3

51 5 9
                                    

Aleana seperti orang gila sekarang. Ia tertawa sendiri, berbicara sendiri, bahkan berjingkrak-jingkrak seperti gadis yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa. Kelima sahabatnya sampai bergidik ngeri melihat kelakuan Aleana yang kurang normal tersebut.

"Kita bawa Le ke dokter yuk. Gue takut dia kebentur sesuatu tadi."

"Jangan, kita bawa dia ke pak Kyai aja, mungkin dia tadi ketempelan kuntilanak makanya kayak orang kesurupan gitu."

Plakk!

Plakkk!

Elang menggeplak kedua laki-laki absurd didepannya.

"Otak kalian noh yang mestinya dibawa ke pak Kyai buat dirukyah. Nyablak gak pake mikir dulu."

Arez dan Ardan menyengir. Lupa jika didepannya ada sayap-sayap Aleana yang akan siap menjadi pelindung gadis itu.

"Ya maap Lang, gue cuma khawtir aja sama kelakuan tuh anak. Dari tadi masam mesem sendiri." Ucap Arez membela diri.

"Dia lagi seneng, bukan lagi stress kayak yang lo berdua pikirin." Jelas Razka membuat kedua laki-laki didepannya beroh ria.

"Clubbing yuk. Udah pegel nih badan gue gak turun ke dance floor." Ucap Arez sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Boleh, tar malem ya. Yang lainnya gimana?" Tanya Ardan sambil menatap Azka, Razka dan Elang bergantian.

"Gue sih ngikut aja."

"Iya."

"Gue juga."
Kelimanya sepakat untuk pergi, Aleana yang kebetulan menguping pembicaraan mereka langsung tersenyum penuh arti. Kali ini ia tidak akan gagal lagi untuk mengikuti mereka ke club. Bodo amat jika nanti ia dimarahi, ia akan tetap nekat untuk ikut.

Malamnya gadis itu sudah siap untuk menjalankan misi.hoodie hitam dan hotpans menjadi busananya malam ini.
Gadis itu menutup pintu rumahnya. Tak lama kemudian seorang driver ojek yang memang ia pesan datang juga.

"Cepet ya bang. Udah malem banget ini soalnya." Ucap Aleana yang diangguki oleh driver ojeknya.

Gadis itu tersenyum lebar. Ia sudah tidak sabar untuk ikut bersenang-senang dengan sahabat-sahabatnya yang lain nanti.

Waktu sudah menunjukan pukul 22.00 malam. Aleana tengah berdiri dengan bingung mencari keberadaan mereka.

"Kok gini banget ya tempatnya."
Aleana bergidik ngeri melihat pemandangan didepannya. Wajahnya langsung berbinar saat melihat keberadaan Razka yang tengah duduk bersama Elang.

"Hai guys." Panggilnya dengan senyum lebar.

Razka dan Elang langsung melotot melihat Aleana yang kini sudah berada didepan mereka.

"Lo ngapain kesini?" Tanya Elang tak suka. Ia bahkan sampai menarik pergelangan tangan Aleana hingga gadis itu terduduk paksa.

"Kok lo kasar banget sih Lang. Gue kan cuma pengen ikut gabung sama kalian." Ucap Aleana dengan wajah memerah menahan tangis.

Elang mengusap wajahnya kasar. Ia lupa jika Aleana tidak bisa dikasari.

"Raz. Lo uruz dia. Gue gak mau kelepasan dan bikin dia nangis."
Razka mengangguk. Setelah kepergian Elang, Razka mencoba untuk mengajak Aleana yang dari tadi hanya menunduk untuk berbicara.

"Hei.. Gak usah dibawa perasaan ya, lo tau sendiri Elang orangnya kayak gimana."

Aleana mengangguk, ia kini menatap Razka yang tengah menuangkan minuman untuknya.

"Nih minum dulu. Tenang aja, ini cuma minuman bersoda kok."

"Makasih Kaka. Lo emang yang terbaik." Ucapnya sambil menyengir.

MEDALEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang