Chapter 14

2.2K 376 84
                                    

Park Ahrin?

.

Kim Taehyung tidak bisa tidur nyenyak setelah kembali dari tempat Jungkook.

Usai perbincangan hangat dengan Jimin dan Tuan Park di ruang persenjataan, Taehyung memutuskan untuk ke kamar untuk membersihkan diri. Berniat mencari tempat untuk merokok di halaman belakang, Taehyung mendengar perbincangan Jimin dan Tuan Park. Jimin yang menyarankan pada Tuan Park agar mengirim Jungkook, supir kepercayaannya untuk mengawasi Taehyung. Aku curiga padanya, ayah. Begitu Jimin bilang.

Taehyung sendiri sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi. Jimin tidak akan membiarkannya lepas begitu mudah. Karena itu ia segera menuju ke tempat Jungkook dan memberi tahu pemuda itu tentang rencana tuan Park. Entah apa yang akan Jungkook putuskan, itu urusan nanti.

"Jadi ini yang kau lakukan selama di Korea? Berkencan dengan gadis tanpa memberi tahu siapa kau sebenarnya?"

Kepala Taehyung pening, perkataan Jimin di pub waktu itu terus mengganggu pikirannya.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan." Taehyung membalas. Jimin terlihat terkekeh sengit dan melanjutkan.

"Persetan dengan apapun itu. Gadis yang teler disana itu temanku. Aku mengawasimu Kim Taehyung, dan sungguh aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri jika kau menyakitinya atau berkhianat pada keluargaku."

Hingga malam pun Taehyung lalui tanpa tidur. Ia hanya berbaring menatap langit-langit kamarnya hingga fajar menyingsing dan ia pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Bersiap untuk hari yang melelahkan.

Sementara itu, Park Jimin sudah terlihat di meja makan. Pria itu asik melahap sarapan dengan satu kaki yang diangkat ke atas kursi, kebiasaannya sejak kecil.

Taehyung pun memutuskan duduk dalam diam. Ia berterima kasih pada pelayan yang menyiapkan sarapannya. Sementara Jimin hanya meliriknya tanpa minat. Taehyung merasah risih, setelah bertahun-tahun ini adalah kali pertama Jimin marah pada dirinya, dan bukan karena masalah sepele.

"Selamat pagi, Jim"

Jimin melirik Taehyung sekilas, kembali melahap sarapannya ia membalas, "Hm, pagi."

"Dia sudah pulang?"

"Ya, si bodoh itu berniat mendatangimu semalam. Tapi karena lampu di kamarmu sudah padam, ia kembali ke kamarnya."

Taehyung mengangguk mengerti. Mereka makan dalam diam. Sibuk menyelami pikiran masing-masing, namun menjurus pada hal yang sama.

Apa yang akan terjadi nanti?

Di dalam keheningan itu, ada pekikan bahagia yang membuat keduanya mengalihkan pandangan pada titik yang sama.

"Taetae!!"

Seorang wanita dengan kaus putih longgar dan celana pendek yang hampir tenggelam tertutup kausnya memekik semangat. Berlari riang menghampiri Taehyung dan memeluk leher pria itu erat.

"Akhirnya kau datang!" Ia berseru.

Taehyung terkekeh. Mendongak seraya tersenyum manis ia berujar, "Ya, aku disini."

Yang tanpa Taehyung sadari, Jimin disebrang sana menatapnya muak dan mendecih samar.

***

Meneguk kopinya, Vylan kembali fokus pada layar dihadapannya.

Bukan kembali fokus, sih. Lebih tepatnya berusaha fokus, pasalnya semenjak mengantarkan Taehyung ke bandara, perbincangan dirinya dengan Jimin memunculkan tanda tanya yang tidak ia temukan jawabannya.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang