9

212 20 5
                                    

Tanganku meraih pintu untuk mempersilakan kamu pergi dari hidupku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Langit dengan hitamnya yang pekat, terus menghujam bumi dengan jutaan tetes air yang merasuk pilu. Mengiringi seorang gadis yang sedang menyusuri tortoar dengan air mata yang diselimuti hujan.

Gadis itu memeluk tubuhnya erat, seiring dinginnya malam yang kian menusuk.

Bbruum...

'Kayanya gue kenal tuh cewek' gumam seseorang pria dibalik helm nya.

Pria itu menepikan motornya, lalu menyusul gadis yang berada beberapa meter di depannya itu.

"Ara?" Gadis itu menoleh, ketika namanya dipanggil.

"Ara?" Gadis itu menoleh, ketika namanya dipanggil.

"Kenapa lo disini?"

Pria itu menegang ketika Ara memeluknya secara tiba - tiba dan menangis begitu saja di pelukannya.

Pria itu balas memeluk Ara sambil mengelus punggu sempitnya dengan ragu, mencoba menenangkannya walau dia sendiri tidak tau Ara kenapa.

-----------------------------------------------------------

"Dim, thanks ya udah anterin gue."

"Santai, ini kebetulan aja rumah kita se arah."

"Dim, soal gue nangis tadi jangan bilang siapa - siapa ya, awas aja kalau bocor. Lo tau sendiri kan gue gak pernah nangis dihadapan siapapun."

"Tenang ae lah, asal ada buat tutup mulutnya." Ara mendengus kesal mendengarnya.

"Iya deh, tar gue kasih bengbeng dingin 1 dus."

"Cakep. Sama kopi itemnya sekalian."

"Siap Abaahh, yaudah sono pulang, gue takut Bunda nyariin."

"Bunda gue gak akan nyari."

"Bukan Bunda lo, tapi Bunda gue."

Akhirnya Dimas pamit, dan Ara melambaikan tangannya, sebelum akhirnya Dimas meninggalkan rumah Ara.

Dengan mata sembab dan hidung memerahnya, Ara membaringkan tubuh lelahnya sambil memejamkan mata, berharap hari esok menjemputnya dengan baik.

-----------------------------------------------------------

Ayam berkokok sambil memejamkan matanya, merasa sudah hafal betul bagaimana tangga lagu yang harus dikeluarkan dari paruh mungilnya.

Sedangkan Ara, masih saja memejamkan matanya dan berkelana dalam mimpi, sampai akhirnya terbangun ketika matahari merangsak masuk lewat celah gonden kamarnya yang sedikit terbuka.

Ara meraba - raba nakas untuk mengambil ponselnya, saat mengaktifkannya disana tertera pukul 06.30 a.m.

"WHAT!?" entah mengapa Mak Eros yang sedang berbelanja sayur pun ikut menoleh.

"Kebiasaan! Orang rumah kenapa gak suka bangunin gue sih!" Gerutunya, lalu bergegas bersiap ke sekolah.

-----------------------------------------------------------

"Bu Aca? Neng Ara baik kan?" Tanya Mak Eros tiba - tiba.

"Baik kok Mak, emang kenapa Mak?" ucapnya sambil asyik memilih sayuran.

"Enggak, saya sering denger Neng Ara teriak - teriak gitu, kenceng banget. Saya lagi nyapu teriak, saya nyabut rumput teriak."

"Teriak gimana?" Aca mengerutkan keningnya bingung.

ROLANDA (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang