itu mengedarkan pandangan ke beberapa penjual. Berbagai nama makanan khas daerah masing-masing terpampang di setiap papan menu gerobak. Ada Soto Lamongan, Bakso Malang, Rujak Cingur, Lontong Balap, Mie Aceh dll. Semuanya terlihat padat pembeli. Antrian yang panjang membuatnya urung untuk membeli makanan itu. Kembali ia edarkan pandangan, tak perlu waktu lama. Pandangannya jatuh kepada pedagang wanita paruh baya yang menjajakan berbagai macam jenis kue kering maupun basah di bawah pohon yang besar nan rindang. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri dan pembelinya tidak terlalu ramai, membuat Nissa memilih pergi kesana.

"Mbok!" panggil Nissa seraya berjongkok agar dapat melihat sosok wanita di hadapannya

"Eh, cah ayu, mau beli apa? Monggo di pilih dulu" kata wanita itu sembari tersenyum ramah

Nissa memperhatikan aneka kue di depannya. Ia bingung akan pilih yang mana? Hampir semua kue adalah kesukaannya mulai dari Klepon, Apem, Kucur, Lupis, dan Getuk. Itu semua adalah jajanan khas Jawa yang gadis itu gemari

"Berapaan Mbok?" tanya Nissa sembari menempelkan jari telunjuk di dagunya tanda sedang berpikir keras

"1 biji seribuan Nduk" jawab wanita itu

"Ya udah campur Rp. 5000"

"Siap!" tangan wanita itu terangkat ke atas bak tentara yang memberi hormat kepada pemimpinnya

Nissa terkekeh kecil melihat sikap wanita itu. Ia amati raut wajah yang sudah termakan usia. Sosok keibuan terpampang jelas dari pemilik manik hitam yang teduh. Bibirnya tipis, hidung sedikit mancung, dan alis yang tipis. Guratan-guratan keriput tercipta alami di dahinya. Sosok keibuan itu berhasil membuat Nissa mengingat ibu yang selama ini melahirkan dan merawatnya. Sesuatu yang bernama rindu telah berhasil mengusik hatinya. Manik hitam itu mulai berkaca-kaca siap meneteskan cairan kristal.

Merasa ada yang aneh dengan gadis di depannya membuat wanita itu melambai-lambaikan tangan di hadapan Nissa

"Nduk! Cah ayu!" panggil wanita tersebut

"Eh, mbok" Nissa sadar dari lamunan. Ia mengusap sudut mata yang mulai penuh oleh cairan bening

"Niki Nduk!" wanita itu menyodorkan kantong plastik yang berisi jajanan pesanan dari gadis cantik di depannya

"Oh iya mbok. Sebentar ya" Nissa mengambil kantong itu dan merogoh saku celana, kemudian menyodorkan selembar uang sepuluh ribuan kepada wanita paruh baya tersebut

"Beh Nduk, Mbok ndak punya kembalian iki" keluhnya

"Udah Mbok ambil aja. Saya ikhlas"

"Wah.. matur nuwun yo cah ayu" manik hitamnya berbinar

"Sama-sama Mbok....?" Nissa mengangkat satu alisnya tanda bertanya

"Aku Mbok Surti. Panggil Mbok Sur ae yo"

"Oh iya Mbok Sur. Saya Annissa Putri Humaira, panggil Nissa Mbok" gadis itu tersenyum hangat

"Namane bagus lho, sebagus orangnya, cantik pula" Mbok Sur memujinya.

Pipi gadis itu memerah mendengar pernyataan dari Mbok Sur

"Mbok Sur bisa aja. Namanya juga cewek Mbok, pasti cantik kalau ganteng namanya cowok" alasan yang pas untuk menghindari timbulnya rona merah di pipi. Mbok Sur hanya tersenyum.

"Sayangnya, Mbok ndak punya anak wedok. Semuanya laki-laki. Itupun mereka sudah pada berkeluarga, jadi Mbok tinggal sendiri di rumah. Eh, Mbok kok malah curhat ya nduk?" Mbok Sur nyengir kuda

Lantunan Ar-Rahman(Slow Update!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang