sembilan belas

2.2K 355 7
                                    

“Bapak Han Seungwoo?”

Seungwoo mendangak, sebagai jawaban dari seseorang yang memanggilnya. "Hasilnya sudah keluar." Perawat tadi memberikan sebuah amplop panjang. "Hasilnya bagaimana?"

Perawat tersebut tersenyum. "Anda bisa lihat sendiri." Wajah Seungwoo tidak berubah. Dan tidak ada niatan untuk berubah. "Terima kasih."

Seungwoo melipat surat tersebut menjadi dua dan memasukkannya di saku belakang celananya. "Seungwoo.."

Sungguh, bohong jika aku bilang aku tidak ingin tahu. Aku sangat sangat ingin tahu isi surat itu. Apapun hasilnya, aku dapat menerimanya.

"Ayo pulang?"

•••

"Jinwoo? Memangnya kak Jinhyuk mau kemana?"

"Ya restoran lah, Jinwoo sendirian di rumah, aku anter ke rumahnya Seungwoo ya?"

Aku mengangguk. "Ya udah, mumpung disini Wony sama Dongpyo lagi main." Jinhyuk nggak banyak ngomong lalu mematikan panggilannya. Hari masih panjang, Seungwoo ada urusan mendadak di hotelnya jadi dia harus meninggalkan aku dengan dua bocah ini.

Wony tidak memperhatikanku, dia terus bermain dengan Dongpyo.

Aku benar-benar bosan, tidak ada yang bisa aku ajak berbicara. Omong-omong, aku belum pernah bertemu dengan orang tua Seungwoo. Mungkin bisa lain kali. Sekali lagi aku membaringkan badanku di sofa, menghempaskan seluruh tenagaku yang sebenarnya masih banyak ini ke sofa.

Tiba-tiba, ponselku bergetar. Dari seungwoo?

"Halo?"
"Ellen, map kuningku tertinggal di kamar, bisa kamu fotokan isinya?"

Aku langsung berdiri seketika sehingga anak-anak langsung melihat kearahku. "Tentu, Woo.."

Seungwoo terkekeh pelan. "Woo? Rasanya ini pertama kalinya kamu memanggilku hanya nama belakang. Aku menyukainya." Nggak aku sadari, sudut bibirku mulai terangkat perlahan. "Tapi aku lebih suka snoopy."

"Kamu udah besar loh, Woo. Masa mau dipanggil snoopy?" cibirku.

"Kalau kamu yang manggil, apa aja boleh kok sayang. Oh iya, aku butuh cepet nih isinya map, aku matiin ya?"

Aku tersenyum sekali lagi, "baiklah. Selamat tinggal Snoopy."

Senyum itu tidak hilang, bahkan saat aku sudah beranjak dan hendak ke kamar Seungwoo.

"Mama Ellen mauk kemana? Cini cama Wony cama Dodong!" celetuk Wony yang ternyata masih peduli dengan sekitarnya. "Sebentar Wony, mama harus masuk ke kamar."

Wony mengerucutkan bibirnya lalu kembali bermain seakan ia tidak mengatakan apapun tadi.

Perlahan aku menekan handel pintu itu lalu mendorongnya perlahan. Kamarnya masih sama hanya saja sekarang foto yang berada di pigora kecil itu sudah diganti.

Fotoku, Seungwoo, Wonyoung, Dongpyo ada disana. Foto itu diambil saat kita habis menonton film Toy Story 4 di sebuah sinema.  Seungwoo yang pertama kali menyarankan untuk berfoto di photobox tepat di seberang pintu bioskop.

Aku mengarahkan seluruh pandanganku di setiap pojok ruangan, mencari map kuning yang dicari-cari oleh seungwoo itu.

"Ah ini?" Map kuning itu hanya berisi satu lembar yang aku nggak mengerti artinya. Tiba-tiba, Dongpyo datang dengan air mata yang sudah mengucur deras. "DODONG MAU KETEMU PAPA!" teriaknya sambil menangis tanpa henti.

Wony datang dari belakangnya tampak kebingungan. "Papa lagi kerja Dongpyo, sama mama dulu ya?" Dongpyo menggeleng sambil tetap mengucurkan air mata, malah semakin menjadi-jadi tangisannya.

"Mau cama papa Cungwu!"

--

"Papa Cungwu kelja ya?" Aku mengiyakan sekali lagi pertanyaan Dongpyo yang sekarang sangat senang akan bertemu dengan ayahnya. Bukannya aku tidak bisa menolak permintaan Dongpyo, tapi dia terus menerus menangis meskipun aku sudah mengalihkan perhatiannya.

Hotel Seungwoo yang lama tidak jauh dari rumahnya, lebih jauh lagi kalau yang baru. Tidak sampai sepuluh menit, kita bertiga sudah sampai di gedung bertingkat dua puluhan itu.

"Papaaa!" Dongpyo langsung berlari seketika setelah aku melepas sabuk pengamannya. Dongpyo terlihat linglung saat sampai di lobi itu dan membuatku agak tergelak.

"Dongpyo, papa lagi di kantor, ayo sini." Beruntungnya, aku tidak perlu meminta resepsionis mengantarku ke kantor, mereka sudah tau. Maksudku sudah tau bahwa aku pemilik restoran yang akan dibangun di gedung lain.

Kami bertiga naik ke lantai delapan, tempat Seungwoo. Di dalam lift, Dongpyo dan Wony sudah sibuk dengan figur Iron Man dan Hulk mereka. Aku? Hanya menatap mereka tapi pikiranku sudah kemana-mana.

Entah kenapa, keputusanku untuk pergi ke hotel ini menurutku benar. Karena menurutku ini janggal, Seungwoo bilang terburu-buru tapi dia sudah tidak menelponku lagi ataupun mengirim pesan.

Tidak sampai satu menit akhirnya kita sampai di lantai delapan. Aku mendorong perlahan Dongpyo dan juga Wony agar segera maju. Mereka masih sangat bahagia dengan figur mainannya itu.

Sesaat setelah aku membuka pintu kantor Seungwoo, badanku langsung terpaku dengan seseorang yang berdiri di hadapanku. Mulutku benar-benar terkunci. Kepanikan dan kecemasan tadi akhirnya terjawab.

"Kim Hana?"

"Dongpyo, ayo kita pulang. Inget kan sama mama Hana?" kata Hana dengan senyum kemenangan.

Apa ini?

•••

HUEE MAKASIH 60K READERS 10K VOTENYA😭😭 AKU NGGA NYANGKA BANYAK YANG SUKA GINII😭

BTW OTAKKU LAGI MAU DIAJAK KOLABORASI JADI TUMBEN AJA AKU UPDATE WKWKW TAPI JANJIKU TETEP DEH SENIN MINGGU DEPAN DOBEL😌

DADAH!

DADAH!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
the hot daddy -han seungwoo✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang