Chapter 21

2K 326 143
                                    

chaos begins.

.

Barangkali Park Ahrin adalah definisi monster yang sebenarnya. Usai menyelesaikan panggilannya dengan Kim Hanbin-salah satu orang kepercayaannya. Ahrin lekas menuju ruang persenjataan, meraih sebuah pistol lengkap dengan pelurunya, lantas meletakkannya dibalik jaket parka yang ia pakai. Ahrin kembali memeriksa email yang ayahnya kirimkan.

Jung Chanwoo.
01.25, Hokudo club.

Bergegas menuju alamat yang dikirimkan, melaju cepat mengabaikan gemerlap jalanan tokyo. Mengabaikan detak jantungnya yang kian menggila, darahnya yang menggelegak panas, pikirannya yang berkecamuk lantaran kelewat penasaran dengan kelakuan Kim Taehyung. Misi tetap misi. Melupakan sejenak rasa penasarannya terhadap Kim Taehyung, sebab kini ada pengkhianat lain yang harus ia habisi.

Gadis itu mendudukan diri dibawah gelap sudut club, mengabaikan aroma alkohol serta asap nikotin yang menguar begitu memabukkan. Bungkam guna mematri mata untuk mengawasi sosok pemuda yang tengah asik mencumbu leher jenjang kupu-kupu malam.

Ahrin mengawasi target seperti sosok singa dibalik semak dengan tatapan tajamnya.

Muda, tampan, dan berbakat. Sayang sekali harus dihabisi.

Ahrin berdecak sekali lantas tertawa pelan, melihat bagaimana pewaris utama sebuah perusahaan tersohor tengah dikelilingi jalang bergaun ketat. Mendengar cerita ayahnya tentang bagaimana pemuda di sana merusak pasar mereka benar-benar membuat Ahrin ingin mencungkil bola mata tersebut dari rongganya, menusuk aliran nadi dengan jarum tumpul yang dipanaskan.

Tapi tidak, Ahrin harus bekerja sesuai perintah. Jadi, tatkala menit telah menunjukan angka dua puluh lima pada pukul satu, Ahrin tidak menunggu lebih dari beberapa detik lamanya untuk menarik pelatuk, mengantarkan peluru tersebut melesat cepat dan tepat menghantam dahi pemuda diujung sana.

Suara lesatan peluru memecah musik, menghentikan gerak pinggul yang saling beradu berbaur dengan pekikan para gadis yang terdengar memekakkan.

Meninggalkan areal tersebut dengan seringai penuh kemenangan, Ahrin segera menancapkan gas dan pergi dengan cepat dari sana. Gadis itu menggerutu pelan dengan sudut bibir yang terangkat baik, tersenyum girang, "Sayang sekali tidak ada permainan sebelumnya."

Bergegas kembali pada kediamannya, disambut oleh puluhan pelayan. Ahrin segera kembali ke kamarnya, melempar asal jaket parka yang ia kenakan, gadis itu membanting tubuh diatas ranjang empuk lantas memainkan pistol dengan jemarinya. Memerintahkan kepada pelayan untuk membawakan sebotol anggur ke dalam kamarnya.

Memperhatikan bagaimana cairan tersebut meluncur dari mulut botol masuk pada gelas kristal, menyesapnya pelan, Ahrin khidmat menikmati bagaimana cairan tersebut masuk kedalam kerongkongan. "Ayahku sudah pulang?"

"Tuan besar belum kembali, nona."

Ahrin mengangguk lalu menyuruh pelayan tersebut meninggalkan kamarnya ketika ponselnya berkedip beberapa kali, menampilkan pesan dari Kim Hanbin yang sudah menyelesaikan tugasnya.

Menonton video tersebut dengan kecepatan dua kali lipat, Ahrin memperhatikan dengan teliti bagaimana video itu berjalan cepat.

Menampilkan Kim Taehyung yang fokus menyetir. Hingga pada menit-menit berikutnya, Ahrin segera memutar video tersebut pada kecepatan normal. Tepat ketika presensi gadis bersurai sebahu duduk pada bangku penumpang, berbincang hangat dibumbui tawa dengan tunangannya.

Ahrin bisa merasakan darahnya kembali menggelegak panas, sekuat tenaga menahan emosinya demi mengabaikan sejuta asumsi buruk tentang Taehyung yang kembali berkhianat.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang