Plakkk.
Tama menatap amplop didepannya dengan kening berkerut dalam. Apalagi melihat seseorang didepannya yang kini tengah menatapnya dengan tatapan marah.
"Itu bayaran sama biaya pengobatan buat tangan lo yang udah gue patahin." Ucap Meda dingin.
N
Tama sendiri hanya mengangguk patuh. Ia sangat tau betapa berbahayanya orang didepannya ini.
Untung saja kemarin malam laki-laki itu hanya mematahkan tangannya saja.Galaxy Andromeda.
Tama tidak akan pernah lupa dengan sosok mengerikan itu. Laki-laki yang tidak akan segan untuk membunuh lawannya dan hanya menganggap nyawa orang lain sebagai mainan.
Laki-laki itu memang masih duduk dibangku SMA, tapi bukan berarti ia tidak ditakuti oleh lawan-lawannya.
Julukan Black Devil yang disandang olehnya membuat lawannya harus berfikir dua kali jika ingin berhadapan dengannya."Jangan pernah sekalipun ngusik Aleana tanpa persetujuan gue. Ngerti?!"
Tama kembali mengangguk.laki-laki itu langsung bersikap waspada saat Meda berjalan kearahnya.
"Lo tau. Sepertinya gue harus ngebungkam mulut lo karena lo udah berani nyentuh milik gue Tama."
"A. Ampun Bos, sa-saya tidak tau kalo Aleana itu.." Ucapnya terbata-bata.
BRAKK!!!
kursi kayu itu langsung hancur tak berbentuk saat Meda melemparkannya ke dinding.
"Cihh. Tapi sepertinya gue gak bisa ngampunin lo." Jawab Meda datar tanpa ekspresi.
Laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, Tama sendiri sudah pucat pasi begitu melihat apa yang dikeluarkan Meda dari sakunya.
Laki-laki itu dengan terseok-seok berjalan menghampiri Meda dan bersujud dikakinya."Saya mohon ampuni saya bos, saya janji tidak akan pernah melakukan kesalahan lagi." Mohonnya sambil menangis. Tidak bisa dipungkiri jika kini ia tengah ketakutan apalagi Meda sepertinya tidak berniat untuk memaafkan kesalahannya.
"Sampai bertemu lagi dineraka sialan."
Ucap Meda dingin bersamaan dengan timah panas yang menembus kepala laki-laki didepannya. Meda tersenyum sinis, siapapun yang mengusiknya akan bernasib sama seperti laki-laki yang kini tergeletak mengenaskan dengan darah yang sudah menggenangi lantai kamarnya.
Apalagi Tama sudah berani menyentuh miliknya."Lo emang anjing yang setia Tama, tapi sayang, gue udah gak berniat buat melihara lo." Ucap Meda dingin kemudian pergi.
.
.
.
Meda tiba dirumah Arlett satu jam kemudian, laki-laki itu berjalan dengan santai ke kamar yang biasa ia gunakan jika menginap dirumah kakaknya itu.
Tok. Tok. Tok.
Aleana membukakan pintu, gadis itu sudah lebih baik dari pada tadi malam saat ia menemukannya.
"Hai." Sapa Meda begitu ia melihat Aleana yang berdiri dibalik pintu.
"Hai Meda." Jawab Aleana pelan. Gadis itu masih canggung jika berhadapan dengan laki-laki didepannya. Apalagi kini meda memakai seragam SMAnya membuat laki-laki itu jadi terlihat sedikit aneh.
"Kenapa?? Lo kayaknya bingung gitu." Tanya Meda sambil menyuruh Aleana untuk duduk disampingnya.
"Gue.. gue kaget aja ternyata lo masih anak SMA." Jawabnya malu-malu.
Meda terkekeh, laki-laki itu kini mendekatkan wajahnya ke wajah Aleana.
" Tapi anak SMA ini udah lancang jadiin kakak mahasiswa buat jadiin pacarnya ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDALEANA
Teen Fiction"Gue cuma pengen mereka tau, kalo lo bukan cuma sebatas khayalan." -Aleana Princessa "Cukup lo tau kalo gue cinta sama lo." -Andromeda