Repub tanpa edit 16/10/20
2/1/21Waktu terus bergulir, Diandra akhirnya memasuki Sekolah Menengah Atas dan bisa satu sekolah lagi dengan Arjuna. Oh jangan bayangkan Diandra tumbuh menjadi sangat cantik dan populer. Dia tumbuh dengan baik, pipinya masih gembil dengan bobot sedikit lebih di banding tingginya. Oh dia bertubuh tinggi, 170 senti. Tinggi untuk ukuran perempuan. Beratnya? Hampir menyentuh angka tujuh puluh karena dia belajar mati-matian supaya bisa masuk ke sekolah unggulan tempat Arjuna berada sehingga pengalihan stresnya adalah makan. Dia stress eater.
Tapi Diandra adalah Diandra. Dia tidak terlalu peduli dengan penampilan, terkesan cuek malah. Dia kurang bisa bergaul hingga temannya hanya satu. Teman sebangkunya yang baru dia kenal di hari pertama masuk sekolah. Intan. Kamu tahu, terkadang menjadi seseorang dengan berat tubuh berlebih membuatmu mendapatkan verbal bullying dan itu membuat rasa percaya dirimu menurun drastis.
Sedangkan Arjuna? Dia tumbuh dengan amat sangat baik, dia tampan sekaligus cerdas. Dia selalu menjadi pusat perhatian ketika berada di keramaian. Jangan bayangkan dia cool, dia sangat ramah pada semua orang. Otak yang encer, sifat yang ramah serta ditunjang dengan tubuh yang tegap serta tinggi 180 senti tentu menjadi daya tarik yang sangat kuat. Kulitnya tembaga karena sering bermain basket dan ekstrakulikuler beladiri yang dia ikuti, tetapi itu justru menambah kesan maskulinnya.
Awalnya terjadi kehebohan karena Arjuna selalu pergi dan pulang bersama Diandra, salah satu hal yang tidak berubah semenjak Diandra memasuki Sekolah Dasar. Dia tidak menempeli Diandra saat di sekolah dan Diandra juga tidak mau terlalu dekat dengannya karena teman-temannya mengerikan, terutama teman perempuannya. Dia teringat bagaimana dia sering menerima ucapan tidak mengenakan ketika Sekolah Mengah Pertama setelah Arjuna lulus. Saat itu dia memang selalu mengekori Arjuna seperti anak ayam yang mengikuti induknya ke mana pun kecuali saat ada kelas tentu saja.
Dia tidak mengerti salahnya di mana sebenarnya tetapi dia tidak mau ambil pusing juga dengan meladeni setiap ucapan, tetapi mau secuek apapun pasti ada saja satu dua ucapan yang melekat di otaknya.
"Lo mau pulang sekarang?" Tanya Intan yang tengah membereskan bukunya di meja.
"Ya, Juna sudah menunggu di parkiran."
"Okay, see you tomorrow then. Bye."
"Bye. Hati-hati."
Diandra berjalan keluar kelas, menyusuri lorong yang akan membawanya ke parkiran motor yang terletak di belakang gedung sekolahnya. Sekolahnya sudah sepi karena jam sekolah berakhir dua jam yang lalu, Diandra dan Intan harus mengerjakan tugas di perpusatakaan karena mereka tidak memiliki buku yang mereka butuhkan. Arjuna tadi sudah dia kabari dan lelaki itu mengatakan akan menunggunya di parkiran belakang sekolah.
Dia duduk di bangku yang terletak di bawah pohon, matahari sudah kembali keperaduannya dan kegelapan mulai menyapa. Dia sudah berada di sana setengah jam tetapi tidak ada tanda Arjuna muncul padahal motornya masih berada di parkiran, alih-alih menemukan pria itu dia justru menemukan teman-teman perempuannya yang selalu mengelilingi Arjuna.
"Lo mending pulang sendiri deh."
"Kenapa, Ka?
"Juna lagi sibuk sama Feby."
Diandra mengernyitkan dahinya, sibuk setelah jam sekolah selain untuk urusan ekstrakulikuler terdengar bukan Arjuna sekali.
"Duh, kalau mau tahu mending lo liat tuh di bagian parkiran mobil." Mereka berlalu setelah mengatakan itu sambil cekikikan, meninggalkan Diandra penasaran dan memutuskan untuk melihat apa yang Arjuna sedang lakukan.
Dia celingukan ketika sampai di parkiran mobil, mencari keberadaan Arjuna tetapi tidka menemukannya juga. Dia memilih untuk berjalan ke pojok untuk mencari pria itu lagi. Dia menemukannya tetapi dengan keadaan yang membuat matanya melotot dan mulutnya menganga lebar.
Pria itu berada di dalam mobil yang terpakir agak menjorok ke dalam sehingga tidak terlalu terlihat terlebih dia duduk di bagian belakang tetapi Diandra dapat mengenalinya karena posisi dia berada di samping mobil itu. Dia sedang mencium seorang gadis yang berada di pangkuannya dan ciuman itu terlihat intens. Dan Diandra tahu itu bukan jenis kecupan yang hanya menempel sebentar, thanks to every romantic movie yang dia tonton, tetapi itu pagutan. Dia menatapnya selama beberapa saat sebelum membalikkan badan karena merasa sesaak yang tiba-tiba saja menyusup masuk ke dadanya.
Thank you sudah baca :)
19/8/19
KAMU SEDANG MEMBACA
DEORE [FIN]
ChickLitSudah cetak selfpub. ISBN 978-602-489-765-9 Diandra mencintainya jauh sebelum wanita itu mengenal kata cinta. Sayangnya Arjuna hanya menyayangi Diandra sebatas sahabat yang sudah selayaknya adik kandungnya. Sampai pada saat Arjuna hendak berangkat...