Aleana sudah bangun sejak subuh tadi untuk membereskan rumah dan memasak untuk Arlett dan keluarganya.
Gadis itu bersenandung kecil sambil menyiram bunga mawar yang kebetulan berada dibelakang rumah Arlett."Pagi cantik.." Sapa seseorang dibelakang Aleana membuat gadis itu terlonjak kaget.
Gadis itu mengelus dadanya akibat ulah laki-laki yang kini tengah tersenyum lebar kearahnya."Ngapain lo disini?" tanya Aleana heran.
"Lo lupa kalo ini rumah kakak gue? yang harusnya nanya tuh gue, ngapain lo disini? pake acara nyiram bunga segala. Lo kerja dirumah kakak gue?"
Aleana mendengus, pertanyaan macam apa itu? apa Meda sengaja mengejeknya karena sekarang dia bekerja dirumah Arlett?
"Iya gue kerja. Kenapa, malu ya punya pacar pembantu kayak gue?" tanyanya kesal.
"Dih ngegas mbak. Iya maaf, gue kesini karena tadi malam kak Arlett nelfon dan nyeritain semuanya. Sorry gue baru tau kabar buruk itu." Ucapnya menyesal, Meda terlihat begitu murung sekarang, membuat Aleana tidak tega untuk mengomelinya lagi.
"Udahlah, toh udah terjadi juga. Lagian mungkin udah jalannya juga gue disini sekarang. Karena artinya gue bisa deket sama lo."
Meda tersenyum lalu membawa Aleana kedalam pelukannya. "Gue bakal ada disisi lo Aleana, sebagai pelindung lo..." "juga sebagai iblis yang akan buat hidup lo menderita." Lanjutnya dalam hati. Laki-laki itu menyeringai. Tuhan seakan mempermudah jalannya untuk membalaskan dendamnya pada mereka. Dan ia tidak akan pernah menyianyiakan hal itu.
Gadis itu kini mendongak untuk menatap laki-laki yang berstatus menjadi pacarnya itu. Entah kenapa Aleana bisa begitu mudahnya untuk mencintai orang yang jelas-jelas baru dikenalnya.
Ia merasa begitu nyaman. Apalagi dengan perhatian Meda selama ini padanya."Kedalem yuk. Gue udah selesai kok nyiram bunganya." Ucap Aleana sambil menggandeng tangan Meda. Laki-laki berseragam putih abu-abu itu hanya pasrah mengikuti gadis itu kedalam rumah.
"Meda? Ngapain kamu pagi-pagi udah disini?" tanya Samudra yang tengah membaca koran dengan pandangan heran.
"Ngapelin pacar lah kak, kan pacarnya sekarang disini." Jawab Meda sambil mencium tangan Samudra lalu beralih ke Arlett yang sedang sibuk berkutat dengan handphonenya.
"Kak." Panggilnya membuat Arlett dan Samudra menoleh.
"Boleh gak nanti aku bawa Aleana jalan-jalan?" Arlett dan Samudra saling pandang, kemudian beralih pada Meda yang kini tengah menampilkan wajah memohonnya.
"Mau kemana?" tanya Arlett dengan pandangan menyelidik. Pasalnya wanita itu tau bagaimana sifat dari adiknya itu.
"Eng... Jalan-jalan doang kak. Boleh ya?"
"Iya, hati-hati bawa anak orang. Jangan macem-macem kamu." Ucap Samudra menasehati.
"Yess. Makasih kakak sayang. Meda berangkat sekolah dulu ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam.. Belajar yang bener."
Meda tersenyum sambil mengangguk, setelah itu ia pun berjalan ke arah Aleana dan mencium pipinya sekilas sebelum laki-laki itu melesat pergi karena takut dimarahi Samudra.Dilain tempat, kelima laki-laki berwajah tampan itu tengah duduk dengan wajah frustasi. Bagaimana bisa mereka tidak bisa menemukan Aleana dimanapun. Gadis itu bagai hilang ditelan bumi. Mereka juga sudah mendapatkan kabar bahwa Aleana menelfon pihak kampus jika ia berhenti dari kuliahnya.
"Kita harus cari Lea kemana?" tanya Razka frustasi.
Diantara kelimanya, memang Razka yang dekat dengan Aleana.
"Gue udah ngerahin anak-anak buat ikut nyari Aleana. Moga aja mereka bisa nemuin." Ucap Elang yang diangguki keempatnya.
Sedangkan tanpa mereka sadari, salah satu dari mereka memikirkan kemungkinan kecil dimana gadis itu berada. Meskipun masih ragu, ia harus memastikannya.
*****
Aleana sudah siap dengan hoodie putih dan celana jeansnya. Sedangkan Meda menggunakan hoodie hitamnya membuat penanpilannya terlihat keren namun misterius.
"Kak, saya izin pergi dulu." Ucap Aleana sopan pada dua orang didepannya.
"Hati-hati dijalan ya. Telfon saya kalau ada apa-apa." Ucap Arlett yang dijawab anggukan oleh Aleana. Gadis itu pun lalu bergegas untuk menyusul Meda yang sudah siap menunggunya diluar.
"Kita mau kemana?" tanya Aleana begitu motor Meda melaju.
"Kesuatu tempat yang akan buat lo tenang." Jawab Meda misterius.
Namun tak lama kemudian, Meda menghentikan motornya karena seseorang menelfonnya. Laki- laki itu terlihat serius dan tak lama kemudian memutuskan panggilan teleponnya.
Meda melajukan motornya semakin cepat, hingga Aleana harus memeluk pinggang Meda erat karena terlalu takut jika nanti tiba-tiba ia terlempar begitu saja.
Motor pun berhenti disebuah bangunan yang cukup tua.
Gadis itu turun dari motor Meda dengan raut wajah bingung."Kita mau ngapai kesini? kok tempatnya serem gini?"
"Gue mau ketemu temen dulu." Ucap Meda sambil berjalan memasuki gedung tersebut.
Aleana hanya mengikutinya dari belakang. Gadis itu sampai memegang ujung jaket Meda karena takut tertinggal dari laki-laki itu.Keadaan didalam gedung terlihat sedikit gelap karena memang penerangannya begitu minim. Gadis itu memperhatikan keadaan sekitar, sebenarnya untuk apa Meda mengajaknya ke tempat yang sangat menyeramkan seperti itu.
"Ngapain lo nyuruh gue kesini?" tanya Meda pada seseorang yang tengah berdiri membelakanginya.
"Gue mau lo bergabung, gue tau lo punya skill yang bisa ngebuat kelompok gue semakin ditakuti." Ucap laki-laki itu membuat Meda mendengus.
"Gue gak bisa." Ucap Meda singkat.
Laki-laki itu berbalik dengan raut wajah marahnya karena mendengar penolakan dari Meda.
Aleana langsung berdiri dibelakang Meda karena terlalu takut melihat wajah laki-laki itu."Jangan buat gue marah Andromeda. Gue bisa bunuh lo sekarang juga kalo lo nolak tawaran gue." Ancamnya yang ditanggapi kekehan geli dari Meda.
"Yakin lo bisa bunuh gue?" tanyanya dengan senyum mengejek.
Laki-laki itu menggeram marah, setelah berteriak memanggil anak-anak buahnya. Kini Meda dikelilingi hampir 20 orang yang sudah siap dengan senjata masing-masing untuk membunuhnya.
Aleana langsung pucat pasi melihat keadaan berbahaya yang kini tengah dialaminya. Ia sudah ingin menangis apalagi mereka hanya berdua disana. Sudah pasti mereka tidak bisa keluar dengan selamat."Tetap dibelakang gue Lea." Ucap Meda dingin. Ekspresi laki-laki itu juga sudah berubah mengerikan. Seperti seseorang yang tidak pernah dikenalnya sama sekali.
Perkelahian pun berlangsung dengan brutal. Meda seperti kesetanan membunuh orang-orang yang menyerangnya. Laki-laki itu bahkan tidak segan-segan mematahkan leher mereka sampai mati.
Meda tersenyum dingin.hanya tinggal lima orang lagi dan ia sudah tidak sabar untuk membunuh mereka."M-Meda.." Panggil Aleana takut.
Gadis itu tetap berdiri dibelakang Meda walau perasaannya kini tengah ketakutan setengah mati.
Laki-laki itu kembali menghajar orang-orang didepannya. Walaupun pandangannya tetap fokus untuk melindungi Aleana yang berdiri tidak jauh darinya.Namun rupanya ia lupa jika Balmond masih bebas dari jangkauannya. Laki-laki itu berniat untuk menghabisi Aleana dengan balok kayu yang kini dipegangnya.
"LEA AWAASSS!!" teriaknya sambil berlari melindungi gadis itu.
Aleana yang tidak tau apa-apa begitu terkejut saat Meda memeluknya dengan erat untuk melindunginya. Gadis itu mendongak dan menatapnya syok saat darah segar mengalir dipelipis laki-laki itu.
"M-Meda?!"
"Lo gak apa-apa kan?" tanya Meda sambil tersenyum menenangkan.
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEDALEANA
Teen Fiction"Gue cuma pengen mereka tau, kalo lo bukan cuma sebatas khayalan." -Aleana Princessa "Cukup lo tau kalo gue cinta sama lo." -Andromeda