17

159 15 6
                                    

Suasana kantin menjadi riuh ketika seluruh penjuru sekolah mengetahui kabar dating Rolanda Arasya dan Rangga Moza Letvi yang menjadi tranding topik di mading SMANSA Venus Dispatch.

Disana tertulis bahwa hubugan Rangga dan Marsya tempo hari hanya settingan untuk panjat sosial, dan menutupi hubungan yang sebenarnya terjadi. Mengingat Ara dan Rangga dikenal sebagai sahabat. Hanya sebatas sahabat. Tidak lebih atau pun kurang. Karena mereka sendiri yang meng klaim nya seperti itu.

Alih - alih tidak mau menjilat ludahnya sendiri, mereka membuat drama yang cukup mengecoh orang banyak. Walau tak bertahan lama.

"Berita macam apa ini?!" Jeje mendengus kesal karena sahabatnya digosipkan yang tidak - tidak oleh lambe turah sekolah nya.

"Berita sampah!" Rangga membanting selebaran yang sedari tadi heboh di perbincangkan itu.

"Heran! Kenapa komunitas ilegal gini gak di tutup pihak sekolah aja?!"

"Pendukungnya banyak Je. Cuma Venus Dispatch yang bisa sebarin berita cepet dan dipercaya banyak orang. Jangankan kita seekor murid, guru pun jadi incaran." Saut Dimas.

Melihat Ara yang hanya terdiam disela keributan yang terjadi, membuat Rangga menghela napas pelan, dan mendekap tubuh Ara.

"Jangan dipikirin, yang tau tentang kita cuma kita. Kita cuma punya dua tangan, gak mungkin kita tutup mulut semua orang Ra. Tapi kita masih bisa tutup telinga kita biar gak denger semuanya." Rangga mengecup pucuk kepala Ara agar membuatnya tenang.

"Kalian tenang aja, berita sampah gini gak bakal bertahan lama." Ucap Dimas sungguh - sungguh.

-----------------------------------------------------------

"Oke, pokoknya gue mau terima beres aja. Berapapun gue bayar. Tapi lo harus pastiin kalau berita itu bener - bener hilang dari peredaran." Perintah Dimas mutlak pada seseorang disebrang sana. Dia mematikan sambungan telfon nya sebelum akhirnya meninggalkan atap sekolah.

"Dimas?" Seseorang mengintrupsi, membuat langkahnya terhenti saat melintasi koridor.

"Eh Ra?"

"Lo dari mana?"

"Biasa." Ara mengangguk paham.

"Btw, selamat ya Ra. Walaupun lo udah punya Rangga, lo masih bisa ngontrak bahu gue kalau lo butuh cerita."

"Makasih ya Dim, udah selalu ada buat gue. Lo emang sahabat terbaik gue." Dimas mengusak pucuk kepala Ara gemas, sebelum akhirnya pergi menuju kelasnya.

-----------------------------------------------------------

Hari ini Ara merasa lebih tenang karena tidak ada desas - desus orang yang membicarakannya seperti kemarin. Tapi hal itu sekaligus membuat Ara bingung, kenapa sekarang semua orang bungkam?

"Ra? Ngelamun terus." Tegur Rangga.

"Gue cuma heran aja sama hari ini, seakan - akan berita kita kemarin cuma angin lalu." Ucapnya sambil menopang dagu nya di meja.

"Jadi lo seneng jadi bahan gosip orang."

"Ya enggak, perasaan waktu berita lo sama Marsya lama banget jadi tranding topik, sampe bosen gue dengernya." Rangga bungkam dan hanya fokus pada pekerjaannya sekarang. Dia hanya tidak ingin bertengkar dengan Ara.

"Ga? Udah beres belum?"

"Dikit lagi." Ara berdecak bosan. Yang benar saja, sudah hampir dua jam sejak pulang sekolah Ara menunggu Rangga yang mengerjakan PR kimia nya di kelas.

ROLANDA (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang