Chapter 12

2.4K 404 104
                                    

A portrait that disappeared.

.

Ingin tahu apa yang Vylan lihat saat pertama kali ia membuka mata?

Wajah Taehyung dengan mulut menganga lebar dan air liur yang mengalir ke sisi pipinya.

Jujur saja, ini menggelikan sekaligus menjijikan. Vylan hampir saja merogoh kantong, meraih ponselnya, dan memotret Taehyung, kalau saja ia tidak tersadar atas beberapa hal.

Ini bukan kamarnya. Bukannya tertidur diatas ranjang kecilnya yang keras, ia malah tertidur di sofa empuk bersama pria aneh yang tengah memeluk pinggangnya.

Vylan tercenung.

Sedetik kemudian, refleks ia menendang Taehyung dengan lututnya. Kelewat keras hingga pria itu terjatuh dan mengerang kesakitan.

"Shit!" Taehyung mengumpat.

Vylan bangkit, terduduk di atas sofa dan menutup mulut dengan sebelah tangannya.

"Tae maaf. Refleks."

Taehyung menatap Vylan sengit. Vylan salah tendang, sakit bukan main. Jika saja Vylan menendang tubuhnya ia sama sekali tidak masalah, tapi ini burungnya yang Vylan tendang. Menatap miris pada selangkangannya, Taehyung merintih. Hanya ada dua kemungkinan, kalau tidak bagun, ya.. tidur selamanya.

Miris.

Sementara itu, Vylan ikut meringis. Ia sungguh tidak tahu kalau yang ia tendang itu penis Taehyung. Karena itu ia turun dari sofa, berjongkok disisi Taehyung yang masih menakup celana bagian tengahnya seraya berguling-guling dan mengerang kesakitan.

"Tae, maaf. Tidak sengaja, serius." Vylan berkata dengan raut menyesal.

"Sakit bodoh!" Taehyung berteriak tidak terima.

"Ya 'kan aku tidak tahu. Itu gerakan refleks, harusnya kau memahaminya. Lagipula bagaimana aku bisa disini? Ini dimana?"

Mengabaikan raut wajah Vylan yang terlihat menyebalkan dimatanya. Taehyung perlahan bangkit, setengah mati menahan sakit pada pusat tubuhnya dan berjalan pelan menuju dapur yang tidak memiliki sekat dengan ruang tamu.

"Pikir sendiri."

Taehyung berujar ketus. Menyusun piring dan gelas, membuka kulkas lalu mengeluarkan beberapa bahan makanan, Taehyung beranjak menuju kamar mandi. Ia ingin memeriksa adiknya yang baru saja ditendang Vylan.

"Mau kemana?" Vylan bertanya pada Taehyung yang berniat meninggalkan dapur.

"Memeriksa penisku," Taehyung menjeda sejenak, "Kenapa bertanya, mau membantu? Boleh saja, kau juga harus bertanggung jawab bukan? Kau yang membuat penisku jadi seperti ini." Taehyung melanjutkan enteng kemudian terpingkal saat Vylan mendadak berbalik dengan mata melotot enggan menatapnya.

Ah, sial.

Mendadak Vylan merasa hangat menjalari kedua pipinya. Kenapa pria suka sekali berbicara kotor di pagi hari sih? Tapi dari pada memikirkan perkataan Taehyung, Vylan memilih duduk diam seraya memijit pelipisnya yang terasa pening. Berpikir apa yang ia lakukan hingga bisa sampai di tempat ini.

Maka dari itu ingatan Vylan berputar pada kejadian semalam. Bagaimana wajah menyebalkan Luna setelah dua tahun ia menghilang, bertemu Jimin, proses pembuatan bayi Kim Jiwon, hingga Jimin yang menghubungi Taehyung.

Ingatan yang pudar tersebut terus berjalan sesuai alurnya, bagaimana Taehyung yang mengobati luka-luka Vylan, Vylan yang terus meracau entah tentang apa, hingga bagaimana Taehyung menarik wajahnya, menyatukan bibir mereka, menghisap dan melumat. Mengangkatnya ke atas pang-

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang