Chapter 18

2.3K 335 89
                                    

Gajadi sabtu, tanganku udah gatel duluan. Kalau seandainya ada bagian di chapter ini yang kurang dimengerti, komen aja. Nanti aku coba jelasin..

Happy reading 😊

------------------------

Fiance

.

Setelah mengantarkan Vylan pulang, tanpa pikir panjang Taehyung langsung melajukan motornya menuju kediaman Jimin.

Jika Jimin bisa berlaku seenaknya atas kehidupan Taehyung, maka Taehyung bisa lebih dari seenaknya dalam menjalani hidupnya. Dunia ini tidak hanya berputar di bawah kaki keluarga Park saja. Dan Taehyung sendirilah yang lebih berhak untuk memutuskan apa yang ia inginkan dan apa yang ia butuhkan dalam hidupnya.

Taehyung sudah memutuskan bahwa ia akan berhenti mengikuti semua kemauan Tuan Park dan hidup dalam jalan yang ia pilih sendiri.

Taehyung sudah pernah kehilangan sebelumnya, dan ia tidak ingin hal itu terjadi lagi.

Karena itu, tidak peduli waktu telah menunjukkan pukul empat pagi. Kim Taehyung tetap menekan bel apartemen Jimin dengan brutal, persetan dengan tetangga yang merasa terganggu.

Hingga pintu bewarna putih gading itu terbuka, menampilkan Jimin dengan jaket parka berwarna hitam yang terlihat berantakan, pria Park itu berdecak sekilas lantas menggaruk pelipisnya dengan Desert Eagle ditangan kanannya, "Menekan bel nya santai saja, dong. Aku dengar tahu."

Jimin membuka pintunya lebih lebar dan Taehyung masuk tanpa banyak bicara.

Pria itu diam memperhatikan bagaimana kacaunya hunian mewah milik Jimin. Botol liquor yang tinggal setengah diatas meja kaca dengan gelas kristal kosong yang terguling disampingnya. Pakaian kotor Jimin yang berceceran ditambah bau anyir yang menguar dimana-mana. Bahkan ada beberapa pistol serta peluru yang berceceran diatas lantai dan sofa.

Taehyung berdecak, sebenarnya ini apartemen yang harganya miliaran atau kandang babi?

"Jangan mengeluh kepalaku pusing." Sahut Jimin yang sepertinya tahu apa yang Taehyung pikirkan. Pria itu menjatuhkan tubuhnya diatas sofa, tidak memperdulikan apa yang ia tindih dan berakhir mengaduh kesakitan saat punggungnya menimpa pistol disana.

Taehyung menunduk menatap Jimin yang berbaring dengan mata terpejam, tangan kanannya yang masih setia menggenggam senjata mematikan itu bertumpu pada dahi.

"Apa yang kau katakan pada Kang Vylan?" Tanya Taehyung begitu lurus, alisnya menukik tidak suka mendapati Jimin tengah menyeringai dan membuka matanya.

"Apa ya?" Jimin memasang ekspresi berpikir, menggaruk pangkal hidung dengan senjatanya ia melanjutkan, "Sesuatu yang harus disampaikan tentu saja."

"Jangan ikut campur, Park Jimin." Desis Taehyung menahan emosi.

Jimin mendadak membelakan mata seperti orang yang bingung, "Loh, loh, memangnya kenapa?" Katanya heran, sedetik kemudian ia menyeringai dan tertawa miring, "Bukankah aku sudah memperingatimu sebelumnya? Kenapa kau masih berlaku bodoh Taehyung."

Masih dengan berbaring, Jimin mendongak menatap Taehyung. Tangan kanan pria itu asik memutarkan senjata tersebut. "Bajingan tidak tahu terima kasih." Jimin menunjuk Taehyung dengan pistolnya, "Bagaimana jika ia sedikit bermain-main dengan Kang Vylan. Gadis barumu itu." Jimin membicarakan tentang pistol di tangannya. Hal itu membuat Taehyung geram lantas menunduk dan menarik kerah jaket parka Jimin.

"Jangan macam-macam keparat!"

"Wow, calm down dude. Alismu tidak santai sekali."

Jimin terdengar begitu santai. Perlahan pria itu bangkit dan berdiri dihadapan Taehyung, Jimin tidak memberontak, ia bahkan tidak repot-repot melepaskan cengkeraman Taehyung pada kerah jaketnya.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang