Repub tanpa edit 14/10/20
2/1/21Cahaya matahari yang berwarna jingga kala itu menjadi awal pertemuan mereka.
Hari itu berlalu dengan cepat, anak kecil berkuncir dua itu tengah berlari untuk kembali kerumahnya selepas bermain di taman yang berada tidak jauh, hanya berjarak tiga rumah saja dari kediamannya. Anak itu terlalu bersemangat untuk berlari agar dia tiba dengan cepat di rumahnya. Dia mungkin tidak tersadar ada batu di dekat kakinya hingga dia tersengkat dan terjatuh. Beruntung tangannya sempat menahan agar badannya tidak menabrak aspal yang masih panas akibat sinar matahari siang tadi sangat terik.
Dia sudah bersiap-siap untuk menangis ketika dia melihat ada luka di lutut serta telapak tangannya tetapi tepukan di kepalanya menahan tangisannya keluar. Dia mendongak lalu melihat seseorang. Anak lelaki dengan kaos berwarna hitam serta celana pendek lalu sepatu convers terlihat berjongkok di hadapannya dengan tangan masih berada di kepalanya.
Diandra tidak ingat pernah melihat orang ini di sekitaran rumahnya. Dia berjengit, takut jika dia diculik karena ibunya berulang kali mengatakan mengenai harus berhati-hati dengan orang yang tidak kamu kenal. Diandra merengsek mundur karena takut jika orang di depannya ini berniat jahat padanya. Tapi alih-alih merasa kesal karena di kira orang jahat, anak lelaki itu justru terkekeh melihat wajahnya. Wajah Diandra yang masih terlihat jelas sedang kesakitan sambil menahan tangis berubah menjadi takut ketika melihatnya.
"Aku rasa kamu anak yang dibilang oleh Tante Riana. Kamu Diandra kan? Diandra anak Tante Riana?" Ucap anak lelaki itu sambil tersenyum, "Aku Arjuna, tetangga barumu dan seingatku aku tidak pernah menculik anak kecil dan tidak tertarik juga melakukannya jadi kamu tidak perlu takut." Diandra terlihat merengut di katakan anak kecil, dia tidak suka di bilang anak kecil karena dia akan segera memiliki adik sebentar lagi. Dia mencoba berdiri tetapi nyeri di dengkulnya terasa sakit.
"Mau aku gendong?" Tawar Arjuna ketika melihat Diandra kesusahan untuk berdiri. Diandra menggelengkan kepalanya tetapi Arjuna menempatkan diri di depan Diandra kemudian membalik badannya sehingga punggun anak lelaki itu yang terlihat di pandangan Diandra. "Jangan keras kepala, anak kecil. Naiklah." Diandra mau tidak mau memeluk pundak Arjuna karena kakinya sakit sekali. Arjuna kemudian berdiri seakan tidak terasa berat sama sekali dengan tambahan beban di punggungnya padahal Diandra tergolong berbadan besar untuk anak seumurannya. Jaraknya untuk sampai dirumah hanya tinggal sedikit saja padahal. Begitu sampai di pekarangan rumahnya tentu saja terdengar teriakan heboh ibunya yang berusaha berjalan secepat mungkin dengan perut buncitnya itu.
"Dee!" Diandra meringis mendengar panggilan ibunya, pasti akan di marahi lagi karena tidak berhati-hati, pikirnya. Ibunya lalu mengambil kotak obat yang disiapkan di ruang keluarga karena dia hapal betul dengan kecerobohan anak sulungnya itu. Arjuna mendudukkannya di sofa lalu bergeser begitu melihat Riana menghampiri Diandra kemudian mengobati luka anak itu sambil meniupnya ketika dia meringis karena perih.
"Juna, ketemu Diandra di mana?" tanya ibunya, Widia.
"Tadi pas mau ke taman Juna lihat dia nangis, Ma."
"Bohong, Dee belum nangis kok!" sela anak berkuncir itu dengan cepat membuat Arjuna terkekeh. "Iya, iya belum nangis. Tapi akan." goda Arjuna karena bocah itu menemukan kesenangan baru sekarang. Menggoda Diandra.
Dan sepertinya itu akan menjadi hal yang dia sukai seterusnya.
HALOOO AKU UP DEORE GANTIIN BEATEN TRACK YAA ❤️
SUPER DUPER SLOW UPDATETerima kasih buat yang mau baca AN :)
KAMU SEDANG MEMBACA
DEORE [FIN]
ChickLitSudah cetak selfpub. ISBN 978-602-489-765-9 Diandra mencintainya jauh sebelum wanita itu mengenal kata cinta. Sayangnya Arjuna hanya menyayangi Diandra sebatas sahabat yang sudah selayaknya adik kandungnya. Sampai pada saat Arjuna hendak berangkat...