07 - Susu Stroberi

193 45 4
                                    


"Beli ini lagi, Mas?"

Sapaan itu keluar dari mulut penjaga kasir mini market sekolah. Lelaki dengan kumis tipis yang berdiri di balik meja kasir meraih sekotak susu stroberi yang diulurkan oleh Dimas.

"Seperti biasa, enam ribu." Kata penjaga kasir lagi.

Dimas menyodorkan selembar sepuluh ribu. Dan langsung beranjak pergi dari sana setelah menerima kembalian dan tersenyum tipis ke penjaga kasir.

Siang ini moodnya sedang buruk.

Dimas benar-benar jengkel karena kerajinan tanah liatnya jatuh dan pecah akibat tersenggol. Sudah Dimas peringati jangan bercanda dekat mejanya, tetapi orang yang menjatuhkan kerajinannya malah tak peduli dan mengabaikan. Alhasil kerajinan milik Dimas jatuh.

Padahal Dimas mengerjakan itu dengan sepenuh hati agar tanah liat yang ia bentuk menjadi vas bunga tersebut bisa dipakai dirumah. Sekalian kado untuk ulang tahun ibu.

Dimas mendorong pintu kelas. Lalu melangkah menuju tempat duduknya dengan wajah yang tak ingin diganggu.

"Dimas, maaf."

Gadis dengan mata minimalis itu duduk di bangku depan Dimas. Kedua tangannya terkepal didepan wajah dengan tatapan memohon.

"Gue nggak sengaja," kata gadis itu lagi. "Gue traktir mie ayam dehh..." gadis itu kembali menawar.

"Pergi." Celetuk Dimas dingin. Ia mengisyaratkan gadis didepannya agar segera pergi dengan kepalanya.

"Yah, Dim, lagian vas nya juga udah masuk nilai. Nilai lo paling tinggi lagi. Masa masih marah sih?" Tanya gadis itu yang masih belum beranjak dari duduknya.

Dimas melempar kotak susunya yang sudah habis tepat di wajah gadis itu, Jihan namanya. Tak peduli sesakit apa itu rasanya, yang terpenting rasa kesal itu sudah Dimas lampiaskan dengan melempar kotak susu itu.

"Tapi itu berharga." Ucap Dimas terdengar sangat dingin dan menyeramkan. Ia kembali beranjak dari duduknya, dan berjalan keluar meninggalkan Jihan yang masih mengelus jidatnya sambil menggerutu. Bahkan teman-teman kelasnya yang melihat kejadian itu jadi merinding dan takut mendekati Dimas.

"Dimasss!"

Suara itu lagi. Dimas membatin. Bukannya berhenti, cowok itu makin mempercepat langkahnya. Ia ingin ke toilet saja rasanya.

"Dim, bentar dulu plisss!"

Bahu Dimas tertarik ke belakang, tubuhnya diputar paksa oleh Jihan yang masih kekeh untuk mengejarnya.

"Apa?" Tanya Dimas dengan pandangan lurus ke mata Jihan.

"Gue ganti deh vas nya, atau nggak ambil aja punya gue."

"Punya lo jelek." Balas Dimas menusuk. Namun itulah kenyataannya. "Vas bunga yang gue buat, itu buat nyokap gue. Lo kira gue ga sakit hati ha?" Lanjut Dimas semakin menusuk. Sampai Jihan tak berani menatap mata Dimas.

"Maaf, Dim, serius!" Jihan memohon lagi. "Gue lakuin apa aja deh sampai lo mau maafin gue."

"Gak usah,"

"Terus gue harus apa biar lo maafin gue???" Tanya Jihan frustasi. Ia benar-benar merasa tak enak hati. Kepalanya menunduk dalam karena malu pada Dimas.

"Udah gue maafin."

"Ha?" Jihan refleks mengangkat wajah dan memandang Dimas dengan wajah terkejut. "Serius? Tapi lo masih jutek gitu,"

Dimas mengangkat bahunya tak peduli. Ia sendiri juga tak paham kenapa ia bilang begitu.

"Gue beliin susu deh," pancing Jihan supaya Dimas tak lagi memandanganya dengan sinis.

"Rasa stroberi. Lima."

"Njir," Jihan melongo kaget tak percaya. "Ya nggak lima juga dong, Dim."

Dimas diam-diam tertawa dalam hati. Senangnya melihat Jihan frustasi seperti itu. Lumayan, Jihan kan memang mood makernya.

"Nggak, bercanda,"

"Ck kirain beneran tau ga!" Balas Jihan sewot. "Yaudah nanti ya pas pulang."

"Ga usah."

"Beneran?"

"Hm,"

"Oke, tapi gue dimaafin kan?" Jihan bertanya kembali.

Dimas mengangguk kecil. "Gue juga minta maaf udah ngelemparin lo pake kotak susu tadi." Katanya jadi tersadar kalau perbuatan yang ia perbuat kepada Jihan sama sekali tak sopan. Dimas jadi ingat kejadian saat SD, ia juga pernah berbuat seperti itu. Dimas pun kena omel sama Mahesa. Dan omelan itu masih melekat dikepalanya sampai sekarang.

'Bayangin temen perempuan yang kamu lempar kotak pensil itu ibu. Kamu pasti ga mau kan ibu dilempar kayak gitu? Ga mau liat ibu kesakitan kan? Kasian ibu kalau ibu tau punya anak yang akhlaknya jelek. Ga punya hati buat perempuan. Tugas kamu sebagai laki-laki tuh buat ngelindungin perempuan, Dimas. Besok sekolah minta maaf ya. Mas temenin.'

Kepala Dimas menggeleng kecil. Segera tersadar dari lamunannya saat Jihan mengatakan sesuatu.

"Salah gue juga sih," Jihan menggaruk tengkuknya merasa tak enak.

Cewek itu pun ikut berjalan ketika Dimas kembali melangkah menuju toilet yang masih jauh diujung lorong.

"Gue penasaran, lo beneran suka susu stroberi?"

"Kenapa?"

"Nanya aja."

"Suka susunya doang. Buahnya enggak,"

"Kalo kartunnya?"

"Strawberry shortcake maksud lo?"

Jihan mengangguk sambil terkekeh kecil, karena menurutnya tak mungkin cowok segalak Dimas menyukai kartun yang soft seperti itu. Namun tak disangka Dimas malah mengangguk. Membenarkan pernyataan bahwa ia menyukai kartun itu.

"Lah? Serius, Dim?" Pekik Jihan. "Beneran suka strawberry shortcake???"

Dimas berdesis, menyuruh Jihan untuk tidak bicara dengan suara keras.

"Udah diem-diem aja." Kata Dimas memperingati.

Jihan menggeleng. "HAHAHAHAHA! GABISA DIEM GUE! HADOHH DIMAS SELERANYA YAAA!" Tawa Jihan semakin kencang.

Atensi siswa siswi yang sedang dikoridor jadi beralih ke mereka. Sampai akhirnya Dimas terpaksa membekap mulut Jihan.

"Bacot," umpat Dimas sebal. "Awas aja lo, Han." Ancamnya sebelum ia berbelok masuk ke toilet laki-laki.

Sebelum masuk ke toilet, Dimas merasa hapenya bergetar. Ia pun merogoh hape untuk mengecek sebentar.

Dan ada notif masuk.





Dafa : mas dim

Dafa : tdi dafa liat mas sm ka jihan

Dafa : ka jihan tawa-tawa

Dafa : tp mas marah-marah

Dafa : keliatan bgt tau


Dimas : keliatan paan si


Dafa : FRIENDZONE NYA HAHAHAHAHAHAHAHAHAAHHA


Dimas : ngaca bodoh

Dimas : wanda ngefansnya sm gue bkn sm lo



Dafa : berisik elah lu



1M3D ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang