Chapter 19

2.1K 339 122
                                    

I luv u

.

Taehyung keluar dari apartemen Jimin dengan keadaan kacau balau. Kepalanya nyeri dan pening, banyak robekan yang harus dijahit. Rambut pria itu terlihat lepek dan wajah pucatnya berlumuran darah yang mengalir dari kepala akibat luka hantaman meja kaca.

Terdapat beberapa robekan di wajahnya. Dahi, pelipis, dan pangkal hidung Taehyung terluka.

Taehyung berjalan sempoyongan, sesekali ia menahan tubuh di dinding agar tidak terjatuh. Taehyung bisa merasakan bagaimana kakinya bergetar, kepalanya berkedut pusing, dan tubuhnya yang terasa membeku. Taehyung mengerang ngilu, meremat surainya sekali, Taehyung menatap noda darah yang menempel pada telapak tangannya. Darah dari kepalanya tidak mau berhenti mengalir dan Taehyung sudah kehilangan banyak darah.

Kepalanya terasa berat bukan main, pandangannya mengabur, menggelap.

Tidak, tidak. Ayo bertahan sedikit lagi.
Taehyung memaksakan tubuhnya berdiri tegak, Taehyung merogoh kantung celana jins yang ia pakai dan meraih ponsel dari dalam sana, Taehyung menghubungi Jungkook.

Terdengar suara sambungan yang monoton beberapa kali dan suara serak Jungkook menyusul.

"Serius? Ini masih jam delapan pagi, kenapa menghubungiku."

Taehyung mendesis merasakan darah mengalir dari kepala melewati matanya, "Jung ... Bawa mobilku."

Terdengar suara gemeresak diiringi suara langkah kaki yang tergesa dan suara khawatir Jungkook diujung sana, "Halo?! Hyung! Hyung baik-baik saja? Apa ada sesuatu? Kau dimana sekarang?!"

"Jimin ... Aku di tempat Jimin. Jung, cepat."

Tanpa mendengar balasan Jungkook, Taehyung langsung kembali memasukan ponselnya pada kantung celana. Berjalan pelan menahan sakit, Taehyung menghampiri motornya yang terparkir di basement yang sepi. Duduk dilantai dan menyandarkan tubuh pada motornya. Taehyung bisa merasakan kepalanya berkedut begitu perih dan semuanya menggelap.

°°°

Jungkook yang baru saja terbangun dari tidur segera beranjak ketika mendengar suara lemah dan rintihan Taehyung. Bergegas meraih kunci mobil diatas meja makan, Jungkook berlari dengan cepat menuju basement dimana mobil Taehyung terparkir.

Tanpa bisa dicegah, isi kepala pemuda itu mendadak dipenuhi sejuta asumsi buruk tatkala suara lemah diujung sana menyebut nama putra bungsu keluarga Park. Sial.

Jungkook segera melajukan mobil Taehyung secepat yang ia bisa.

Pernah menonton film IT karya Stephen King? Tidak asing dengan tokoh Pennywise the dancing clown bukan? Jungkook berpikir bahwa seperti itulah Jimin terlihat dikedua matanya. Memang sih Jimin tidak menggunakan pernak-pernik badut seperti tokoh tersebut, tapi bagi Jungkook keduanya sama-sama makhluk yang menakutkan.

Jungkook tahu betul bagaimana sifat dan cara kerja keluarga Park. Berniat bermain-main dengan mereka? Silahkan saja. Mereka punya peraturan main tersendiri. Beri mereka satu goresan tipis di jari, maka goresan dalam disepanjang lengan kau dapatkan. Kau berkhianat? Maka mereka tidak segan-segan mengirimkan dirimu dalam neraka yang mereka buat.

Mungkin alasan nona Ahrin jarang sekali menghabiskan waktu dirumah karena ia muak dengan kelakuan ayah dan adiknya, bisa jadi bukan? Mengingat betapa lembut perlakuannya pada Taehyung dan dirinya, Jungkook rasa hanya Ahrin manusia yang waras dalam ruangan itu. Sisanya sinting. Taehyung pun sinting, kelewat sinting. Sudah tahu begitu menakutkan keluarga Park masih saja berniat mencari masalah. Jungkook tidak habis pikir.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang