Aleana berdiri dengan wajah kakunya melihat interaksi dari dua orang didepannya.
Oh ayolah. Siapa yang tidak syok mendengar gadis bak boneka ini memanggil "sayang" pada kekasihnya."Wait-wait. Kalian saling kenal?" tanya Aleana ragu.
Gadis didepannya itu malah tertawa lembut,dan Aleana benci mengakui jika gadis itu terlihat berkali-kali lipat lebih cantik saat sedang tersenyum seperti itu.
"Aku pacarnya Meda. Kamu kakaknya ya, wajah kalian mirip banget soalnya" jawab gadis itu dengan entengnya.
Aleana mengerejap beberapa kali mendengar perkataan gadis itu lagi.
Kakak katanya? Cih,mana ada kakak yang hamil oleh adiknya sendiri."Sayang kenapa diem aja sih, kamu g seneng ketemu sama aku apa?" tanya Neva setengah merajuk.
Gadis itu bahkan tidak segan-segan memeluk lengan Meda yang masih diam karena keterkejutannya."Lo kapan balik?kenapa lo balik?" tanya Meda setelah mendapatkan kembali fokusnya. Mata laki-laki itu tampak berbinar. Membuat Aleana sedikit menyerengit bingung.
"Meda.. kita bayar dulu yuk." Ucap Aleana hati-hati karena dari tadi Meda malah asyik dengan Neva.
Laki-laki itu mengeluarkan ATM dari dompetnya,kemudian memberikannya begitu saja pada Aleana."Kamu bayar sendiri bisa ya, aku tunggu kamu didepan bareng Neva." Ucap Meda dengan entengnya.
"T-tapi Meda.. belanjaannya banyak banget." Sanggah Aleana dengan wajah sedikit kecewa.
"Minta tolong satpam aja kak. Medanya aku culik gak apa-apa kan, aku kangen banget sama dia." Ucap Neva sambil menarik Meda keluar dari mini market tersebut.
Sedangkan Aleana yang tak sempat menjawab ucapan gadis itu hanya bisa pasrah mendorong trolinya sendirian menuju kasir.
"Jangan nangis Leana.. plis jangan nangis. Dia cuman masa lalunya kok." Ucapnya bermonolog, gadis itu menghapus air mata yang entah sejak kapan mengalir di kedua sudut matanya.
Setelah selesai membayar belanjaannya, ia pun dengan susah payah membawa semuanya keluar dari mini market tersebut.
"Kok lama banget sih kak, kita nunggu kakak ampe kepanasan loh ini." Ucap Neva dengan wajah tak suka.
Aleana menghembuskan nafasnya kasar. Sepertinya ia harus menarik kembali kata-katanya jika Neva gadis yang cantik dan baik.
"Maaf, tadi kasirnya ke toilet dulu." Jawab Aleana yang kini ditatap keduanya.
Gadis itu hanya diam walaupun Neva terus saja menyalahkannya.
Ia hanya tidak ingin semuanya bertambah rumit apabila ia menyanggah ucapan gadis didepannya itu.
Kini ketiganya tengah duduk disebuah cafe tak jauh dari mini market tadi."Sayang, besok kita jalan-jalan yuk. Kamu mau kan?" tanya Neva dengan antusias.
"Kayaknya aku gak bisa deh Va, aku mesti nganterin Aleana kontrol ke dokter."
"Kan bisa sama yang lain. Sama Kak Arlett misalnya. Kita kan baru ketemu sayang, aku tuh kangeeen." Rajuknya manja.
Aleana hanya bisa memalingkan wajahnya melihat pemandangan yang kini menyesakan dadanya itu.
Tidak bisa dipungkiri jika kini ia sudah siap menangis karena melihat kemesraan mereka berdua. Dan bodohnya ia tidak bisa melakukan apapun untuk marah ataupun menjauhkan Meda dari gadis itu.
Ia tidak ingin Leander marah dan menyakiti bayi yang ada dalam kandungannya."Iya,besok aku nyuruh Kak Arlett aja buat nemenin dia."
Tes.
Air matanya menetes begitu saja saat mendengar ucapan Meda tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDALEANA
Teen Fiction"Gue cuma pengen mereka tau, kalo lo bukan cuma sebatas khayalan." -Aleana Princessa "Cukup lo tau kalo gue cinta sama lo." -Andromeda