Hari ini Angelin diizinkan pulang oleh dokter setelah 3 hari dia dirawat di rumah sakit, Angelin sangat sangat tidak betah berada di sana ditambah lagi setiap malam Zivan selalu menemaninya, itu tidak baik untuk kesehatan hatinya.
Angelin sudah mati matian mengabaikan kehadiran Zivan tapi pria itu pantang menyerah. Menganggap ucapnya angin lalu dengan tetap datang dan terus memberikan segudang perhatian.
Zivan sedang membereskan semua pakaian Angelin sedangkan Angelin hanya duduk diam tak memperdulikan keadaan Zivan. Ia masih belum bisa menerima kembali pria itu.
"Udah selesai, yuk" Ucap Zivan pada Angelin sambil mengulurkan tangan kirinya tapi tak dibalas oleh Angelin.
Angelin hanya melengos berjalan terlebih dahulu meninggalkan Zivan. Zivan menghela nafasnya, Sabar. Mungkin ini yang dinamakan perjuangan. Ya meskipun ia merasa tuhan telah mempersingkat nya.
Sesampainya di parkiran, Zivan langsung membukakan pintu mobil untuk Angelin. Angelin langsung masuk tanpa banyak kata lagi, dia benar benar mendiamkan Zivan. Setelah Angelin masuk, Zivan menyimpan barang barang ke bagasi terlebih dahulu, setelahnya dia langsung masuk ke dalam mobil di kursi pengemudi lalu menjalankan mobilnya meninggalkan rumah sakit.
***
Sepanjang perjalan di dalam mobil sangat hening, Angelin hanya memandang kedepan dengan tatapan kosong, sedangkan Zivan sesekali mencuri curi pandang pada Angelin.
Zivan sengaja mencari jalan yang agak jauh dan sepi, jelas setelah tadi pagi dia tanya tanya pada satpam rumah sakit, di tambah lagi dengan adanya maps. Sampai disuatu jalan yang sepi, Zivan menepikan mobilnya.
Angelin menoleh pada Zivan sambil mengernyitkan keningnya seakan bertanya kenapa berhenti, Zivan hanya diam menatap Angelin intens.
"Mau sampai kapan kamu diemin aku terus?" Tanya Zivan dengan pandangan yang lurus menatap Angelin,
Angelin hanya membalas pandangan Zivan dengan wajah datar, lalu melengos tanpa menjawab ucapan Zivan,
Zivan diam melihat tingkah Angelin, Zivan memukul stir mobil dengan kuat, membenturkan kepalanya beberapa kali, melampiaskan amarahnya karena sikap Angelin, dia tak ingin sampai melukai Angelin karena emosinya. Selama dirumah sakit dia sabar karena kondisi Angelin masih sakit tapi sekarang rasanya dia benar benar sudah tidak kuat lagi. Angelin benar benar menguji kesabaran nya.
Jadi ini rasanya di campakkan? Apa ini karma setelah dulu dia sering sekali mencampakkan perempuan begitu saja.
Angelin yang melihat itu pun jelas kaget dengan apa yang Zivan lakukan, Tapi dia mencoba bersikap tak acuh pada Zivan, dia tak ingin Zivan tau bahwa dia khawatir melihat kondisi Zivan sekarang.
Zivan menarik dagu Angelin agar menatap ke arahnya, "Jangan bikin gila, Love" Ucap Zivan lagi dengan penuh rasa frustasi,
Tapi nihil Angelin tetap diam seribu bahasa. Sebenarnya Angelin sudah ketar ketir melihat pandangan mata Zivan, Angelin tau Zivan paling tidak suka jika dirinya diabaikan tapi melihat tingkahnya saat ini, hatinya bergetar ada desiran aneh menyelusup ke dalam hatinya dengan dibarengi dengan tatapan mata Zivan.
Dengan perlahan Zivan mendekatkan wajahnya pada Angelin, Angelin hanya diam entah mengapa tubuhnya selalu berkhianat pada logikanya. Dengan lembut Zivan mencium bibir Angelin, hanya menempel tapi sesaat sesudahnya Zivan melumut bibir Angelin menyelusupkan lidahnya pada mulut Angelin, dia sedikit tersentak karena Angelinpun membalas belitan lidahnya.
Perlahan tangan Zivan melepas seatbelt Angelin, lalu dengan sekali tarikan Angelin sudah berada di pangkuannya. Dengan terus saling melumut, tangan Zivan mulai bergelayar di tubuh Angelin, Mengusap punggung Angelin dengan lembut lalu meremas bokong Angelin, yang membuat Angelin mendesah dalam ciumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HEART'S I
Narrativa generaleMy Heart's I Having sex mungkin sudah lumrah di sebagian kalangan anak remaja zaman sekarang, apalagi jika kita berkiblat pada budaya barat. Tapi tidak dengan gadis yang bernama Angelin Stavenson, Gadis manis nan lugu, gadis manja yang dimanfaatkan...