Part 11

32 4 16
                                    

"Udah bangun lo?"
Meda yang baru saja sadar dari pingsannya tersentak saat melihat Langit sudah berdiri didepannya sambil melipat kedua tangannya didada.

"Lo kok bisa disini Kak?" Tanya Meda heran. Ia baru ingat jika semalam ia hampir saja tewas dikeroyok oleh sahabat-sahabatnya Aleana. Mengingat nama Aleana, laki-laki itu menghela nafasnya berat.
Disaat ia mulai mencintai seseorang lagi, kenapa harus serumit ini.

"Kenapa lo bisa gini Meda? Lo mau bikin mama sakit?" Tanyanya dengan nada tajam dan menusuk.

"Gue.. Gue dikeroyok sama lawan balapan gue bang." Jawab Meda sambil menyengir.

Langit yang mendengar jawaban bohong dari Meda hanya mendengus. Apa adiknya itu mengira jika ia tidak melihat kejadiannya.

"Gue tau lo bohong Andromeda. Jujur atau gue bilang tentang semua ini ke kakak kesayangan lo." Ancamnya yang berhasil membuat Meda gelagapan.

Bisa gawat jika Arlett tau hal ini. Yang ada nanti motornya disita oleh kakaknya itu.

"Jangan dong kak. Iya gue jujur."

Dan mengalirlah cerita tentang hubungannya dengan Aleana. Langit sendiri dengan sabar mendengarkan apa yang terjadi dengan adik bungsunya ini.
Ia tidak menyangka jika Meda mempunyai kisah cinta yang rumit seperti itu.

"Jadi gitu kak." Ucap Meda mengakhiri ceritanya.

Langit menghembuskan nafas kerasnya. Bingung harus bereaksi seperti apa setelah mendengar semuanya.

"Lo cinta sama Aleana?"

Meda tertegun. Cinta?? Apakah ia memang benar-benar mencintai gadis itu?

Tapi disisi lain ia juga membenci Aleana, bahkan Lean begitu membencinya.

"Gue gak tau kak. Disatu sisi gue emang sayang sama dia. Tapi disisi lain gue juga benci dia. Aleana penyebab Gisya mati kak." Ucapnya sedikit emosi.

"Lo gak bisa nyalahin Aleana gitu aja. Dia cuma korban, lo harusnya bisa mikir sampe kesana." Jelas Langit membuat Meda diam seketika.

"Aleana cuma jadi alat buat mereka dan Gisya supaya gak disalahin sama lo."

"Gue harus gimana kak? Gue udah nyuruh dia pergi." Ucapnya sendu.

"Kejar dia. Sebelum semuanya bener-bener terlambat." Ucap Langit kemudian pergi meninggalkan Meda sendiri.

Dilain tempat, Aleana tengah duduk dibalkon apartement Elang dengan tatapan kosongnya.
Air matanya mengalir begitu saja saat ia mengingat kini ia tidak bisa bertemu lagi dengan Meda.

"Gue kangen lo Meda.." Bisiknya lirih. Gadis itu bahkan tak menghiraukan Elang dan Arez yang dari tadi mencoba untuk menghiburnya.

"Please Na jangan kayak gini. Gue gak bisa liat lo sedih gini." Ucap Elang dengan tatapan sendunya.

"Iya Na, kita rela ngelakuin apapun buat kebahagiaan lo asal bukan Meda. Dia itu cowok gak baik buat lo."

Aleana berbalik dengan senyum sinisnya. "Lo bilang cowok gue bukan cowok baik. Lo harusnya juga ngaca. Emang lo udah jadi manusia paling bener?"

Arez terkejut mendengar kata-kata kasar Aleana. Apa maksudnya Aleana berkata seperti itu?

"Wait. Lo kenapa jadi kasar gini sih Na?" Tanya Ares mulai emosi.

"Lo pengen tau?!Gara-gara kalian gue gak bisa sama Meda. Kalian tuh yang brengsek. Kalian udah ngebunuh Gisya kan?!" Teriaknya emosi. Sedangkan Elang dan Arez sudah pucat pasi mendengar perkataan Aleana.

"Lo tau dari mana?" Tanya Elang dengan nada takut.

"Lo kira gue hampir mati itu gara-gara siapa hah!!! Leander tuh mau bunuh gue gara2 kalian udah ngebunuh Gisya!!!!! Sekarang siapa yang brengsek disini?!"

MEDALEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang