30

22.9K 779 16
                                    

Kini giliran Anor bermanja ria pada bundanya, sebangun tidur tadi Anor langsung menamplok pada Angelin. Dan ternyata suhu tubuhnya sudah panas dan tentu saja itu membuat kehebohan di keluarga Sandjaya, Panik karena sang cucu kesayangan tiba tiba sakit.

"Buna.. pucing buna.." (Bunda.. Pusing bunda) Rengek Anor dengan lirih, matanya dan hidungnya memerah karena suhu tubuhnya panas, mata berair. Dan dengan tatapan sayu.

"Sabar ya Sayang, nanti juga sembuh kok" Balas Angelina sambil mengusap kepala anaknya dengan lembut.

Zivan memandang anaknya khawatir, "Love, kita bawa anor kerumah sakit aja yuk" ucapnya

Angelina langsung mengalihkan tatapannya pada Zivan,

"Tadi kan udah di periksa dokter Zivan" Balas Angelin

"Ya tapi sayang, aku gak tega liat anor kaya gitu"

"Emang anor sakit gara gara siapa? Emang siapa yang ngajak anor maen air sampe lupa waktu kemaren?"

Zivan meringis saat mendengar ucapan Angelin, memang ini salahnya yang mengajak anaknya main air terlalu lama, sehingga membuat Angelin kesal bukan main.

Zivan menggaruk kepalanya, "Maaf Love, aku salah" Ucapnya

Angelin hanya mendengus kesal, ia kembali menatap kepada anor yang sudah mulai memejamkan matanya,

"Love, bawa ke rumah sakit aja deh ya, Aku gak tega" Kata Zivan lagi pada Angelin

"Van, gak usah lebay" Balas Angelin

"Bukan lebay sayang tapi khawatir"

"Yaudah kalau nanti malem panas nya belum turun, baru kita bawa ke rumah sakit"

"Kelamaan, Love"

"Zivan..." Angelin games dengan calon suaminya itu.

"Oke oke" Kata Zivan menyerah membujuk Angelin

Angelin sebenarnya tak menyalahkan Zivan jika memang Zivan khawatir, mungkin karena ini pertama kalinya Anor sakit disini jadi Zivan dan yang lain langsung panik. Wajar, dulu dia juga seperti itu, panik berlebihan padahal anak hanya sakit biasa.

Suasana hening, Angelin mengusap kepala anaknya dengan sayang mengecupnya dengan lembut.

Zivan merasa hatinya menghangat melihat pemandangan di depannya, ahh satu langkah lagi dia bisa memiliki Angelin untuk selamanya.

Cup. Zivan mengecup pipi Angelin berkali kali karena games,

"Zivan..."  Angelin mencoba menghindar tapi Zivan tetap lebih gesit menciumi nya,

"Aku bahagia banget bisa dapetin kamu lagi..." Ujar Zivan dengan mata penuh binar,

Angelin menatap Zivan begitupun dengan Zivan sampai akhirnya entah siapa yang lebih dulu memulai, bibir mereka mulai menyatu, saling melumut meresapi rasa cinta dan kasih di antara mereka, menimbukan debaran hati yang tak biasa.

***

Angelin membuka matanya, tubuhnya terasa remuk setelah tadi Zivan menyerangnya tanpa ampun, berawal dari lumutan lembut menjadi gairah yang tak bisa terbendung, dan berakhir lah seperti ini.

Angelin berjalan ke kamar mandi dengan selimut yang melilit tubuh polosnya, Zivan entah berada di mana yang pasti saat dia terbangun pria itu sudah tidak ada disini.

Setelah Angelin selesai membereskan dirinya, dia turun ke bawah, di ruang keluarga ada calon ibu mertuanya dan Zivan yang sedang menggendong Anor yang tampak tertidur di bahu sang ayah.

"Udah bangun Love?" Tanya Zivan melihat pujaan hatinya turun

Angelin mengangguk, lalu menghampiri Zivan dan Anor, memegang dahinya mengecek suhu tubuh sang anak.

"Kok tambah panas" Ucap Angelin saat merasakan telapak tangannya seperti tersengat panas,

"Kita bawa Aa ke rumah sakit aja, mama khawatir" ucap Laily yang langsung di angguki oleh Zivan tanda setuju.

Angelin akhirnya ikut mengangguk setuju, dia juga tidak tega melihat sang anak sakit seperti ini.

"Ya Udah aku siapin mobil dulu" ujar Zivan lalu menyerahkan Anor pada Laily, dia tak ingin sampai Angelin yang menggendongnya, takutnya nanti Angelin tertular.

Anor menggeliat dalam gendongan Laily, seperti merasa tak nyaman,

"Aya... Buna.." Gumamnya dengan mata yang masih tertutup,

"Bunda di sini sayang" Angelin mengusap rambut Anor dengan sayang,

Anor membuka matanya perlahan, matanya memerah dengan pandangan sayunya Anor menatap sang bunda.

"Bunaa.." Ucap anor dengan suara paraunya,

"Kenapa, hem?" Ucap Angelin

"Genong Buna..." (Gendong bunda..) Anor mengangkat tangannya meminta di gendong tapi saat Angelin akan menggendong Anor, Laily lebih dulu menjatuhkannya

"Aa sama Oma dulu ya, nanti kalau Buna gendong Aa, dedenya kasian" ucap laily memberi pengertian pada Anor.

"Ndak au, Sama buna.." (Gak mau, sama bunda..) Rengeknya

"Tapi a-..."

"Gak papa ma, Biar Angelin aja yang gendong" ujar Angelin,

Laily menggeleng, "Gak bisa sayang, ingat loh kamu lagi hamil, nanti tertular gimana?"

"Gak bakalan ma, cuman bentar kok" ujar Angelin,

"Tetep aja gak boleh sayang" Bukan Laily yang menjawab tapi Zivan yang sudah berjalan ke arah mereka, lalu dengan sigap mengambil alih Anor dari gendongan sang ibu.

"Aa sama ayah aja ya" ucap Zivan pada Anor

Anor mengangguk lalu memeluk leher sang ayah dengan erat, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Zivan,

"Kamu mau dirumah aja apa ikut?" Tanya Zivan pada Angelin,

"Ikut"

"Mama?"

"Mama di rumah aja nunggu papah sama Ziya pulang, nanti kalau ada apa hubungi mamah loh" Ujarnya.

Zivan mengangguk lalu dia langsung menarik lembut tangan Angelin untuk mengikutinya.

"Aa' duduk di samping ayah ya" Ucap Zivan sambil membuka pintu depan, tapi Anor malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Dak au" (Gak mau) Tolaknya pelan,

"Sama bunda yuk" Kata Angelin yang langsung di balas tatapan tajam Zivan.

Anor mengangguk tapi Zivan langsung menahannya, "Aa sama ayah aja" ucap Zivan

Angelin mendengus lalu ia masuk kedalam mobil disusul dengan Zivan di kursi mengemudi sambil menggendong Anor pastinya.

"Lepas dulu pelukannya A," ujar Zivan yang langsung dituruti Anor dengan cepat Zivan membuka bajunya, lalu melempar ke jok belakang.

Zivan memeluk tubuh anaknya, Anor langsung memeluk kembali tubuh Zivan

"Kok dilepas?" Tanya Angelin

"Biar panas di tubuh Anor pindah ke aku, Love."

"Nanti kamu yang sakit dong," protes Angelin, gimana si pria itu.

Zivan tersenyum, mengusap pipi Angelin dengan lembut. "Kan ada kamu yang rawat," ujarnya dengan kerlingan manja.

Angelin memutar matanya malas. "Udah buruan jalan."

"Siap Sayang."

Zivan menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah menuju rumah sakit.

MY HEART'S ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang