DEORE - 12 - Mugwump

43.5K 4.9K 243
                                    

Repub tanpa edit 3/11/20
14/6/21


Cahaya matahari sore itu mengawali pertemuan mereka untuk kedua kalinya setelah delapan tahun terlewati tanpa kabar.

Bedanya, kali ini Arjuna melihat gadis kecilnya dipeluk oleh seorang pria, bukan terjatuh karena tersandung batu. Tidak-tidak bukan hanya pelukan tetapi juga ciuman di pipi sebelum pria itu berlalu dengan mobilnya. Arjuna bisa melihat gadis itu telah tumbuh semakin tinggi, mungkin lebih tinggi lima senti dari terakhir mereka bertemu. Dia terlihat membalikkan badannya kemudian tatapan mereka bertemu.

Lima detik..

Sepuluh detik..

Perlu waktu sepuluh detik hingga Arjuna dapat melihat senyuman terbit dari bibir gadis itu. Senyuman yang dia sukai, lengkap dengan lesung pipi di kedua sisi. Gadis itu menyambanginya sambil tersenyum lebar sebelum memeluknya, pelukan yang sering dia dapatkan ketika dia kecil.

"Bang, lama gak ketemu!" Seru Diandra riang sebelum menarik dirinya, membiarkan Arjuna terdiam dengan kekagetannya. Tangan gadis itu di larikan ke hadapan Arjuna yang masih menatapnya.

"Bang! Abang Juna! Lupa sama aku? Jahat ih!"

Arjuna mengerjapkan matanya sekali lagi untuk memastikan bahwa dia tidak melihat bayangan. Nyata, gadis di depannya nyata dengan tangan yang dia lipat di dada setiap kali dia merajuk. Arjuna menaikkan tangannya kemudian menarik pipi Diandra hingga gadis itu mengaduh kesakitan.

"Anak nakal! Kamu ke mana aja gak ada kabar?!" Arjuna kemudian memiting Diandra yang membuat gadis itu menggigit tangannya hingga kini dia yang mengaduh.

"Rasain! Main nyubit sama miting aja, sakit tahu!" Diandra berjalan memasuki rumahnya diikuti dengan Arjuna yang masih memegangi tangan sebelah kirinya, dia bisa melihat bekas gigi Diandra di sana tetapi itu justru membuatnya tersenyum dengan lebar.

"Kamu dihubungi gak bisa, pulang jarang-jarang banget terus gak pernah ketemu juga." Arjuna terus mengikutinya hingga menaiki tangga menuju kamar gadis itu. Dia terlalu sering ke sana, bahkan ketika Diandra tidak berada di rumah, hingga tidak ada yang merasa aneh ketika melihatnya menyelonong masuk.

"Sibuk kuliah, Bang, aku juga ganti nomer ponsel."

"Bisa kasih kabar, Deore. Abang hubungi kamu lewat email juga gak ada balasan."

"Aku lupa password emailku."

"Catet makanya! Sudah tahu pelupa akut tapi sembrono."

Diandra berhenti di depan pintu kamarnya yang sudah terbuka lalu melipat tangan, tanda dia sedang kesal.

"Delapan tahun gak ketemu, Abang makin bawel ya. Kayak emak-emak tau gak?"

Arjuna berhenti dengan jarak satu langkah sehingga dia bisa melihat wajah Diandra yang kini sudah berumur hampir dua puluh empat. Tinggi wanita itu sekupingnya, rasanya dulu gadis itu tidak sampai sebahunya. Tinggi dia 187 senti, mungkin Diandra 175 senti. Bulu mata lentik dan juga alis yang membingkai matanya masih sama, bedanya kali ini gadis itu berambut panjang sepinggang dan dibiarkan tergerai dengan ikal di bagian bawahnya. Dia kemudian meraih gadis itu kedalam pelukannya.

"Deore, kangen."

Arjuna bisa merasakan tubuh gadis itu kaku sesaat sebelum membalas pelukannya dengan kencang. Dia bisa menghidu aroma gadis itu, jika dulu dia sering menghirup aroma minyak telon sekarang dia bisa mencium aroma vanilla yang menguar dari tubuh Diandra.

"Kamu kurusan, gak pernah makan ya?"

"Enak aja! Aku gak ada kurusan ya, beratku masih enam puluh tahu!"

"Jangan kekurusan, ntar meluk kamu gak enak."

Gadis itu kemudian melepaskan pelukannya sambil meliriknya sengit. "Emang aku cewek apaan di peluk-peluk terus sama Abang?! Sana pulang!"

"Lha tadi kamu yang meluk, barusan abang peluk juga kamu gak nolak." Arjuna terkekeh karena melihat raut Diandra yang semakin kesal. Dia mengikuti Diandra yang berjalan masuk ke dalam kamarnya kemudian dia menghempaskan diri ke ranjang. Dia cukup sering mengintip kamar ini ketika dia datang untuk bermain dengan Mahanta dua tahun terakhir. Melihat barang-barang gadis itu membuat rasa rindunya terobati walaupun hanya sesaat.

Gadis itu keluar kamar kemudian kembali dengan tampilan rumahannya, kaos kebesaran, celana pendek dan rambutnya sudah di cepol sembarangan kemudian dia mulai sibuk dengan peralatan yang berada di meja yang berada di ujung ruangan. Ini pertama kalinya Arjuna memerhatikan Diandra yang tengah sibuk merawat dirinya. Gadis itu mengoleskan sesuatu ke tangannya kemudian menepukkannya dengan lembut ke muka dan juga lehernya yang membuat dia menyadari Diandra memiliki leher jenjang yang sangat menarik. Dia juga mengoleskan lotion ke tangan dan juga kakinya yang membuat Arjuna menyadari gadis itu memiliki kaki yang juga jenjang.

"Ngapain masih di sini? Sana pulang." Ucapan Diandra menyadarkannya dari pikirannya yang berkelana kesembarang tempat. Dia berdeham sebelum menjawab, "ngusir banget sih, Deore. abang mau ikut makan di sini. Paling juga Ibu ke sini kalau tahu kamu pulang, Ibu kangen berat sama kamu."

"Aku sering kok hubungin tante."

"Jadi kamu hubungi ibu tapi gak hubungi abang?" Mata arjuna menyipit kemudian gadis itu mengeluarkan cengiran sebelum mengalihkan pembicaraan.

"Turun yuk."

"Enak aja, jangan kabur kamu abang masih banyak pertanyaan!" Arjuna menangkap tangan Diandra yang hendak kabur keluar kamarnya yang baru Arjuna sadari pintunya terbuka lebar.

"Apaan sih? Bawel Abang gak ilang-ilang ya?"

"Yang tadi siapa?"

"Tadi?"

"Yang tadi peluk kamu."

"Oh, Arya."

"Siapa?"

"Arya Bimasena Oetomo."

"Gak ada yang nanya nama panjangnya, Deore, abang nanya dia siapanya kamu?"

"Oh, bukan urusan abang kalau yang itu." Sahut Diandra sambil berjalan keluar kamar dengan cepat meninggalkan Arjuna yang menggeram kesal.

9/9/19

repubnya cukup sampai sini yaa. Cerita ini sudah tamat dan lengkap di Karyakarsa Dadodado dan Lontara. Monggo baca di sana kalau mau 

 Monggo baca di sana kalau mau 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


DEORE [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang