part 9

28 4 0
                                    

Aleana tersenyum saat Meda membawanya kedalam pelukan laki-laki itu. Memang rasa takut itu masih ada. Tapi ia harus mencoba mengenyahkan ketakutannya.

"Gue gak bisa janji kalo gue gak nyakitin lo kedepannya Leana. Karena gue belum bisa ngontrol emosi gue."

"Gak apa-apa. Gue ngerti kok. Gue akan nerima apapun resikonya asalkan gue gak kehilangan lo." Jawab gadis itu sambil memeluk laki-laki itu erat.

Gadis itu sudah mantap dengan keputusannya saat ini. Masa bodoh dengan apa yang akan terjadi nanti. Toh sekarang pun ia sudah merasakannya.

Sekitar pukul 23.00 malam,keduanya pun pulang, namun Meda membawanya ke apartement miliknya. Bisa gawat nanti jika kakaknya yang satu itu tau kalau melihat keaadaannya kini.

"Gue mau dibawa kemana sih?" tanya Aleana heran.

"Apartement gue." Jawabnya singkat sambil tetap berjalan tenang menuju apartementnya.

Laki-laki itu memasuki apartementnya yang masih dalam keadaan gelap gulita.
Aleana hanya mengintil dibelakang karena takut dengan suasana yang sepi dan gelap.

"Tunggu disini. Gue mau bawa baju buat lo."

Gadis itu mengangguk. Ia sedikit canggung karena tidak tau harus melakukan apa.
Ruangan bernuansa hitam dan abu-abu itu membuatnya terkesan misterius persis seperti pemiliknya.

5 menit kemudian Meda datang dengan membawa satu stel baju yang langsung diberikan padanya.

"Sorry kalo kegedean. Disini gak ada baju cewek. Itu juga baju belum pernah gue pake."

"Oh.. Iya gak apa-apa kok. Kalo gitu gue ganti baju dulu ya." Ucap Aleana kikuk.

Meda tak menjawab perkataan Aleana tadi, laki-laki itu malah berjalan ke dapur tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Aleana mendengus. "Harus banyak sabar Lea.. Nasib punya cowok plin-plan ya kayak gitu." Gumamnya sambil memakai baju yang diberikan Meda tadi. Setelah selesai mengganti pakaiannya, gadis itu pun keluar dan berniat untuk menemui Meda.

Namun wajahnya langsung merona saat melihat pemandangan yang membuat jantungnya hampir saja copot.

Meda tengah memasak sesuatu di dapurnya sambil bertelanjang dada.

"Duduk disana. Bentar lagi mateng kok." Ucap Meda sambil menunjuk Aleana dengan spatula yang sedang dipegangnya.

"Lo bisa masak?" tanya Aleana tak percaya.

"Kenapa?aneh gitu liat cowok bisa masak?" Aleana langsung menggeleng. Bisa gawat jika laki-laki itu marah. Yang ada bukannya makan, ia yang malah dimakan oleh Meda.

Membayangkannya saja ia sudah ngeri sendiri.
Aleana menatap takjub dengan apa yang tersaji dihadapannya.
Semangkuk sup, dan ayam goreng langsung membuat perutnya minta diisi.

"Biar perut lo anget. Jadi gue masakin sup. Gak apa-apa kan?"

"Gak apa-apa kok. Gue malah mau bilang makasih karena lo udah repot-repot masakin gue."

Meda tersenyum tipis. Keduanya pun makan dengan tenang tanpa ada yang berniat untuk membuka percakapan.
Aleana tetap asik dengan makanannya sedangkan Meda tengah bertompang dagu sambil memperhatikan Aleana.

"Ngapain sih liatin gue?"

"Pengen aja." Jawabnya sambil tersenyum misterius.

Aleana yang merasakan alarm bahaya berbunyi dikepalanya langsung menghentikan acara makannya dan menatap Meda waspada.
Laki-laki itu memajukan dirinya hingga kini keduanya saling berhadapan dengan jarak yang begitu dekat.

MEDALEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang