23

164 16 5
                                    

Touch vote and leave comment please 💕
.
.
.
.

"Kata Bu Ela, gue dapet beasiswa di oxford University. Gue mau izin sama lo untuk ikut tes nya minggu depan."

"Lo mau ninggalin gue Ga?" Bening yang sudah Ara tahan sedari tadi, terjun bebas begitu saja.

"Gue gak akan ninggalin lo Ra. Lagian belum tentu juga gue di terima."

"Tapi gimana kalau lo diterima?"

Hening beberapa waktu.

"Yaudah gue gak akan ikut tes nya." Rangga memeluk Ara, menenangkannya.

*****

Ara menatap kosong makanan di hadapannya sambil terus mengaduknya acak, tanpa berminat memakannya.

"Ra? Ngelamun terus lo! Kerasukan baru tau rasa!" Seru Jeje. Ara tidak menggubrisnya, dan melenggang pergi dari meja nya.

Tiga pria yang selalu menemani makan siangnya itu, hanya menatap kepergian Ara.

"Ga? Kok lo diem aja? Kejar napa, biar kaya di sinetron - sinetron gitu." Saran Jeje dengan jiwa kesinetronannya.

Rangga mengghela napasnya berat, lalu pergi menyusul Ara.

Tidak perlu mengitari sekolah jika hanya untuk menemukan keberadaan Ara.

Atap sekolah, sudah pasti tujuannya.

*****

Disana, Ara berdiri memunggunginya. Rangga melangkah perlahan menghampirinya.

"Kenapa lagi?" Tanya Rangga to the point.

Hening yang pertama kali menyapa.

"Ga? Kayanya gue gak berhak deh cegah lo untuk ikut tes itu. Itu kan cita - cita lo. Lo sendiri pernah bilang ingin kuliah kedokteran di sana."

"Kenapa gak berhak? Lo kan pacar gue."

"Cuma pacar Ga."

"Nikah yuk." Ara menatap Rangga tajam.

"Nah, sekarang lo udah jadi calon istri gue. Jadi lo juga berhak." Ucap Rangga percaya diri.

"Sejak kapan?"

"Sejak gue bilang 'Nikah yuk', itu artinya gue udah lamar lo." Perkataannya berhasil membuat Rangga mengaduh kesakitan karena pukulan keras dari Ara.

"Ga! Gue serius! Kalau lo mau ikut tes itu gak apa - apa kok. Tapi lo harus janji, kalau lo keterima disana lo harus sering hubungin gue."

"Gue janji." Rangga tersenyum, sambil mengusak kepala Ara gemas.

*****

"Rangga! Ayo cepetan buka website nya!" Antusias Ara.

"Iya iya sabar." Rangga membuka laptopnya, lalu membuka situs website yang di dalamnya berisi pengumuman kelulusan tes yang sudah dia lakukan minggu lalu.

"Gimana? Lo diterima kan?"

"Kepala lo jangan disitu! Mana bisa gue liat hasilnya!" Rangga menyingkirkan kepala Ara yang menghalangi laptopnya.

Rangga memasukkan nama akun dan password pada halaman website itu. Ketika mengklik fitur 'sing in' Disana langsung menampilkan hasil tes nya.

UNIVERSITY OF OXFORD

5 May 2019

Rangga Moza Letvi

Offer of admission

On behalf of the vice-chansellor, I'm pleased to advise that your application for admission to the university of oxford has been sucsesfull. Congratulations.

Detail of the program of study and any special condition are outlined below.

Kurang lebih, seperti itu isi surat pada laman yang dibuka Rangga.

"Apa katanya Ga?" Rangga melirik ke arah Ara dengan wajah datarnya. Dia yakin Ara tidak paham isinya.

"Sorry Ra." Ara yang melihat raut sedih Rangga ikut murung, dan mengusap punggung Rangga untuk menyemangati.

"Gak apa - apa, mungkin lain waktu lo bisa coba lagi."

"PRANK!" Rangga tertawa terbahak melihat wajah kesal Ara karena terkejut.

"BIADAB KAU UDIN!" Rangga mengaduh kesakitan karena cubitan Ara di perutnya.

"Kasar ya lo!"

"Biarin." Ketus Ara.

"Jangan ngambek dong, mending kasih selamat buat gue." Rangga mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Ara.

Ara melirik tangan Rangga yang masih menggantung di udara, dia melebarkan senyumnya sambil meraih tangan itu.

"Selamat pacar." Lalu Ara memeluk Rangga erat.

"Kalau gue pergi lo jangan nakal." Rangga memperingati.

"Harusnya gue yang bilang gitu."

"Gue mah setia."

"Setiap tikungan ada?" Rangga hanya terkekeh mendengarnya.

"Gue janji bakal selalu hubungin lo."

"Tiga kali sehari ya, biar rindunya terobati."

"Kaya minum obat aja."

"Iya lah! Rindu yang gak terobati, bisa menyebabkan kematian. Mati rasa contohnya."

"Jangan dong, lo kan belum gue nikahin." Ara tersenyum malu, menanggapinya.

*****

London Heathrow Airport - Inggris

Rangga melihat ke luar jendela, lampu malam Kota Britania Raya adalah yang menyapanya pertama kali.

Lima belas menit yang lalu dia baru saja keluar dari bandara, dan sekarang menuju asrama yang akan dia tempati selama kuliahnya.

Ini sudah satu bulan setelah pengumuman lolosnya Rangga untuk mendapatkan beasiswa, dan pada akhirnya dia di sini. Mengejar cita - citanya.

Rasanya sedikit berat meninggalkan Ara, yang terus saja menangis saat mengantarnya ke bandara. Padahal Rangga sudah mencegahnya untuk tidak mengantarnya.

Dasar Rolanda Arasya yang keras kepala, membuatnya terpaksa mengizinkannya.

"Gue bakal kangen banget sama ocehan lo Ra."

.
.
Tbc

Ciyuu 💕

ROLANDA (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang