Part 13

32 5 3
                                    

"Leana...."

"Alea...."

Gadis itu terbangun dari tidurnya mendengar panggilan tersebut. Matanya beberapa kali mengerejap saat melihat seseorang yang begitu dikenalnya kini menjadi dua.

"Meda? Leander?" tanya gadis itu memastikan.
Keduanya tersenyum melihat raut bingung dari gadis didepannya itu.

"Gak usah bingung gitu liatnya sayang. Ini emang kita." Jawab Meda masih dengan senyumnya.

"Keliatan banget begonya. Untung sayang."

Mata Aleana membulat mendengar perkataan Leander.

"Ish, lo tuh kenapa nyebelin sih An?" Tanyanya dengan raut wajah merajuk.

Bukannya meminta maaf, Leander malah tertawa membuat Aleana menjerit kesal.

"Udah-udah.. Kita gak punya banyak waktu disini. Leana.. kamu harus balik. Inget anak kita, kamu mau bunuh dia juga?"

Aleana menggeleng sambil menangis.
"Kenapa kamu yakin kalo aku lagi hamil? padahal kan aku..."

"Leander yang tau kamu hamil. Dia lebih peka." Jelasnya membuat Aleana mengangguk mengerti.

Gadis itu kembali menangis mengingat kejadian saat ia mencoba bunuh diri karena Meda dan Leander meninggalkannya. Ia bahkan tidak mengingat itu sama sekali kemarin.
"Tapi aku gak mau hidup tanpa kalian. Aku gak sanggup harus besarin anak kita sendirian...."

Meda dan Leander tersenyum, keduanya kini memeluk Aleana yang tengah menangis.

"Kita gak ninggalin lo Al. Makanya lo harus bertahan. Gue bakalan marah sama lo, kalo lo gak bisa bertahan." Ucap Leander tepat didepan manik hitam milik gadis itu.

Aleana mengangguk, gadis itu memeluk kedua laki-laki didepannya dengan senyum haru.

"Kita harus pergi. Kamu juga harus pergi Leana.."

"Nggak-nggak. Kalian jangan pergi. Jangan tinggalin aku sendirian lagi Meda, An please lo jangan ninggalin gue.. hiks.. hiks."

Meda dan Leander hanya tersenyum, keduanya tetap berjalan menjauh membuat Aleana berlari mengejarnya.

"MEDAAAA.. LEANDER!!! JANGAN TINGGALIN GUE!!!"

"MEDAAA!!!!"

"LEANDERR!!"

Teriaknya sambil terus mengejar keduanya. Namun sebuah cahaya putih menyilaukan menyelimutinya hingga membuat gadis itu refleks memejamkan matanya.
Dan saat ia membuka kembali kedua matanya, Aleana menyerengit bingung karena kini ia terbangun disebuah ruangan yang ia yakini dirumah sakit. Terbukti ada beberapa selang yang kini menancap ditubuhnya.

Gadis itu menatap keadaan sekitar, kelima sahabatnya tengah tertidur pulas di lantai. Sedangkan dikursi tunggu, ada Arlett yang tengah berkutat dengan handphonenya sambil mengusap surai Samudra yang tertidur dipaha wanita itu.

Aleana mendesah, sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri? Ia bahkan tidak ikut di acara pemakaman Meda. Mengingat hal itu tiba-tiba membuat dadanya kembali sesak. Gadis itu menangis tanpa suara sambil memejamkan matanya karena tidak ingin Arlett curiga.

"Kenapa malah nangis. Aku disini loh Na...."

Aleana langsung membuka kedua matanya kembali, gadis itu tidak bisa menutupi rasa terkejutnya melihat Meda kini tengah tersenyum sambil membawa segelas air ditangannya.

"Kok kamu?"

"Makin bego lo. Sini minum dulu." Ucap Leander sambil tersenyum miring.

"An?"

MEDALEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang