Chapter 24

1.9K 303 29
                                    

Yeonjun's explanation.

.

Waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi, Vylan bangkit dari tidurnya. Hendak melakukan perenggangan ringan namun ia urungkan tatkala menemukan tubuhnya justru lebih sakit dari pada kemarin. Bergeser pelan, menurunkan kaki dengan perlahan, Vylan tidak menemukan presensi sang ayah dalam kamarnya. Mungkin sudah berangkat ke kantor atau entahlah.

Berjalan perlahan menuju kamar mandi, melepas pakaian dan menyalakan air hangat, terpejam menikmati sensasi air hangat yang meluncur dari shower menghantam kepalanya. Mencoba mencari ketenangan atas semua huru-hara yang menyerangnya begitu kompleks.

Menyelesaikan urusan mandinya, membalut tubuh dengan baju mandi lantas keluar kamar setelah mengenakan pakaian. Vylan menemukan sang ayah tengah berkutat dengan peralatan dapur.

"Kau sudah bangun?"

Vylan mengangguk pelan, ayahnya berbalik lantas tersenyum kaku. Meletakan beberapa pancake matang diatas meja kemudian menarik kursi dan mempersilahkan Vylan untuk duduk disana.

Berdehem sekilas lantas duduk pada tempat yang sudah disediakan, Vylan menatap ayahnya yang sudah rapi kenakan setelan kantor meletakan segelas jus jeruk disisi piringnya, lalu duduk dihadapannya.

Edarkan pandangan mata, Vylan tak temukan eksistensi sang ibu dan kakak perempuannya didalam rumah. Meneguk jus jeruk miliknya sekilas, Vylan menoleh pada ayahnya yang hikmat menyantap menu sarapan pagi ini, "Mama dan Luna tidak ada di rumah?"

Minhyuk alihkan pandangan dari pancake pada putrinya ketika suara gadis itu mengudara, menelan pancake yang telah lumat karena ia kunyah, Minhyuk menggeleng, "Mereka sudah pergi tadi pagi, berbelanja kalau tidak salah."

Vylan mengangguk dan kembali hikmati sarapannya. Kendati sarapan hari ini diselimuti hening, Vylan tetap menyukainya. Sarapan pagi ini jadi sarapan paling menyenangkan selama dua puluh dua tahun hidupnya, meski anggota keluarga tidak lengkap dalam prosesi sarapan hari ini.

Sang ayah tidak lagi bersikap acuh seperti dulu, meskipun perlakuannya terasa canggung begitu kaku. Melirik sang ayah sekilas, Vylan teringat perihal ayahnya yang mengigau semalam. Bagaimana alis sang ayah mengkerut dalam, bulir keringat tak berhenti mengalir dari dahinya. Bagaimana wajah sang ayah terlihat begitu sakit, serta air mata yang sesekali mengalir dari matanya yang tertutup, dengan belah bibir yang tidak berhenti racaukan nama yang sama.

Han Hyewon. Siapa sebenarnya Han Hyewon?

Menghentikan kunyahannya, lekas menelan dengan perlahan. Vylan menatap ayahnya, "Pa?"

"Hm?" Kang Minhyuk mengguman pelan menanggapi, pria itu fokus pada sarapannya.

Melipat bibirnya sekali, gadis itu bertanya dengan hati-hati. "Siapa itu Han Hyewon?"

Vylan mendapati sang ayah menegang bersamaan dengan garpu yang semakin ia ketatkan dalam genggaman. Lantas menengok perlahan padanya, "Kau dengar nama itu dari mana?"

"Semalam aku terbangun karena haus, papa tidur di lantai sambil mengigaukan nama itu hingga meneteskan air mata." Jelasnya pelan.

Kang Minhyuk mengusap bibirnya dengan sapu tangan lantas meneguk jus jeruk dengan cepat, kemudian meraih botol sirup, "Mau tambah sirupnya sayang?" Tanyanya.

Ayahnya mengalihkan perhatian. Vylan tahu betul, tapi daripada menuntaskan dahaganya atas rasa penasaran yang mendera, gadis itu mengangguk biarkan ayahnya tambahkan sedikit sirup pada pancake miliknya.

Vylan tak tahu apa alasan ayahnya mengalihkan perhatian tentang Han Hyewon yang dijadikan topik pembahasan. Gadis itu melahap pancake yang terlalu manis dengan tenang, perhatikan sang ayah beranjak dari meja makan menuju pantri, menyeduh kopi dengan air muka yang meredup. Mungkin ada sesuatu yang memang tidak harus Vylan ketahui perihal urusan pribadi sang ayah, hanya saja putri mana yang tidak kelewat penasaran tatkala temukan sang ayah igaukan nama seorang wanita hingga meneteskan air mata?

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang