Chapter 6

2.6K 426 57
                                    

Roses and festivals

.

Hari ini kantor direksi libur, karena itu aku datang ke toko sejak pagi. Banyak toko yang bahkan belum buka, begitupun toko bunga tempatku bekerja. Pengantar susu dan koran baru saja meletakan beberapa botol susu dan gulungan koran didepan pintu yang masih ditutup rapat oleh pemiliknya, mereka mungkin masih pulas menelusuri alam mimpi bersama kasur empuk dan penghangat yang diatur sedemikian rupa. Aku duduk selonjor disisi trotoar yang sepi, menyantap sisa kue beras semalam yang belum basi, menatap orang-orang yang berlalu-lalang dan mulai sibuk dengan aktifitasnya meski kabut masih tersisa.

Sesekali aku mengobrol dengan mereka yang aku kenal, bertanya bagaimana hari mereka dan rencananya setelah ini. Hingga pada pukul delapan pagi, Yeonjun datang sendiri dengan sepedanya, dia terlihat sedikit kerepotan dengan dua keranjang yang ia bawa. Lantas aku berdiri tegak membantunya, membuka toko, menyusun pot-pot kecil, memeriksa kertas dan plastik yang digunakan untuk membuat buket, menyapu, mengepel, dan mengelap kaca kami lakukan bersama.

Taehyung datang lebih awal hari ini, menyambutku riang seraya memberikan sepaket sarapan roti dan susu untukku seperti biasanya. Terkadang aku heran, harusnya 'kan aku yang menyambutnya.

"Selamat pagi, Vylan!!"

Aku terkekeh, "Selamat datang tuan. Ada sesuatu yang bisa aku bantu?"

Ia berdecak, meletakan kantung kertas bewarna coklat dihadapanku lalu berkeliling seenaknya. "Berikan aku sebuket lily dan sebuket mawar."

Aku mengangguk, merangkai dua buket pesanannya. Merangkainya dengan lihai dan cepat, aku sudah terbiasa. "Jadi kau akan bekerja sehari penuh disini?" Ia bertanya.

"Hm, kantorku libur selama dua hari."

Taehyung kembali kehadapanku setelah mengatakan oh begitu. Matanya masih bergerak liar kepada seisi toko, terlihat enggan sekali melihatku. Memangnya hari ini aku jelek sekali ya?

"Hei Taehyung, ini bunga mu."

Taehyung masih diam saja, jari-jarinya mengetuk mejaku berirama, pria itu masih enggan membuka suara. Malas meladeninya aku beranjak menyemprotkan vitamin pada tanaman-tanaman kecil yang tersusun pada rak diatas dinding. Well, Taehyung kambuh anehnya.

"Aku akan ke Tokyo." Taehyung berucap sekonyong-konyongnya membuatku berhenti melakukan kegiatanku sebelumnya.

"Benarkah?" Aku memastikan, kembali kehadapannya setelah meletakan semprotan. Taehyung menaikan kedua alisnya dua kali lalu meraih dompet dalam sakunya, mengulur waktu dengan membuka benda itu lamban Taehyung berucap seraya menatapku menggoda, "Haduh, kau pasti kesepian nanti. Jangan memikirkan aku ya? Nanti aku cegukan."

"Hah, apa? Yang benar saja." Sahutku sewot, ia masih saja terkekeh meletakan beberapa lembar won diatas meja, ia kembali bersuara

"Aku berangkat besok sore, mungkin berada disana sekitar lima sampai enam hari. Malam ini mau ke festival lampion disisi sungai bersamaku? Pergi ke festival lampion bersama pria tampan tak tertahankan seperti aku ini kesempatan langkah loh."

"Ck, yang benar saja."

"Tapi aku memang tampan, bagaimana dong?"

"Ya, ya, ya, terserah kau saja."

"Kujemput pukul enam ya?"

"Ya, jangan terlambat."

Taehyung tersenyum, meraih sebuket lily lalu beranjak hendak keluar toko. Taehyung lupa dengan mawarnya, hingga aku harus meraih buket tersebut dan berlari serampangan keluar dari toko, bahkan hampir menjatuhkan keranjang penuh aster diatas meja.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang