Enough

1.7K 137 0
                                    

"Ra, Liat deh. Rekanda posting foto bareng Cowok. Ini Deyas bukan?"

"Mana, Nik?"

"Nih, dia posting di ig nya, walau ga keliatan mukanya tapi gw curiga ini Deyas sih."

Deyas memang bilang kalo seminggu ini dia ada project bareng Rekanda di Bali. Dari foto itu gw bisa melihat foto Rekanda yang sedang berjalan beriringan membelakangi kamera dengan pose Rekanda menghadap kamera dan memeletkan lidahnya. seperti sedang mengejek. yang paling bikin gw panas adalah caption yang digunakan "Kalau kami bersama memangnya kenapa?" dengan tambahan stick out emoji. Saking panasnya gw sampe membanting smartphone Munik ke meja rias.

"Waduh sis, hengpong gw belum lunas jangan dibanting dong." menjauhkan smartphone nya dari jangkauan gw adalah pilihan terbaik, sebelum itu menjadi serpihan pelampiansan gw.

"Lo musti baca commentnya Nik, mereka mau go public apa gimana sih. semua comment mendukung mereka. gw merasa kalah sama Rekanda. Sial."

"Pas lo baikan sama Deyas lo udah bilang belum sih kalo lo gak nyaman Rekanda terlalu intim sama dia, ya walau pasti dia bakal bilang kita cuma sahabatan aja ko."

"Udah Nik, udah gw highlite pake bulpen merah. Kemaren dia janji akan lakuin yang gw minta duh kalo gini pala gw mau pecah nih. kesel banget gw ish... gw masa kalah sama cowok sih."

"kamu kalah sama siapa?" tiba-tiba mama sudah merangsek masuk kedalam kamar hotel kami untuk berganti pakaian usai di make up di ruangan sebelah.

"Hehe gak ada tante, biasa Ara drama lagi liat foto artis korea." ucap Munik mengalihkan pembicaraan. Jangan sampe mama tau kalo gw punya masalah dengan Deyas, bisa-bisa mama langsung nelpon Ibunya Deyas dan batal menghadiri acara nikahan Carla ini, bisa berabe ntar.

"Udah deh kak, buruan ganti baju. Udah selesai kan make upnya mba?" ucap mama kepada mba-mba yang sedang merias ku.

"Udah bu, dikit lagi tinggal pake bulu mata udah selesai ko."

"Ra, udah ya. Jangan sampe mood lo kacau. Abis acara selesai gw bantu lo ngelabrak online tuh manusia." bisik Munik kepada ku yang masih emosi. Kalau menganiaya orang tidak berdosan dan masuk penjara, itu kutil yang pertama kali gw cincang, jadi cowo kok centil banget ish.

Dengan tergesa-gesa gw segera mengirimkan sebuah pesan kepada Deyas yang memintanya menelpon gw balik saat dia punya waktu, karena kita butuh bicara. Rekanda perlu di musnahkan sampai ke akar-akar. Gw yakin ko pacar gw straight cuma si kutil itu aja yang genit deket-deket sama Deyas, ya gw percaya yang Deyas bilang waktu itu, kalo dia cuma sahabatan aja dengan Rekanda.

Karena Munik musti buru-buru menemui Ibunya di kamar hotel ibunya gw terpaksa ditinggal sendirian di kamar kami, keluar dari kamar orang pertama yang gw liat adalah Riko, memakai pakaian adat Jawa berwarna biru tua dia terlihat gagah berdiri menyandar disana, ugh coba Deyas disini pasti dia tak kalah tampat menggunakan seragam itu.

"Kamu cantik pake warna biru muda gitu Ra, aku ga nyesel nungguin kamu lama." ucapnya mendekat kearah gw "udah yuk jalan kedepan, yang lain udah nunggu di ballroom." dia mengamit tangan ku dan berjalan didepan. Semacam terhipnotis dengan ketampanannya pagi ini gw iya-iya aja saat dia menggenggam tangan gw. Kenapa gw gak sama Riko aja ya.

Sepanjang acara akad dan Resepsi Riko menepati janjinya pada Clara bahwa dia akan selalu berada disamping gw. sepanjang hari pula gw memikirkan kenapa gw bisa nyaman bersama Riko, namun rasa nyaman ini sangat berbeda dengan rasa nyaman yang diberikan Deyas. Deyas memberikan rasa nyaman karena dia selalu memenuhi permintaan gw, tidak pernah ada kata tidak yang terucap dari mulutnya untuk semua permintaan gw, termasuk permintaan untuk menjaga jarak dengan Rekanda, walau berat Deyas mengiyakannya. Rasa nyaman yang di berikan Riko tidak bisa deskripsikan dengan kata-kata, nyaman saja saat dia berada di sekeliling gw, walau ribuan wanita mendekatinya dia seperti tidak peduli dan menganggap gw selalu menjadi pusat tata suryanya. Kadang gw mengira semua yang dikatakan adalah kebohongan, mungkin gw hanya menghindar agar tak terluka lagi, namun dari matanya gw bisa melihat tak ada kebohongan disana. Ah gw mulai ngawur sekarang, masalah dengan Deyas benar-benar menguras emosi gw, kadang gw ingin percaya semua yang Deyas bilang ke gw namun setelah gw tau soal Rekanda, gw merasa masih ada yang ditutup-tutupi dari gw soal ini. Dan setiap harinya hal ini selalu menjadi awal perdebatan diantara kami. Gw lelah. Saat ini Riko benar-benar seperti sumber air ditengah gurun pasir yang sangat panas, memberikan kesejukan dan kenyamanan.

Belum tentu jodoh kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang