Selepas acara pernikahan kami, aku dan Riko menginap di rumah Orang tua Riko. Kami akan menginap disini 2 hari karena akan diadakan beberapa acara selamatan kecil-kecilan disini dengan menggunakan adat chinese, karena eyang Riko ternyata masih keturunan chinese dan hal ini baru aku ketahui saat akan menikah dengannya, pantas mata Riko agak sipit dan berkulit putih.
Malam ini adalah malam pertama kami berdua akan tidur di kamar yang sama sebagai pasangan yang sah. Sedari tadi aku tak hentinya berfikir macam-macam saking gugupnya aku hampir saja menumpahkan teh panas untuk Riko di dalam kamar karena Riko selalu meminum teh chamomile atau susu panas sebelum tidur.
"Kamu gak papa Ra?" dengan cekatan Riko mendekat dan memindahkan cangkir teh ke nakas disamping tempat tidur kami, dan segera menggiring ku ke kamar mandi untuk mencuci tanggan ku dengan air dingin untuk mencegah luka bakar di lengan ku.
"Aku gapapa ko."
"Gak papa gimana, kalo sampe berbekas gimana. Ini merah lo Ra."
"Gak ko."
Riko sibuk membasuh lenganku dengan air dingin di westafel, dari jarak sedekat ini aku bisa melihat wajah Riko dari dekat, rasa gugup yang aku rasakan sebelumnya lenyap dan malah mengagumi setiap sudut dari wajahnya. Kadang aku sering bingung kebaikan apa yang ku perbuat hingga mendapatkan suami sebaik dan setampan Riko. Kata orang cinta pertama tidak akan pernah berhasil, namun sepertinya kami berbeda ini mungkin cinta sejati. ugh... memikirkannya membuat ku bergedik geli, bisa-bisanya aku berfikir semenye-menye itu, sangat bukan diriku.
usai mengusap lengan ku Riko mengeringkan dengan perlahan dan penuh kehati-hatian, padahal aku sendiri tak merasakan sakit sama sekali, maksud ku ini luka tak seberapa ko.
"Sakit?"
"Enggak."
"Bener? gak usah ditahan, kalau mau nangis, nangis aja"
"Iya... aku ga semanja itu ya."
"heheh.... lain kali hati-hati ya Ra."
"Iya..." dia mengacak-acak rambut ku sepertinya ini adalah hobi barunya mengacak-acak poni ku yang sebenarnya bukan poni hanya baby hair. Tatapan kami terkunci, dia mendekatkan wajahnya kearah ku.
"Ra.." panggilnya dengan suara berat, yang sungguh membuat ku tak konsentrasi.
"Iya.." dia mulai mengusap pipi ku dan dengan sangat sadar mata ku berpindah ke bibirnnya, dasar mesum kau Ara, rutuk ku dalam hati.
"Sekarang udah halal kan?"
"Iyaa.."
"Jadi boleh kan?"
"aku belum siap mas..." Jawab ku gugup. Takut-takut Riko akan marah.
"Gak mau kita coba dulu?" Riko mendekatkan wajahnya, karena gugup aku memilih menutup mata ku saat wajah Riko semakin mendekat dan menempelkan bibirnya pada bibir ku. Sebetulnya bukannya aku belum siap, tapi aku hanya tidak tau apa yang harus ku lakukan disaat-saat seperti ini. Jadi ku biarkan Riko memimpin.
Bener kata orang-orang ciuman itu benar-benar memabukkan, sampai-sampai aku tak sadar kalau kami sudah berbaring di kasur dengan posisi Riko diatas ku. Damn its quite good.
Ciuman ini berbeda dengan ciuman yang biasa kami lakukan, mungkin kali ini karena kami sudah halal, jadi tak ada satu gerakan Riko pun yang aku halangi. Jangan tanya tangannya sudah mampir dan meremas bagian mana saja. Riko menahan badannya agar tak menindihku. ciumannya berpindah menuju lekukan leher ku sambil membuka satu persatu kancing piyama ku. Aku dapat merasakan nafas hangat Riko menerpa kulit ku, tangannya terus saja membuka piyama ku dan melemparnya sembarangan, kini yang tersisa hanya bra dan celana dalam ku. Dia kembali menyerang bagian tersensitifku yaitu leher, dari tadi jangan tanya bagaimana tubuh ku bereaksi, menggeliat bagai ulet keket kesetrum dengan nafas memburu, sampai disaat ku ingin melepaskan kaos tidur Riko, ku rasakan gerakannya melemah dan dapat kurasakan Riko menindih ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum tentu jodoh kan?
RomantizmKalo tidak dipertemukan lagi berarti belum jodoh kan. Kalo sudah jodoh maka mau keujung dunia pun kita akan bertemu lagi dengan nya. The Fairytale begin....