Part 6

41 3 6
                                    

Aleana menjerit.

Menangis dipelukan Razka saat rumah satu-satunya yang ia miliki habis terlalap api.

"Rumah gue Kak.. Rumah gue hiks. Hiks.." Racaunya dengan wajah yang sudah berantakan karena terlalu lama menangis. Razka menghapus air mata Aleana yang terus mengalir dipipi gadis itu. Hatinya juga ikut sakit begitu melihat Aleana berteriak histeris karena tempat tinggalnya rata oleh api.

"Sssshhhh... Sabar Na, jangan nangis terus.. Gue gak sanggup liat lo kayak gini." Ucap Razka sambil memeluk Aleana erat.

Azka, Elang, Ardan dan Arez datang dengan wajah cemasnya. Keempat laki-laki itu langsung menghampiri Aleana dan memeriksa keadaan gadis itu.

"Kenapa bisa kebakaran gini sih Raz?"

"Gue juga gak tau detailnya. Tapi kata warga sekitar sih dari korsleting listrik."

"Sumpah gue panik banget pas lo ngabarin kalo rumah Aleana kebakaran. Gue sampe ninggalin Angel di mall." Ucap Ardan berapi-api.

"Diputusin tau rasa lo Dan."

"Bodo deh. Tinggal nyari lagi gue." Jawabnya pede.

"Trus gimana sekarang? Aleana pasti terpukul banget. Dia juga pasti gak mau nerima bantuan dari kita." Ucap Azka sambil menatap Aleana yang kini tengah tertidur di pangkuan Razka.

"Bawa ke apartement gue aja dulu."

Semuanya mengangguk setuju. Setelah membawa barang-barang Aleana yang berhasil diselamatkan, mereka pun membawa Aleana menuju apartement Elang.

.

.

.

Gadis itu terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu. Kejadian tadi malam begitu mengguncangnya. Suatu keajaiban ia bisa tidur senyenyak itu. Aleana menatap keadaan sekitarnya dengan bingung. Karena seingatnya ia sedang bersama Razka saat insiden kebakaran itu terjadi.

Ia baru sadar jika kelima sahabatnya tertidur dikarpet lantai tak jauh dari tempatnya tidur. Aleana terkikik geli saat Arez memeluk kaki Ardan yang tidur tepat disampingnya. Laki-laki itu bahkan sampai menciumi kaki Ardan membuat laki-laki itu tersenyum dalam tidurnya.

Cekrekk.
Aleana kembali terkikik saat melihat hasil jepretannya. Ini akan menjadi kenang-kenangan nanti jika ia sudah tidak bersama mereka lagi.

"Thanks banget ya guys. Gue bersyukur banget udah punya kalian dihidup gue. Dan.. Udah saatnya gue pergi dari kalian." Gumamnya sedih. Setitik air mata mengalir di sudut matanya membuat Aleana segera menghapusnya.

Setelah membereskan barang-barangnya dan memasak makanan untuk kelima sahabatnya. Aleana pun pergi meninggalkan apartement Elang.
Gadis itu berjalan tanpa arah dengan tatapan kosongnya. Bohong jika ia tidak bingung sekarang. Namun ia harus tetap kuat, ia tidak boleh menyerah begitu saja sebelum ia mencoba untuk berusaha menata hidupnya kembali.

"Hufffftt.. Gue mesti kemana ya. Pulang kampung juga percuma. Bokap gue pasti lebih dengerin istri barunya itu dibandingin gue. Tapi kalo disini terus, gue pasti jadi gelandangan." Gumamnya lesu.

Hampir setengah hari gadis itu duduk dikursi taman kota tak jauh dari apartement Elang.
Gadis itu mendesah dramatis saat melihat uang didompetnya yang hanya tinggal sedikit.

"Kak Lean." Panggil seseorang membuat Aleana berbalik untuk melihat orang yang memanggilnya.

"Emmm kamu Alhena kan?" Tanya Aleana ragu.

Gadis itu mengangguk, lalu menatap Aleana dari atas sampai bawah membuat Aleana terlihat bingung.

"Kak Lean ngapain bawa tas besar kayak gitu? Kakak kabur dari rumah?" Tanya Alhena dengan wajah datarnya.

MEDALEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang