Part 14

36 4 0
                                    

Semua murid yang ada dikelasnya terbengong melihat Meda datang dengan gadis yang kini berjalan dibelakangnya.
"Gila, si Meda diem-diem punya barbie. Pantesan aja si Hana gak dilirik sama dia."

"Woy Meda. Gila lo bawa cewek sampe ke kelas segala." Teriak Andra salah satu teman segenknya.

Meda hanya menaikan sebelah alisnya karena tidak tau harus menjawab apa. Untungnya hari ini para guru sedang mengadakan rapat disekolah lain sehingga Aleana bisa aman berkeliaran disekolahnya.

"Pacar gue pengen ikut. Mumpung gak ada guru juga." Ucap laki-laki itu cuek.

"Kamu duduk disini dulu ya, aku mau beli minum dulu buat kamu."

"Gak mau, aku pengen ikut." Rajuk Aleana sudah hampir menangis.
Meda hanya bisa pasrah saat Aleana menjadi ekornya seharian ini.
Dan kini keduanya tengah duduk dimeja kantin dengan dua mangkuk mie didepan mereka.

"Makannya pelan-pelan sayang.. nanti kamu keselek."  Ujar Meda mengingatkan. Aleana sendiri sepertinya tidak menggubris apa yang dikatakan Meda. Entah kenapa ia begitu lapar sekarang.

"Yeaayy habis.." ucap Aleana sambil bertepuk tangan.

"Pinter.. masih lapar gak? nanti aku pesenin lagi. Kamu mau apa hmm?"
Aleana terkikik saat Meda mengusapi wajahnya. Mereka berdua bahkan tidak menyadari jika sekarang keduanya tengah menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak, Meda memang tidak bersifat dingin hingga membuat murid-murid perempuan menjulukinya prince ice seperti dinovel-novel. Namun karena sifat ramahnya justru itu yangembuatnya digilai oleh gadis-gadis disekolahnya.

BRAKK!

Aleana terlonjak kaget saat seorang gadis didepannya menggebrak meja dan kini tengah menatapnya tajam.

"Jauhin pacar gue!" Ancamnya membuat Aleana mengerutkan alisnya bingung.

"Lo ngomong sama gue?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iyalah, siapa lagi! Jauhin Meda atau gue gak segan-segan buat bikin lo menyesal."
Aleana menatap Meda yang kini hanya diam sambil menonton adegan live didepannya dengan senyum miring. Oh tidak, yang didepannya kini bukan Meda, melainkan Leander.

"Berani lo nyentuh dia. Gue gak segan-segan buat bunuh lo jalang." Ucap Leander dingin dan menusuk.

"Kok lo ngomong gitu sih Da, aku kan pacar kamu." Ucap gadis itu dengan raut terkejutnya.
"Pacar? Lo ngehalunya ketinggian. Gue gak tertarik sedikit pun sama lo. Emang lo pikir dengan dandanan kayak gitu gue mau sama lo? Cih, lo malah terlihat kayak jalang-jalang diluaran sana Hana. So, sebelum gue apa-apain lo. Pergi dari hadapan gue sekarang."
Ancaman itu berhasil membuat Hana langsung berlari ketakutan. Siapa suruh ia mengganggu mereka. Seperti tidak ada kerjaan saja.
Aleana tersenyum manis ketika Leander kembali duduk dikursinya membuat Leander menyerengit bingung melihatnya.

"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Leander sambil membersihkan bibir Aleana yang belepotan.

"Kok aku liat kamu ngancem gitu malah seneng ya." Jawab Aleana sambil memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan Leander.

"Lo sejak hamil kok aneh ya."

Aleana terkikik. "Gak tau, mungkin bawaan baby kita."

Leander hanya mengangguk mengiyakan. Mungkin memang benar jika itu bawaan bayi mereka. Dan ngomong-ngomong soal bayi, ia harus segera menikahi Aleana. Karena jika tidak, akan timbul masalah besar dengan kuliah gadis itu nanti.

"Lean.. nanti malem lo ikut gue ke rumah Kak Arlett ya."

"Mau ngapain?"

"Cuma mau maen aja lah..ikut ya."

MEDALEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang