Chapter 27b

2.6K 305 90
                                    

Truth.

.

"Vylannie sini hadap oppa."

Vylan beringsut menjauh dan mengeratkan selimutnya tatkala suara bariton itu mengudara bersama kekehan rendah. Memejamkan mata rapat ketika merasakan jemari kasar Taehyung berputar-putar pada punggung telanjangnya dan membuat pola abstrak. Vylan mendenguskan napas, "Jangan menyentuhku, tidur sana."

Setelah itu Taehyung menarik jemarinya, mungkin Vylan kelelahan karena itu tanpa sadar ia menggunakan nada yang ketus dan begitu datar. Taehyung membaringkan tubuhnya menyamping, memangku kepala dengan sebelah tangannya, dalam hening ini Taehyung diam memperhatikan punggung polos Vylan. Lain kali Taehyung akan membuat tanda disana.

Sesi bercinta panas mereka selesai sekitar lima belas menit yang lalu. Usai mencapai puncak dan mendapatkan pelepasan bersama, Taehyung menjatuhkan tubuhnya disisi Vylan tanpa melepaskan penyatuan mereka di bawah sana. Mengecupi bahu dan leher gadis--ralat, wanitanya. Merangkum tubuh Vylan dalam dekapan erat, sementara wanita itu memejam dan menetralkan napas.

Taehyung terdiam, dalam jarak yang begitu sempit Taehyung terpesona, Vylan tidak pernah terlihat secantik ini sebelumnya.

Karena itu, melihat Taehyung yang begitu menatapnya lekat, begitu intens. Vylan menutup wajahnya dengan sebelah tangan lantas mendorong kepala Taehyung dengan tangan yang lainnya.

"Ja-jangan menatapku seperti itu."

Namun Taehyung enggan menanggapi, pria itu justru menjatuhkan sebuah kecupan manis pada bibir Vylan. Membuat gadis itu bersikeras mndorongnya hingga Taehyung melepaskan ciumannya dengan alis mengernyit, hendak bertanya ada apa tapi Vylan lebih dulu bersuara, "Ke-keluarkan."

Taehyung tersenyum asimetris, "Kalau aku tidak mau bagaimana?"

Vylan berdecak sebal, mengalihkan pandangannya dari Taehyung, wanita itu mendesis jengkel, "Keluarkan bajingan."

Taehyung terkekeh pelan sementara Vylan meringis saat Taehyung mengeluarkan miliknya. Dengan susah payah berbalik untuk memunggungi Taehyung yang terus menggodanya hingga mereka sampai pada saat ini.

Dalam diam, Vylan menghapus air matanya perlahan. Menahan sesak agar isak tak menyergap. Membiarkan detik jam dan suara mesin pemanas yang beradu dengan hela napas dalam ruangan. Taehyung sudah tidak bersuara dan Vylan pikir pria itu sudah jauh dalam mimpinya. Karena itu, perlahan menahan nyeri dari pusat tubuh dan sendi, gadis itu berbalik.

Bukannya menemukan wajah Taehyung yang lelap nan damai, Vylan menemukan Taehyung yang berbaring miring menghadapnya dengan kepala disangga sebelah tangan sembari tatapinya.

Hendak berbalik namun Taehyung mencekal tangannya begitu cepat, tidak lagi berniat berkutik karena begitu lelah. Lelah hati, lelah badan. Pasrah begitu saja ketika Taehyung menariknya perlahan, mendekap tubuhnya kelewat erat, kembali membuat dua tubuh tanpa balutan melekat, menghapus disparitas tanpa sekat. Taehyung memberikan lengan kokohnya pada Vylan sebagai bantalan, menatap gadis itu teduh, Taehyung mengusap sisa air mata yang menggenang pada pelupuknya sembari layangkan pertanyaan--suaranya serak, "Kau menangis?"

Tidak ada jawaban yang keluar dari belah bibir favoritnya, tapi Taehyung tidak berhenti mengusap pelan pipi dingin si wanita dengan jemarinya. Taehyung kembali melayangkan tanya, berusaha selembut mungkin dengan suara yang menenangkan, "Kau menyesal memberinya kepadaku?" begitu pertanyaan itu terlontar bersama nyeri yang mendadak selinapi dada. Vylan tidak menyesal 'kan?

Taehyung mendapati Vylan tersenyum tipis, perlahan gadis itu membalas pelukannya, memeluk punggung Taehyung erat dan semakin merapatkan tubuh keduanya.

"Ceritakan hidupmu padaku."

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang