Jam sudah menunjukan pukul 12:30 WIB siang. Angelin tak bisa menggerakkan badannya, ada tangan kekar yang memeluknya dengan erat. Ahh, Angelin kembali mengingat perguluman tadi.
Angelin menutup matanya dengan erat, meredam semua rasa yang ada dalam hatinya, kenapa harus terjadi lagi. Angelin mencoba melepaskan tangan Zivan dari atas perutnya dengan hati hati, dan berhasil. Angelin langsung turun dari ranjang sangat pelan agar Zivan tidak bangun. Ia memungut semua pakaiannya yang berserakan dan dengan secepat kilat menggunakannya kembali, dia harus pergi dari sini.
Setelah ia selesai Angelin langsung bergegas berjalan ke arah pintu keluar. Untung Zivan tidak mengambil kartu akses hotel, Angeli mengambil kartu itu lalu Angelin memutar gagang pintu dengan pelan agar tidak menimbulkan suara setelahnya dia langsung keluar dari sana. Angelin mengunci Zivan dari luar dia takut Zivan akan mengejarnya.
Angelin langsung lari untuk kekamarnya ia tak punya waktu banyak untuk bersantai santai, Anornya tak tau dimana.
Angelin masuk kedalam kamar hotelnya, langsung memasukan baju dan perlengkapan lainnya dengan asal kedalam koper. Mengambil tas nya dan langsung keluar dari sana.
Dia turun ke lobi untuk mencari anaknya dan syukurnya ia melihat anor dengan wanita yang tadi sedang berjalan kearahnya.
"Anor!" Panggil Angelin, ia sedikit berlari ke arah anaknya
"Bunaa... " panggil Anor saat melihat Angelin berada didepannya. Anor langsung merentangkan tangannya meminta digendong oleh bundanya
Reni langsung memberikan Anor pada ibunya. Reni sedikit heran melihat Angelin yang membawa koper dan tas, seperti ingin pergi.
"Bisa kamu ikut saya sebentar?" Tanya Angelin pada Reni.
"Hah? Ehh.. bisa bu.." Balas Reni sedikit terkejut.
Angelin langsung melangkah keluar hotel, dia menunggu taxi di depan hotel.
"Maaf bu, boleh saya bertanya?" Tanya Reni sedikit ragu
"Apa?"
"Kalau boleh tau, ibu siapanya pak Zivan?" tanya Reni dengan gugup
"Bukan siapa siapa" Balas Angelin dengan singkat
Saat Reni akan bertanya lagi, Taxi datang terlebih dahulu.
"Tolong cek out kan, kamar saya. Terus berikan kartu akses ini pada Zivan" Setelah itu Angelin langsung naik kedalam taxi tanpa menghiraukan Reni yang terbengong bengong.
"Kita kemana bu?" Tanya Supir taxi pada Angelin
"Terminal Bus pak" Ucap Angelin yang dibalas angukan oleh Supir taxi
Angelin sengaja memilih Bus, karna dia takut Zivan mengetahui keberadaannya.
***
Reni berjalan kearah kamar yang Zivan tempati, ditangannya ada kartu akses kamar. Saat sudah didepan kamar ia menempelkan kartu akses pada pintu . Tak lama Pintu langsung terbuka, Reni ternganga melihat Zivan yang hanya menggunakan boxer. Membuat halusinasi nya berjalan pesat membayangkan yang iya iya telah terjadi, pantas saja penampilan wanita tadi acak acakan, ternyata oh ternyata,
"Dimana Angelin dan anakku?!" Tanya Zivan dengan wajah yang sudah memerah karena amarah,
Reni yang mendengar suara teriakan itu langsung tersadar dari hayalannya.
"Emm.. Itu pak..." Balas reni dengan gugup
"Jawab yang bener!"
"Tadi, ibu sama Anor pergi pak naik Taxi gak tau kemana, dia juga bawa koper" Jelas Reni sambil menundukkan kepalanya karena takut kena semprot.
"Terus kenapa kunci kamar ada sama kamu?!"
"Ibu yang ngasih pak"
"Sialan!" Zivan langsung masuk kedalam kamar, dia menggunakan pakaiannya dengan asal. Dia harus menemukan Angelinnya, ia tak mau lagi kehilangannya.
Zivan mengambil kunci mobil dan Handphone nya lalu berlari keluar dari kamar.
***
Angelin sudah berada didalam bus, anor tertidur dari semenjak dia pergi dari hotel, sepertinya dia kelelahan tadi bermain.
Angelin menghela nafasnya lega, semoga Zivan tak menemukannya.
Angelin teringat dengan apa yang telah dilakukannya dengan Zivan tadi pagi, dia sedang dalam masa subur. Sesampai di sana Dia akan pergi ke apotek untuk membeli obat pencegah kehamilan. Jika dia hamil bagaimana pandangan orang orang terhadapnya, cukup Anor dan tidak ada lagi.Angelin memejamkan matanya dia butuh istirahat, tubuhnya sangat lelah.
***
"Kalian dimana si?" Zivan sudah sangat frustrasi mencari keberadaan Angelin dan Anor, ini sudah larut malam dan dia belum menemukannya.
Zivan bahkan lupa dia belum makan, dia bahkan blum mandi sejak siang tadi.
"Argghh!! Bego dasar bego! Kenapa bisa kecolongan si! Love, kamu dimana si?" Zivan merutuki dirinya yang terlalu lelap tertidur sehingga dia kehilangan lagi wanitanya. Tampilan Zivan sudah mirip dengan gembel dari pada seorang pilot, rambut acak acakan, wajah yang kusut dan pakaian yang sudah tak beraturan.
Zivan memutar otak siapa yang bisa dia minta Pertolongannya. Hingga otaknya mengarah pada satu nama yaitu..
Papahnya.
Zivan langsung menjalankan mobilnya untuk pulang kerumah ibunya, dia tak bisa menunda, dia ingin secepatnya Angelin ditemukan dan mungkin ini sudah saatnya orang tuanya tau kelakuan bejadnya.
Setelah menempuh waktu 20 Menit akhirnya Zivan sampai di rumahnya, dia langsung berlari masuk kedalam."Mah! Pah! Mamah..." Zivan berteriak memanggil orang tuanya, dia berjalan kearah kamar orang tuanya. Tanpa basa basi dia langsung membuka kamar orang tuanya, tak perduli apa yang sedang dilakukan orang tuanya.
Laily dan Bagas terkejut karena tiba tiba anak pertamanya masuk ke kamar mereka untung saja belum sampe tahap buka bukaan,
"Zivan tunggu di ruang tengah" Setelah itu Zivan menutup lagi pintu kamarnya lalu pergi begitu saja
"Anak kurang ajar, gak tau apa papanya mau buka puasa" Ucap Bagas dengan wajah nya yang sudah masam,
Laily hanya tertawa kecil melihat wajah suaminya.
Laily langsung keluar dari kamar dan berjalan ke ruang tengah, Bagas tentu saja mengikuti Laily.
"Kenapa? Ganggu orang tua aja!" Ucap Bagas ketus,
"Pa, Zivan pengen minta tolong" Ucap Zivan dengan frustasinya, sedikit rasa takut terselip dihatinya untuk mengatakan hal ini. Namun ia sadar cepat atau lambat pun semuanya akan terbongkar.
Laily yang melihat anaknya itu mengernyit aneh, tak biasanya Zivan seperti ini, "Kamu kenapa?" Tanya Laily
"Tolong bantu zivan cari Angelin dan anak Zivan pa" Mata Zivan memerah menahan rasa sesak di dadanya,
Bagas dan Laily bengong mendengar itu, sepertinya telinga mereka bermasalah, Zivan belum menikah bagaimana mungkin memiliki anak,
"Pah, kayanya mamah salah denger deh" Ucap Laily pada suaminya
"Sama ma, kayanya papa juga, apa kita udah setua itu?"
"Zivan serius ma, pa. Zivan udah punya anak, umurnya udah 2 tahun lebih tapi sekarang Zivan gak tau keberadaan mereka di mana pah, mereka pergi" Ucap Zivan meyakinkan kedua orang tuanya.
Bagas dan Laily diam, tak ada reaksi apapun sorot matanya sangat sulit ditebak Zivan, Zivan siap menerima semua kemungkinan resiko yang akan dia dapat dari orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HEART'S I
General FictionMy Heart's I Having sex mungkin sudah lumrah di sebagian kalangan anak remaja zaman sekarang, apalagi jika kita berkiblat pada budaya barat. Tapi tidak dengan gadis yang bernama Angelin Stavenson, Gadis manis nan lugu, gadis manja yang dimanfaatkan...