Repub tanpa edit 23/10/20
2/1/21"Kamu ke mana kemarin? Kok gak nungguin Abang?"
Itu pertanyaan pertama yang terlontar ketika Arjuna duduk di bangku yang berada di depan Diandra yang membuatnya gugup. Sekarang pria itu tengah berada di kelasnya setelah usahanya menghindarinya kemarin. Arjuna mendatanginya ke rumah tetapi dia pura-pura tidur, ponselnya juga dia matikan dan tadi pagi dia berangkat lebih dulu dengan kendaraan umum.
"Oh, ponselku mati terus Bang Juna aku cariin gak ketemu. Takut Ibu nyariin aku kalau pulang ke sorean jd aku putusin pulang duluan."
Arjuna menganggukkan kepalanya, kemarin dia terlalu sibuk dengan Feby hingga tidak melihat waktu dan sempat melupakan Diandra. Itu membuatnya merasa bersalah.
"Terus tadi pagi kenapa gak nungguin Abang?"
Pertanyaan kedua yang berarti kebohongan kedua pagi ini.
"Buru-buru, Bang, ada PR yang aku harus kerjain." Dia mengangkat buku tulisnya yang berada di meja.
"Matematika? Sudah dikerjain semua?" Arjuna menarik buku itu lalu melihatnya dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. "Bener semua, pinter adik Abang." Ada perasaan tidak suka menjalar ketika Diandra mendengar kalimat terakhir. Itu aneh, karena Arjuna sering kali mengatakannya ketika dia memeriksa tugas Diandra, atau ketika mengajarkannya sesuatu.
Arjuna kemudian meletakkan satu kantong plastik ke mejanya. "Kata ibumu, kamu belum makan, tadi Abang beliin nasi uduk kesukaan kamu. Makan ya. Abang ke kelas dulu. Pulang tungguin Abang, jangan pulang duluan." Dia mengacak rambut Diandra yaang di ikat kebelakang. Biasanya itu akan membuat Diandra jengkel hingga menepis tangannya dan marah-marah, tetapi hari ini gadis kecilnya itu hanya diam sambil menganggukkan kepalanya kemudian berkutat dengan buku tulis dan buku pelajarannya lagi.
Diandra memastikan kepergian pria itu kemudian menghela napas panjang. Sejak kapan sentuhan singkat Arjuna di kepalanya bisa membuatnya berdebar-debar? Bahkan dia bisa merasakan wajahnya panas sekarang. Diandra meletakkan kepalanya di atas meja, pipi gembulnya dapat merasakan permukaan keras dan dingin itu, matanya terpalu pada bungkusan plastik yang tadi dibawa oleh Arjuna.
"Hati, lo kok masih berdebar terus sih? Tolong berhenti, dong. Ini gak baik buat kesehatan gue." ucapnya pelan.
"Kalau hati lo ga berdebar lo berarti udah mati, Dee." suara itu diiringi dengan bunyi kursi yang di duduki di sampingnya, tanpa menoleh pun Diandra sudah tahu siapa orang menyebalkan itu.
"Pagi, Intan. Hari yang indah ya." Diandra mengangkat kepalanya lalu menghadap ke samping.
"Kenapa lo pagi-pagi udah mengeluarkan aura galau?"
"Gak, gak apa-apa."
"Yakin?"
Diandra terdiam sebentar sebelum menganggukkan kepalanya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia baik-baik saja.
"Itu PR matematika ya? Liat dong gue! Nomer tiga gue ga paham banget. Sumpah! Eh ini udah dicek sama Arjuna kan?"
"Kenapa emangnya kalau belum dicek?"
"Gak yakin gue sama kapsitas otak lo."
Diandra kemudian memasukkan buku itu ke tasnya kemudian mulai membuka plastik tadi.
"Lho, lho kok dimasukin Dee?"
"Gausah nyontek, kerjain sendiri."
"Dih ngambek, nyontek dong. Ya ya ya? Gue traktir deh nanti di kantin."
"Bakso dua mangkok."
"Astaga! Gak makan siang dong gue!"
"Pilih, gak makan apa lari keliling lapangan nanti?" Guru matematika mereka memang tergolong kejam untuk urusan hukuman jika tidak mengerjakan tugas yang diberikan.
"Iya, iya. Perhitungan banget jadi temen."
"Bodo."
###
Diandra suda menghabiskan mangkok kedua sedangkan Intan hanya bisa gigit jari di sampingnya. Dia menepuk perutnya pelan.
"Kenyang! Makasi Intanku!"
"Gue bisa busung lapar nih kalau gini caranya."
"Itung-itung dietlah, Ntan." Ucapan Diandra membuat Intan mengerucutkan bibirnya, matanya kemudian melihat ke arah Arjuna yang sekarang ditempeli oleh kakak kelas mereka yang cantik.
"Juna pacaran sama Feby ya?" Tanya Intan melihat betapa kakak kelasnya itu terus-terusan menggandeng Arjuna dan tampaknya dia juga tidak keberatan ditempeli seperti itu.
"Mungkin, tidak tahu."
"Kayaknya iya deh, Dee. Tatapan Juna terlihat beda, tatapannya ke Feby kayak tatapan sayang."
"Gak tahu, Intan dan gak mau tahu juga." Diandra masih mencoba asik dengan ponselnya, melihat feed instagram untuk mengalihkan pikirannya dan juga pandangannya dari Arjuna.
"Dia lihat ke arah sini, Dee." Intan menyikut tangan Diandra, membuat gadis itu mengaduh.
"Balik, yuk. Bentar lagi bel masuk." Diandra mengacuhkan ucapan Intan, dia beranjak dari duduknya lalu berjalan keluar kantin. Perasaan sesak ini membuatnya tidak nyaman.
Vomment itu aku ga nolak lho ❤️🙈
20/8/19
KAMU SEDANG MEMBACA
DEORE [FIN]
ChickLitSudah cetak selfpub. ISBN 978-602-489-765-9 Diandra mencintainya jauh sebelum wanita itu mengenal kata cinta. Sayangnya Arjuna hanya menyayangi Diandra sebatas sahabat yang sudah selayaknya adik kandungnya. Sampai pada saat Arjuna hendak berangkat...