"Woi! Bengong mulu," suara teriakan khas keluar dari mulut Vira berhasil mengagetkan Nisa, "jawab napa Nis? Akhir-akhir ini Lu sering ngelamun tau nggak?," kata Vira mulai kesal.
"Ngelamun itu enak Vir"
"Kerasukan Jin baru tau rasa Lu," Nisa hanya menanggapi dengan senyum tipis, "ngomong-ngomong Lu masih suka dateng ke Club Malam ya?," tanya gadis berdarah campuran itu yang mulai merasa khawatir dengan keadaan Nisa yang akhir-akhir sering melamun.
"Udah semingguan Gue udah nggak kesana," jawab Nisa.
"Syukur deh kalo gitu"
"Tapi, kayaknya Gue udah kangen deh sama suasana di sana. Apa nanti malam Gue kesana lagi ya?"
"Jangan dong Nis. Katanya Lu mau berubah, gak bakal ngelakuin hal-hal haram kayak gitu. Masa' Lu mau ngerubah jalan kebaikan yang perlahan Lu pupuk kembali," terang Vira, walaupun berbeda keyakinan, tapi sahabat karib Nisa ini tak ada bosan-bosannya menasihati.
"Percuma Vir, keluarga Gue gak ada yang peduli. Buktinya Gue di usir dari Rumah. Mereka gak ada lagi yang sayang sama Gue. Belum lagi kemaren, Gue ketemu sama orang yang dulu pernah nyakitin Gue. Gue rasa, sekarang Tuhan udah gak peduli sama Gue. Kehidupan Gue tiap hari rasanya hancur," ucap Nisa dengan bibir bergetar, tatapannya kosong, bulir bening lolos dari kedua mata indahnya.
"Husttt, jangan ngomong gitu Nis. Ini semua ujian buat Lu, Tuhan ingin menguji seberapa kuat iman seseorang yang mau berubah. Itu artinya Tuhan masih merhatiin Lu, Dia pengen Lu jadi orang yang lebih baik lagi. Justru orang yang gak pernah diberi cobaan, itu artinya dia gak dapet perhatian lagi dari Tuhan. Harusnya Lu bersyukur Nis," terang Vira mencoba sebijak mungkin, agar sahabatnya itu dapat mengerti.
"Terus Gue harus gimana Vir?," Ujar Nisa tertunduk.
"Jalani ini semua. Lakukan dengan ikhlas dan sabar, Gue yakin suatu saat pasti Lu bakalan nemu titik bahagia Lu bersama orang-orang yang Lu sayang"
"Apa Gue bisa melaluinya?," tanya Nisa parau.
"Gue yakin Lu bisa. Lu kan wanita kuat, wanita hebat. Ayo Nis, terus semangat!. Hidup masih panjang, lalui masa muda lu dengan kebaikan yang dapat bermanfaat bagi diri Lu sendiri dan orang lain," ucap Vira penuh semangat, lalu bangkit dengan kepalan tangan di angkat ke udara, kemudian menepuk pundak sahabatnya. Nisa menoleh ke arah sahabat karibnya itu, ia tersenyum ketika melihat bingkai Vira yang selalu memberinya semangat sekalipun dalam kondisi terpuruk. Setelahnya gadis itu langsung memeluk Vira.
"Makasih Vir, selama ini cuma Lu orang yang selalu ada dalam suka duka Gue," kata Nisa masih berpelukan dengan Vira.
"Yoi, kita kan sahabat," ujar Vira mengelus punggung Nisa, memberi support kepada gadis tersebut, "sekarang kita masuk kelas yuk, bentar lagi si dosen killer datang. Gue gak mau disuruh berdiri di koridor sampai jamnya selesai, gara-gara cuma telat 1 menit doang"
"Hehe, iya," cengir Nisa lalu melepaskan pelukannya seraya menghapus jejak air mata.
Dua sejoli itu melenggang pergi. Saat di jalan, mereka sempat berpapasan dengan Farhan (kalo lupa, baca part 4). Namun Nisa tak menghiraukan, sedangkan Vira terus memperhatikan langkah Farhan. Nisa yang melihat tingkah Vira, hanya geleng-geleng kepala.
Sesampainya di dalam kelas, beruntung mereka berdua tidak terlambat. Perasaan yang awalnya dag dig dug, kini dapat tenang kembali. Dua gadis itu duduk di bangku masing-masing. Derap langkah kaki dari luar terdengar akan memasuki kelas. Kelas yang awalnya ramai, seketika berubah menjadi hening. Aura yang di bawa oleh si dosen killer benar-benar memengaruhi kedisiplinan para Mahasiswa.
Perlahan derap langkah kaki semakin mendekati kelas. Jantung para Mahasiswa berdetak lebih kencang bak genderang perang, peluh keluar mengucur deras. Deg-deg-deg. Dari ambang pintu terlihat sosok bayangan pria bertubuh tambun, tidak tinggi, perut buncit, dan satu yang tak boleh ketinggalan yaitu kumis tebal yang menjadi ciri khasnya. Tetapi, ada yang berbeda dengan sosok bayangan itu. Bayangannya menjadi tampak lebih tinggi, tegap, kekar dan perut rata. Berbagai kegiatan di lakukan oleh para Mahasiswa, ada yang menutup mata, sembunyi, melotot dan ada pula yang berpura-pura membaca buku. Ketika sosok tersebut benar-benar memasuki kelas, mata para Mahasiswa seakan-akan terpaku melihat kehadiran sang dosen. Mereka takjub melihat sosok yang berdiri gagah di hadapan mereka. Begitupun dengan Nisa dan Vira, mereka berdua merasa tidak percaya dengan yang dilihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Ar-Rahman(Slow Update!)
Teen Fiction[Revisi Setelah Tamat]. "ANNISA PUTRI HUMAIRA". Gadis yg terlahir dari keluarga harmonis ini harus merasakan bagaimana sebuah penderitaan mulai dari masalah keluarga yg terlanjur membuatnya patah semangat untuk hidup, sampai membawanya dalam sebuah...