13

175 19 2
                                    

"Ra? Gue kangen sama lo." Pernyataan itu membuat Ara menatap Rangga tajam.

Sudah cukup perasaannya ditarik ulur oleh Rangga, Ara tidak ingin terbuai oleh ucapan Rangga yang terlampau manis.

Ara menepis tangan Rangga pada pundaknya.

"Mau lo apa?" Tanyanya dingin.

"Gue cuma ingin lo tau, kalau ada seseorang yang cinta sama lo diam - diam orang itu adalah gue. Karena dengan begitu gue gak akan dapet penolakan dari lo."

"Wah, otak lo gak beres! Lo kerasukan pocica yang bisa gombal?" Elaknya sambil mengusap - usap tangannya yang sebenarnya tidak merinding.

"Gue serius."

"Aduh jadi deg - degan diseriusin sama anak Mama." ledek Ara.

"Sebel juga lama - lama dibercandai terus sama anak Bunda." Ucap Rangga tak mau kalah.

"Ra? Ngobrol yuk."

"Terus dari tadi itu kita ngapain? Saling bacok?!"

"Yang ini ngobrolnya beda, ada manis - manisnya gitu."

"Gue males."

-----------------------------------------------------------

Di tepi anak sungai sepasang Adam dan Hawa sedang asik memasak sebungkus Indomie.

Ya, hanya penawaran itu yang dapat Rangga ajukan agar Ara mau bicara padanya lebih lama.

"Kok cuma satu masaknya?"

"Lo mau dua?"

"Lo mau bikin gue gendut!"

"Gue gak mau bikin lo kelaperan."

"Yaudah dua."

Rangga menghela napas lelah, dan memasukan satu bungkus Indomie lagi dalam panci.

Rangga menatap Ara yang asik menyantap Indomie buatannya, melihat caranya makan adalah hal favoritnya.

"Gausah liat - liat!" Protes Ara yang sadar menjadi perhatian Rangga.

"Biarin."

"Gue malu Udin!" Ara memalingkan wajah Rangga dengan tangannya. Membuat Rangga terkekeh geli.

Tidak bohong jika Rangga merindukan moment - moment seperti ini bersama Ara. Dia sangat rindu. Benar - benar rindu.

"Ra? Gimana malem itu? Pasti Tomi romantis ya?" Tanya Rangga penasaran.

"Jangan sebut si brengsek itu."

"Jadi bener dugaan gue. Lo putus sama Tomi? Terus jadian sama Dimas?" Pernyataan itu membuat Ara berhenti dari acara makannya.

"Terus gue cocok gak sama Dimas?" Tanyanya mencoba memancing Rangga.

"Gak."

"Masa sih? Dimas kan ganteng."

"Iya, lo nya yang jelek."

"Baku hantam aja nyok!"

Rangga tertawa mengnanggapinya.

"Dimas gak mungkin sama lo." Ucap Rangga terlihat serius setelah menghentikan tawanya.

"Kenapa?"

"Karena dia sahabat gue."

"Terus mau lo jadiin pacar?! Lo homo?!" Serunya dengan suara yang tidak pelan.

"Mmppff!!" Ara berteriak tertahan ketika Rangga membekapnya.

"Mmppff!!" Ara berteriak tertahan ketika Rangga membekapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ROLANDA (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang