Bingung

385 31 0
                                    

Hodie Maroon pun telah menempel dengan indah pada tubuh. Alena menyeruput es teh, sembari mendengarkan kicauan burung yang berterbangan di langit. Koridor sekolah adalah salah satu jalan terakhir melarikan diri dari beberapa teman sekelas, yang berniat untuk melakukan penindasan terhadapnya. Alena menyeruput kembali, kemudian merogoh telepon melalui kocek roknya. Mendadak, seluruh kertas berjatuhan. Ditengoknya ke atas, ia mendapati Franky telah tersenyum manis. "Daripada ngeliatin gajelas. Mending, baca kertas-kertas yang gue kasih." Alena menatap wajah Franky penuh keheranan. Sejak kapan, Franky mengetahui keberadaannya di sini. Ia sangat yakin bahwa penyamarannya tidak diketahui oleh siapapun. Tapi mengapa, Franky bisa mengetahuinya?

"Uh, sorry. Tadi gue nguntitin lu ke toilet cewek, eh pas keluar gue kaget lu udah pake Hodie ini."

"Maaf jangan salah sangkah dulu. Maksudnya nguntit, buat ngasih kertas itu untuk dibaca."

Alena mengangguk paham. "Lalu, ini kertas apa?" Ia menaikkan sebelah alisnya sambil mengibas-ngibaskan beberapa tumpukan kertas dalam genggaman.

Franky mengangkat bahu, tidak tahu. "Nemu di tas lu, katanya."

Alena terperanjat kaget. Ia melongo, tidak percaya. "Di tas Lena?" tanyanya, menyakini. Siapa tahu, Franky salah mengira.

"Iya, Len. Coba baca dulu. Gue gak yakin kalau ada di tas lu, sih. Itu juga dikasih sama orang yang gak gue kenal."

Alena berdeham, lantas membaca gugus per gugus kalimat yang terbentang di sana. Sesekali, mulutnya berkecumik. Kerutan di dahi semakin lama, semakin mengedut. Tak mengerti, apa yang dijelaskan isi teks itu. "Lena gak ngerti, " ucap Alena, jujur. Ia menyerahkan kembali tumpukan kertas tersebut, kepada Franky. "Ini catatan pelajaran si pelaku. Gue yakin, pelaku pasti masih sekolah. Kertasnya juga masih keliatan baru, gak buluk-buluk amat." Franky berceloteh, menyampaikan penjelasan yang diketahuinya.

"Tau darimana, kalau itu memang catatan pelaku pembunuhan? Gak semua orang di dunia ini mempunyai gaya tulisan berbeda, pasti ada kesamaan," sanggah, Alena. Entah sejak kapan tas berisi file-file penting milik Franky telah muncul dihadapan. Tapi Alena tidak hiraukan, dan memilih memperhatikan objek yang dikeluarkan oleh Franky. Seluruh kertas serempak berjatuhan ke lantai. Alena memunguti, kemudian memulangkannya. Franky menjelaskan perihal peristiwa sebelumnya, tentang persamaan tulisan kertas di Perpustakaan dengan tulisan didaftar Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Selain itu, ia juga menjelaskan tentang kertas aneh dalam tas Alena yang bertuliskan 'Selamat Datang' waktu itu. Semua ada kaitannya.

Alena menyembunyikan jemarinya didalam kantong hodie, seraya menundukkan kepala sebisa mungkin untuk tak terlihat wajahnya. "Tau gak sih? Akhir-akhir ini tuh Lena ngerasa kalo yang kerja itu cuma kita," lirihnya.

"Ya emang cuma kita berdua kali, Len," koreksi, Franky.

"Bu Selvie? Cecilia? Tim Viva News? Vano? Dan ... um kepsek? Dimana dia, selama kita menjelajahi kasus ini? Kita berdua hanya bertemu dengan bu Selvie, serta Cecil. Itu saja, Ky," tutur, Alena. "Uh, iya. Lena juga ketemu Vano waktu itu, kamu juga ketemu sama dia, gak?" bisiknya.

Franky berpaling sembari berdiri lantang. "Kurang ajar!" Ia melayangkan sebelah tapak tangannya, ke pipi Alena. Alena menjerit, menahan sakit. "Apa-apaan sih! Kamu kira itu gak sakit!?" keluh, Alena. "Biadab!" Ia melirik pada Franky, lalu berjalan pergi dari sana.

Emosi Alena kini benar-benar memuncak. Kedua cula juga seakan kian memunculkan bara. Katakan sajalah, bila Alena sering beremosi. Katakan saja, bila Alena akhir-akhir ini menyendiri. Dan, katakan saja, Alena pantas untuk mati. Ia sudah tak kuasa menahan kesanggupan hidup. Bersama hodie Maroon yang masih menempel, Alena berjalan limbung ke kelas. Perlahan tapi pasti, hawa-hawa menyeramkan dalam kelas sudah ia rasakan. Dari kejauhan, terlihat kawanan pengacau yang waktu itu pernah menghajarnya, sudah menghadang pintu masuk. Tanpa memedulikan mereka, Alena berjalan santai, tetap atas pendiriannya, yakni berjalan menerobos penghalang pintu masuk kelas sebelas Bahasa satu.

Siapakah Orang Selanjutnya? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang