Akan selalu mau

2.5K 199 0
                                    

"ya jadi sekian briefing senin pagi ini, saya harap mulai hari ini kita dapat menjadi tim yang solid, kalian boleh panggil saya Riko, Pak Riko, atau Mas Riko senyaman kalian saja." Ucapnya sambil melirik kearah ku dan menekan kata Mas. Apa-apain sih dia. Masih kekeh nyuruh gw manggil Mas juga.

"dan jangan sungkan untuk berdikusi dengan saya, okeh saya tutup briefing pagi ini. Selamat Pagi."

Ya hari ini untuk pertama kalinya Riko memimpin weekly briefing, dia benar-benar berbeda dari Riko yang gw kenal dulu saat menjadi leader, tutur Bahasa dan pembawaannya sangat dewasa. Tidak aneh kalo dia menempati posisi ini diusianya sekarang. Sudah lah gw lelah memuja kesempurnaan Riko.

"Ra, laporan kemarin udah lo submit ke Riko? Kalo belum ada yang mau gw tambahin nih, kayaknya gw ada sedikit salah perhitungan deh." Ucap Mba Ella yang merupakan partner semeja gw.

"belum mba, yg soal asset nya kan? Udah gw review kemaren dan udah gw benerin juga, rencananya ntar sore balik dari meeting gw submitnya."

"wiiiii memang Ara leader paling TOP deh."

"Ah bisa aja lo mba, btw gw cabut dulu ya. Mau ketemu klien di PIK."

"Sip, transport tadi udah gw telpon ya, mereka udah nunggu di Lobby."

"Sip mba Ella, suka deh gw kalo lo gini wkwkw. Kalo ada apa-apa call gw aja ya"

"Sippo beb, tiati ya"

Sambil meninggalkan cubicle ku mengacungkan jempol dan berjalan menuju lift. Saat lift terbuka Riko berdiri sambil sedikit bersandar ke dinding lift dengan satu tangan dimasukan kedalam saku celana dan tangan satu lagi sibuk bermain Hp, mukanya terlalu serius untuk wajah sedang bermain game di jam kerja.

"eh Ara, mau meeting di luar Ra?" tanyanya usai ku ikut masuk kedalam lift, sambil sedikit melirik dan tak sengaja melihat dia yang sedang membaca beberapa email, ya pasti dia sibuk bekerja, diakan workaholic.

"eh iya pak" dia lagi batin ku, gw minta pindah unit aja kali ya abis closing bulan ini. Terlalu sering didekatnya benar-benar ga baik buat jantung ku.

Selama didalam lift aku sibuk berkomat-kamit berharap lift ini cepat menuju dasar, kejadian kemarin saat aku tertidur di bioskop membuatku sangat canggung apabila bertemu dengannya lagi. Benar- benar memalukan. Dan satu lagi yang aku lakukan menahan nafas karerna parfume Riko ini terlalu menggoda, ini terlalu menyiksa berduaan dengannya di ruang tertutup seperti membuat ku berfantasi yang tidak-tidak. Damn stop berfikir kotor Ara.

Dan si subject utama fantasi ku masih sibuk dengan Hp nya, seperti sedang membalas WA dari seseorang, ah mungkin pacarnya, dan ku tak peduli, ya aku berusaha tak peduli.

Ting....

Akhirnya kami tiba di lantai dasar, dengan sedikit berpamitan kulangkahkan kaki ku dengan kecepatan super menuju lobby dan berharap mobil transport ku sudah stand by disekitar lobby. Celingak-celinguk kanan kiri ku melihat keseliling memastikan dimana posisi mobil transport yang akan membawa ku ke PIK. Sambil sedikit berlari ku menuju mobil tersebut dan memastikan bahwa memang benar ini mobil yang di pesan Mba Ella untuk ku.

Didalam mobil ku atur nafas ku yang memburu seperti sedang dikejar polisi, kenapa gw kayak gini sih. Kenapa gw ngehindar dari Riko.

*flashback*

"Ra, Ara... filmnya udah selesai". Ucap Riko sambil menepuk-nepuk pipi gw lembut.

"hmm..." mata ku mengerjap sedikit dan membuka lebar saat gw sadar posisi gw saat ini sedang bersandar di pundak Riko.

"sorry ko, ak ketiduran."

"enak banget ya nyandar di pundak gw"

"haah? Hahahhaha udah yuk keluar gw mau ke toilet kebelet." Gw hanya bisa tertawa sumbang sambil mengalihkan percakapan ini karena gw malu setengah mati, bisa-bisanya gw ketiduran dipundak Riko sambil memeluk satu lengannya. Bahaya ni laki-laki terlalu mudah membuat nyaman.

"lo laper Ra?" Tanya Riko saat kami sudah di dalam mobil.

"ehmm enggak?" jawab ku singkat sambil sok sibuk memainkan Hp untuk menghilangkan rasa gugup dan malu yang sejak tadi tidak mau pergi.

"gw laper, kita makan dulu ya, tadikan sebelum nonton kita cuma makan spaghetti." Ajaknya sambil menatap ku dan memegang kedua tangan ku yg sedang memainkan Hp untuk mengalihkan perhatian ku.

"emang gw bisa nolak lo? Ish ini tanganya jangan sering megang-megang kenapa sih." Ucapku sambil menghentak tangannya agar lepas.

"hehe," kekeh nya "enggak sih mau ga mau lo pasti ngikut kata gw, karena mobil gw yg nyetir dan ini terlalu malam dan jauh dari rumah lo, jadi lo pasti nurut sama gw." Ucapnya dengan gaya belagu khas Riko saat memenangkan sesuatu.

"itu tau, lain kali gak usah basa-basi". Sewot ku

Sekitar 15 menit kemudian kita tiba di daerah makan pinggir jalan yang diyakini Riko sebagai tempat makan paling enak sedunia, entah apa yang membuatnya getol mempromosikan tempat makan ini, tempatnya memang nyaman walau berada di pinggir jalan, warung makan ini menawarkan beberapa menu seperti ayam, bebek, dan beberapa jenis ikan namun yang menjadi primadona adalah ayam goreng lengkuasnya, tidak ketinggalan ada roti bakar dan pisang bakar. Menu-menu ini terlalu menggoda gw, bahaya gw musti nahan napsu.

"lo mau pesen apa?" Tanya Riko sambil membolak balikkan menu

"enggak gw ga makan malem tadi kita udah makan dan gw rasa pasta tadi sudah sangat cukup mengganjal perut." Ucapku penuh keyakinan

"yakin... yaudah kalo ga mau." ucapnya sambil berdiri meninggalkan ku untuk memesan.

Disudut warung Riko memesan beberapa makanan sambil sedikit bercengkrama dengan pemilik warung sepertinya mereka sudah lama kenal dan akrab sekali. Setelah selesai memesan Riko kembali ke meja dan duduk disebrang ku lagi.

"kamu udah sering kesini ya ko?"

"uhmm lumayan lah 2 minggu sekali bareng temen-temen gw."

"oooh, makasih pak." Ucap ku kepada bapak yang sedang mengantarkan makanan kepada kami, si Riko bener-bener kelaperan atau gimana sih banyak banget mesennya. Ada ayam goreng beberapa potong, tahu dan tempe, lalapan dan tumis kangkung.

"cantik pacarnya, ko gak sering-sering diajak kesini, mas" whaaaaaaaaaaaaat pacar si bapak kayaknya ngelantur deh kalo pujian cantik tadi gw mengamini tapi ini pacar Riko, ada yang salah.

"oh bukan pak sa..."

"eh iya kang, cantik ya.. doain langgeng ya." Ucap Riko memotong ucapan ku

"hehe iya dong pastinya, undang-undang ya kalo jadi nikah."

"iya atuh kang.."

"sok atuh manga di makan mumpung masih anget, saya permisi mau ngelayanin yang lain dulu ya."

"sip makasih kang."

"kok lo bohong?." Ucap ku kesal sambil menatapnya dengan tatapan laser siap mengulitinya.

"siapa yang boong, udah yuk makan."

"gue ga pesen makan."

"coba dulu, nih lo masih suka ayam goreng bagian dada kan. Kalo lagi diet gak usah pake nasi ayamnya aja." Ucapnya sambil menaruh sepotong ayam di piring ku, sial aroma ayam ini terlalu menggoda, gw gak bisa konsen nih. Sumpah kerasa banget ayam ini dimasak dengan bermacam-macam rempah yang segar, digoreng dengan waktu yang pas dan oh Tuhan runtuh pertahanan ku.

"lo tuh ya." Kesalku yang hanya disambut cengiran khas nya yang super menyebalkan dan dengan lincah ku kubit ayam tersebut dan dicocol dengan sambel terasi dadak. Rasanya surga, ayamnya enak banget gurih dan wangi lengkuas yang sangat tercium, jangan lupa kremesan ayam ini adalah juaranya.

"enak kan?"

"iya, banget, ko lo bisa sih nemu tempat makan kayak gini gw kira selera lo bakal kebarat-baratan, sumpah gw bakal sering beli makan disini."

"hehehe... gw mau ko nganterin lo setiap kesini, dan akan selalu mau, selamanya Ra."

Degh... aku baper, pertahanan ku jatuh lagi. Ku mencoba untuk biasa saja dan menikmati setiap suapan, dan kata-kata Riko barusan adalah angin lalu. Gw tidak bodoh dan mengerti arah pembicaraan Riko tadi. Tapi gw harus merasa biasa saja, takut-takut ini hanya perasaan ku saja. Aku cukup tau diri.


Belum tentu jodoh kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang