Satu

50 2 0
                                    

"Insyaallah minggu depan gue mau khitbah Alika,menurut lo gimana Dzril?"

Adzril melirik dingin sahabatnya.

"Terserah,emang lo udah minta izin sama orang tua lo?" Rafi menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, dia lupa belum meminta izin kepada orang tuanya untuk mengkhitbah wanita yang ia cintai.

"Hehe lupa,malam ini gue bakal omongin ini ke orang tua gue,doain yah semoga lancar" Rafi menepuk keras pundak sahabatnya, dan kini Adzril sudah menatapnya tajam.

"Aww buset serem amat."

"Eh eh mau kemana lo?" Sambung Rafi ketika melihat Adzril beranjak dari tempat duduknya.

"Ke mesjid,bentar lagi dzuhur udah solat dzuhur gue harus balik ke rumah sakit ngurusin pasien."

"Terus ini yang bayar makanan siapa?!" Ucap Rafi setengah berteriak melihat Adzril yang sudah hampir keluar dari cafe .

"Lo punya duit kan? Yaudah pake duit lo dulu." Acuh Adzril keluar dari cafe.

Rafi mendengus kasar sambil berjalan ke arah kasir,"Katanya anak orang kaya cihh kaya darimananya?untung temen bismillah pahala jariyah." Oceh Rafi.

.
.
.

Adzril keluar dari tempat wudhu masuk ke dalam mesjid dengan wajah dan rambut yang basah ,membuat para jemaah wanita yang melihatnya menganga karena ketampanan dan kesolehan yang Adzril pancarkan,apalagi tirai pembatas antar laki-laki dan perempuan belum ditutup membuat dirinya terlihat jelas dari barisan jemaah perempuan. Adzril langsung mengambil microfon dan mengumandangkan adzan suaranya yang merdu membuat siapapun yang mendengarnya akan terhipnotis. Adzril memang sering mengumandangkan adzan dan sekaligus menjadi imam di mesjid sebelah rumah sakit tempatnya bekerja.

Adzril Muhammad Al-Fahri seorang dokter muda yang cerdas berumur 20 tahun blasteran Indonesia- Swiss, dengan pemahaman ilmu agamanya yang tinggi, wajahnya yang tampan,postur tubuh yang sempurna, membuat dia menjadi pusat perhatian dimanapun dia berada. Sikapnya dingin,apalagi terhadap seorang perempuan tapi tidak terhadap kedua orang tuanya.

.
.
.

"Tapi bun Qilla gamau dijodohin!" Teriak Syaqilla dari kamar atas,ia menangis tidak henti-hentinya semenjak kedua orang tuanya berencana untuk menjodohkannya, bagaimana bisa kedua orang tuanya merencanakan ini sedangkan dia masih bersekolah masa depannya masih jauh di depan sana.

Tok...tok...tok...

"Sayang...buka pintunya" panggil seorang lelaki paruh baya dengan nada lembut.

Syaqilla beranjak dari kasurnya membuka pintu kamarnya yang ia kunci,dan mendapati ayahnya sedang berdiri di depan pintu menatapnya dengan sayu.

"Ayah qilla gamau dijodohin yah..." ia memeluk ayahnya. Ayahnya membalas pelukan anaknya itu sambil membawanya berjalan masuk.

"Sayang dengerin ayah, ayah sama bunda punya alasan yang kuat mengambil keputusan ini. Ini semua demi masa depan kamu,laki-laki yang akan dijodohkan dengan kamu adalah laki-laki baik dia tampan,cerdas,akhlaknya bagus,ilmu agamanya juga tinggi,dan juga seorang dokter. Insyaallah masa depan kamu juga akan terjamin," jelas ayahnya sambil mengelus puncak kepala anaknya tersayang.

"Tapi qilla masih sekolah yah,qilla juga punya pacar" tutur qilla sambil tetap memeluk ayahnya.

"Sayang kamu masih akan tetap sekolah setelah menikah,dan kamu tau kan pacaran itu haram emang kamu mau ayah sama bunda diseret ke neraka gara-gara kamu pacaran? Lagipula laki-laki yang kamu pacarin belum tentu dia akan menjadi jodohmu,dia tidak menjamin masa depanmu."

Qilla mencerna setiap perkataan ayahnya. Ayahnya benar, qilla tidak mau menjadi sebab ayah dan ibunya masuk ke neraka. Padahal ayahnya sudah menjelaskan beberapa kali tentang pacaran,tapi tetap saja diam-diam qilla melakukan itu karena yang menembaknya adalah orang yang qilla suka dari dulu,akhirnya qilla ketahuan pacaran beberapa hari lalu karena kakaknya melihat dia dengan seorang lelaki berdua-duaan sedang berjalan-jalan di mall.

"Tapi yah qilla tetep gamau dijodohin..." rengek qilla.

Ayah melepaskan pelukannya,menatap lekat-lekat mata coklat putrinya,"Sayang ini semua demi kebaikan kamu nak,kamu pikir-pikir dulu besok pagi beritahukan jawaban kamu. Sekarang kamu istirahat dulu" Ayahnya beranjak keluar meninggalkan putrinya yang masih termenung.

"Arghh... gimana ini," Qilla mengacak-ngacak rambutnya pasrah.
.
.
.
Jam 06.00 Syaqilla sudah siap dengan seragam putih abunya, ia mempoles wajahnya dengan sedikit bedak lalu memakaikan bibir pink nya lipbalm membuatnya tampak glossy,tak lupa ia menutup rambutnya dengan hijab berwarna putih.

"Qilla woy buruan! lama bener dah,dandan mulu cantik kagak." Teriak seorang lelaki yang sangat ia kenal dari luar kamar, membuat qilla kesal pagi-pagi begini,siapa lagi kalo bukan abangnya.

Qilla membuka pintu,dan ternyata benar abangnya kini tengah berdiri di depan pintu dengan ekspresi yang menyebalkan, "Serem amat tuh muka, gantengan dikit napa" sinis Qilla yang dibalas jitakkan dari abangnya.

"Asal banget tuh mulut,ginih-ginih gue dosen paling ganteng di kampus" ucap Galih dengan bangganya, Galih abang Qilla seorang dosen muda tampan berumur 22 tahun.

"Gak nanya," lengos Qilla meninggalkan abangnya. Di meja makan sudah ada ayah dan bundanya yang sedang sarapan.

Qilla menarik kursi dan langsung duduk di hadapan bundanya.

"Gimana sayang? Udah kamu putuskan?" Bunda membuka percakapan,membuat Qilla tersedak susu yang baru ia minum.

"Ish bunda,masih pagi juga gabisa nanti lagi gituh nanyanya,"

"Kamu kan janjinya pagi mau ngasih tau," pernyataan bundanya itu membuat Qilla membulatkan matanya.

"Hah? Kapan Qilla ngomong gituh?"

"Udahlah qilla cepet jawab,kalau nggak bunda potong uang jajan kamu," tutur bundanya,membuat Qilla sekali lagi tersedak, tersedak roti yang ia makan.

"Bunda jahat amat sih sama anak sendiri,"lirih qilla.

"Udah cepet jawab!" Tegas bundanya.

Qilla berpikir keras,ia tidak ingin dijodohkan tapi kalau menolak bundanya pasti marah, bisa-bisa dia akan diceramahi 24 jam dan mengancam akan menghapus namanya dari Kartu Keluarga.

"Yaudah iya,Qilla mau" jawabannya itu sontak saja membuat ayah dan bundanya begitu senang.

"Ciee adekku yang gemes ini bakalan nikah muda," tutur Galih sambil mencubit gemas pipi qilla,bukan gemas sih lebih ke dendam.

"Aww sakit bang," rengek qilla.

"Kalo gituh malam ini keluarga laki-laki bakal ke rumah,buat mengkhitbah kamu," Qilla terkejut bukan main,ini terlalu cepat baginya. Tapi apa boleh buat,ia tidak bisa melakukan apa-apa ingin menolak namun tatapan maut sang bunda membuatnya mengurungkan niat.

.

.

.

Bismillah semoga pada suka:)

ASYA (ON GOING)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang