Comeback Home

2.5K 268 27
                                    

Hari demi hari berlalu dan musim dingin telah hilang timbul seiring dengan penantian seorang yeoja yang saat ini berdiri diatas jembatan.

Ia memandang sungai yang beku dibawahnya dan menaburkan bunga mawar yang agak layu, tubuhnya kedinginan dan bibirnya bergetar, serta nafasnya yang mengeluarkan uap tak beraturan.

"Terimakasih untuk semuanya, aku akan menjaga anakmu dengan baik."

Tangannya semakin kaku kemudian ia masukkan ke dalam saku jaketnya. Beberapa waktu yang lalu baru saja ia menangisi kepergian adik tercintanya sekaligus ibu dari anaknya.

"Irene, ayo kita pulang. Jihoon menangis." ajak seorang namja tua didalam mobil.

Irene mengangguk dan menuruti perintah mertuanya, insung. Adiknya berpesan agar abunya ditebar di korea saja saat waktunya ia kembali kepada Tuhan. Dan sekarang sudah beberapa bulan sejak permintaan itu diajukan.

Hidupnya sekarang difokuskan untuk jihoon dan suaminya yang tak kunjung kembali ke korea, ponselnya tak bisa dihubungi. Hanya sesekali suaminya itu memberi kabar melalui surat.

Wajar saja karena seulgi benar-benar ingin fokus dan tentu saja irene sangat bangga walaupun dalam hatinya juga berteriak meronta-ronta apabila mendapat kabar suaminya sakit.

"Apa kau mengkhawatirkan suamimu lagi?" insung memegang tangan irene yang terasa sangat dingin.

Insung terkekeh. "Aku jadi teringat saat pertama kali aku menemuimu dulu, kau seperti pohon besar yang menancap di tanah. Sangat sulit ku bawa pulang hahaha."

Irene malu dan tersenyum sambil menunduk, ia ingat sekali bekas luka akibat tali di tangan masih ada. Itu membuat kenangan yang menurut irene lucu tak dapat dihilangkan.

Jika diingat memang kesannya sangat lucu, siapa yang tahu sekarang ia dan seulgi bisa sangat akur layaknya suami istri pada umumnya.

Tak berapa lama mereka sampai di rumah. Seperti biasa, suara tangis anaknya terdengar sampai luar. Irene segera masuk ke dalam.

"Dimana jihoon, bi?" tanya irene.

"Ada di kamar, nyonya..."

Irene naik ke lantai dua dan mendengar tangis anaknya tiba-tiba berhenti. Aneh memang, tak biasanya jihoon berhenti menangis sampai irene ada di sampingnya.

"Jihoon-ah..." irene membuka pintu kamarnya lebar-lebar.

Seorang namja menoleh ke arah pintu dan tersenyum padanya. Senyum irene memudar, nampak wajahnya terkejut.

"Ingin memelukku juga? Anak kita menangis tiada hentinya."

Air mata irene keluar dengan derasnya dan berlari untuk memeluk seulgi. Dalam hati rindu sekali ia pada suaminya, menangislah sejadi-jadinya di dada seulgi.

"Kenapa kau jahat sekali, aku tidak boleh menghubungimu sama sekali...." kata irene ngegas dan memukul dada seulgi.

"Aw aw aw, sakit dong jangan dipukul hahaha. Aku minta maaf ya, aku ada banyak meeting. Lagipula aku sudah pulang sekarang."

Irene menyeka air matanya dan melihat banyak paper bag di atas ranjang. "Kau beli banyak oleh-oleh, kau sudah membelikan apa pesananku?"

"Tentu, aku sudah membungkusnya sebaik mungkin. Mau jenguk kapan?" tanya seulgi.

"Nanti malam bagaimana? Ada yang ingin louis katakan padamu." gumam irene.

......

Irene menggandeng seulgi ke meja makan, disana bibi sudah memasak makanan kesukaan seulgi dan irene. Mata seulgi berbinar.

I'M IN LOVE [SEULRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang