Chapter 23

1.8K 326 57
                                    

Han Hyewon?

.

Kang Minhyuk menuntun putrinya dan mendudukan gadis itu di bibir ranjang. Dadanya mencelos tatapi keadaan sang putri, mau bernapas saja rasanya sesak sekali.

Vylan masih terisak, tubuhnya begitu sakit serasa hancur. Punggung gadis itu kelewat nyeri, tangannya bahkan membengkak dan memerah terluka. Go Jaekyung tidak pernah bermain-main ketika menghajarnya, bahkan ia masih mengenakan sepatu hak tinggi yang sering ia gunakan bekerja untuk menginjak tubuh dan tangannya.

"Aku ambilkan air hangat, tunggu disini, berbaring saja. Nanti ke rumah sakit." Kang Minhyuk berujar canggung, hendak pergi sejenak tinggalkan putrinya, mendadak Vylan mencegah kepergiannya dengan menahan tangannya.

"Pa?" Vylan memanggil lemah, yang kemudian ditanggapi Minhyuk dengan gumaman ringan.

"Bisakah disini saja dan menemaniku?" Gadis itu ajukan tanya, ia butuh seseorang untuk menemaninya ketika kacau seperti sekarang.

Minhyuk kemudian mengangguk pelan, membantu Vylan untuk berbaring dan menarik selimut sebatas dagu putrinya. Pria paruh baya itu mendudukan diri di bibir ranjang-kebingungan. Ia tak pernah sekalipun menghabiskan waktu intim bersama putrinya setelah si anak dilahirkan. Ini kali pertama dan ia sungguh tidak tahu harus berbuat apa.

"Apa aku melakukan kesalahan?" Vylan bertanya impulsif, matanya menyorot hampa pada lampu tidur diatas nakas. Setetes air mata jatuh bersamaan tepat ketika gadis itu mengedipkan matanya.

Kang Minhyuk dibuat bungkam atas pertanyaan yang putrinya lontarkan. Apa aku melakukan kesalahan? Tidak. Sama sekali tidak. Putrinya tidak melakukan kesalahan apapun, Minhyuk ingin menampik ucapan putrinya, namun Vylan kembali membuka suara, terdengar serak dan bergetar.

"Kenapa kalian membenci ku?"

"Aku tidak membencimu."

Vylan tertawa pelan dan mengeratkan selimutnya. Menenggelamkan wajahnya semakin dalam pada lipatan lengannya, "Aku tidak pernah meminta hal yang muluk-muluk. Sungguh. Aku hanya ingin sedikit saja diperhatikan seperti Luna, hanya sedikit." Vylan kemudian terisak.

Jangan. Jangan menangis. Namun sekeras apapun Kang Minhyuk mencoba mengatakan itu pada putrinya yang tengah tergugu dalam tangis, lidahnya terasa begitu kelu, kerongkongannya terasa seperti dihantam batu-batuan besar.

Minhyuk menyesal telah melewatkan bayak hal tentang putrinya, dua puluh dua tahun ia mengabaikan eksistensi putrinya. Minhyuk terlalu egois dan mencari alasan untuk menyalahkan putrinya agar ia bisa merasa lebih baik.

Ia jelas bukan orang tua yang berguna.

Mengulurkan tangannya perlahan, Minhyuk mengusap kepala putrinya penuh penyesalan. Menahan gejolak yang membuncah di dalam dada. Menahan desakan air mata yang memaksa keluar di hadapan putrinya."Maafkan aku-maafkan papa. Kau pasti begitu menderita."

Bersamaan dengan hela napas yang Minhyuk hembuskan usai berkata demikian, Vylan bangkit lantas ditubruknya figur sang ayah, melingkarkan lengannya pada pinggang dan menangis tersedu dengan kepala yang bersandar pada lengan ayahnya.

Memukul Kang Minhyuk telak pada memori puluhan tahun lalu yang telah pudar, bagaimana tangisan bayi perempuan memenuhi rungunya, disambut tawa dan ucapan selamat oleh beberapa dokter dan perawat yang membantu jalananya persalinan.

Bagaimana wanita itu tersenyum lemah diatas bankarnya.

"Villain artinya penjahat. Tapi aku ingin memberinya nama Vylan. Kang Vylan."

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang