I Got a Baby...

3.9K 309 57
                                    

Irene menimang ponakannya yang sedang tertidur lelap disana gendongannya. Sambil menunggu arin menyisir rambut dan menata pakaian si kecil.

"Kak, nggak mau sarapan dulu? Tante masak makanan kesukaan kakak, lho..."

"Nanti ah, aku masih mau gendong anak kamu. Oh iya rin, kapan suamimu pulang?" tanya irene.

"Nggak tahu, udahlah biarin aja. Dia memang suka banget kerja sampai tidak pernah pulang."

"Oh ya? Pantas saja aku nggak pernah lihat. Semua cowok emang gitu ya, rin... Seulgi juga gitu..."

"Masak sih kak? Oppa baik kok, bahkan setiap bulan transfer uang ke appa. Makanya kita semua bisa tinggal disini, rumah ini dulu disita."

"Seulgi transfer uang tiap bulan?" tanya irene.

Arin mengangguk mantap, "Huum jumlahnya tidak sedikit. Katanya uang itu sebenarnya gaji kakak tiap bulan. Tapi oppa berjanji pada appa akan membahagiakanmu. Maka dari itu appa mau menerima uang itu..."

Irene tak menyangka jika seulgi yang dianggapnya sangat arogan selama ini  sebenarnya sedang berusaha untuk membuatnya bahagia. Bahkan keluarganya yang ada di jauh pun juga merasa bahagia karena seulgi. Irene jadi merasa tidak enak pada suaminya sendiri.

"Ini sudah hampir setahun kalian menikah. Apa tidak ada rencana punya anak? Oppa selalu bilang kalau kau belum siap, appa bahkan menanyakan ini tiap hari padanya."

"Jinjjayo? Aku tidak tahu kalau appa menghubunginya..." jawab irene.

......

"Seul..." irene menghampiri seulgi yang duduk seorang diri di dalam kamar. Mau apa lagi kalau bukan membuka laptopnya dan kerja.

"Seul..." sapa irene lagi.

"Hmm? Waeyo? Kau mau mandi? Ganti baju? Kopernya ada di dalam lemari." jawab seulgi sambil terus melihat laptopnya.

"Aniya~~~ Seul, aku mau punya anak." kata irene berhasil mengalihkan perhatian seulgi ke dirinya.

Sudah seulgi duga irene akan menanyakan hal ini juga. Berulang kali dia harus memutar otak untuk menjawabnya. Bagaimana supaya tidak menyakiti hati irene saat ia menjawabnya. Sialnya seulgi selalu saja terpeleset lidah hingga meninggikan nadanya membuat irene salah paham.

"Bagaimana mau punya anak kalau kita selalu saja seperti ini. Irene-ah, apa kau tidak merasa kalau kita ini jarang sekali akur? Aku mau punya anak tapi kau saja selalu menghindariku. Tabahkan dirimu, aku tidak bisa punya anak."

"Mwo? Apa maksudmu tidak bisa punya anak?" tanya irene.

"Ne... Kita tak bisa punya anak. Aku memang sudah dinyatakan seperti itu oleh dokter. Sekarang terserah kamu mau marah atau tidak. Tapi jujur ketika ditanya itu aku memang masih kesal, aku sudah melakukan segalanya untuk pengobatan. Aku..."

Irene memeluk seulgi dari belakang dan menyandarkan kepalanya pada punggung hangat suaminya. "Inilah yang ingin ku dengar darimu... Jujur saja padaku maka aku akan mengerti. Sekarang aku adalah istrimu jangan berusaha terlalu keras untuk merasa sempurna di depanku..."

"Jadi kau tidak akan lari dariku? Walaupun aku punya sejuta kekurangan dalam diriku?" tanya seulgi.

"Memangnya aku mau lari kemana lagi? Kurasa kita memang ditakdirkan bersama, seul... Cukup selalu ada di sisiku aku sudah merasa nyaman." Irene duduk di pangkuan seulgi dan menggeliat.

"Inilah yang kusuka dari seorang irene, cantik luar dalam. Berikan aku kesempatan untuk membayar semua kesalahanku padamu."

"Gomawo, kau sudah memberikan uang itu pada appa. Kau sudah membayar hutang appa. Uang itu tidak sedikit. Juga aku tak menyangka sudah hampir satu tahun kita menikah. Ayo kita rayakan ulang tahun pernikahan kita..."

I'M IN LOVE [SEULRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang