10

171 19 1
                                    

"Oke, hati - hati sayang." ucap Marsya sambil tersenyum manis.

'Deg

Rangga tak menghiraukan panggilan Marsya padanya, dia langsung melajukan motornya dan siap membelah jalanan kota.

----------------------------------------------------------

Tak perlu waktu lama, desas - desus mengenai hubungan Rangga dan Marsya sudah tersebar diseluruh penjuru sekolah. Foto Marsya yang memeluk Rangga di parkiran beredar luas karena terciduk Dispatch SMA Venus. Hal itu membuat Ara terus menatap seatmate nya tajam.

Ini jam istirahat, suana kelas cukup sepi, menyisakan beberapa siswa nerd yang sedang sibuk dengan buku - bukunya dan sepasang seatmate yang siap mengibarkan bendera perang.

"Lo mau lubangin kepala gue pake mata lo?"

"Jadi bener gosip yang lagi viral itu?" tanya Ara malas berbasa - basi.

"Gosip apa?"

"GAK USAH JADI BEGO KALAU GUE NANYA SERIUS!" sentaknya, membuat orang disekitarnya menatap mereka sejurus.

Rangga cukup tersentak, pasalnya Ara tidak pernah berkata kasar seserius ini padanya.

Hening menjadi spasi.

"Kenapa lo marah?"

Shit!

Rasanya Ara ingin mengumpati dirinya sendiri, betapa bodohnya tindakkannya kali ini. Sungguh Ara merasa sudah tidak punya muka lagi untuk berhadapan dengan Rangga.

'Kenapa? Gue marah?'

"Ara!" Seruan seorang pria dari arah pintu kelas memecah ketegangan yang sedang terjadi.

Panggilan itu_Sungguh penyelamat untuknya, Ara sangat bersyukur pada Tuhan karena telah mengirimkan malaikat penolongnya tepat waktu.

"Ra! Bengbeng dingin lo ketinggalan di kelas gue!" Serunya sambil menghampiri Ara.

"Oke, gue ambil sekarang."

Ara melangkah mendahului pria itu_Dimas si penyelamat yang selalu datang tepat waktu, dan dengan langkah terburu Dimas mengekorinya dari belakang.

Rangga dibuat bingung, sejak kapan Bengbeng dingin menjadi makanan favorit Ara?

Tidak. Bukan itu.

Kenapa Ara semarah itu?

-----------------------------------------------------------

Bukan kelas Dimas yang Ara tuju. Soal bengbeng dingin, itu hanya alibi agar Ara bisa terbebas dari ranjau yang dia buat sendiri.

Tujuannya, lagi - lagi atap sekolah yang menjadi tempat favorit nya setelah Rangga membawanya kesini.

Hhhh_Rangga lagi.

Dia merentangkan tangannya dan menghirup oksigen banyak - banyak untuk menghilangkan sesak yang ada.

Tidak.

Ara tidak memiliki asma atau penyakit kronis lainnya, sesaknya ini__Ara sendiri tidak yakin dokter dapat mendiagnosisnya apa.

"Lo begini karena Rangga?" Lagi - lagi vonisan seorang Dimas memecah keheningan yang sempat terjadi.

Ara mendengus tak terima, walau nyatanya itu benar.

"Gue gak ngerti sama diri gue sendiri, dulu gue risih banget dibuntutin terus sama tuh tumila, gue risih saat dia ada di sekitar gue. Dan gue ingin dia pergi."

ROLANDA (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang